Bulan Sabit Merah Palestina Demo Melawan Penyerangan Terhadap Petugas Medis di Gaza

Bulan Sabit Merah Palestina Demo Melawan Penyerangan Terhadap Petugas Medis di Gaza


Jakarta, IDN Times

– Belasan pegawai dari organisasi Bulan Sabit Merah Palestina menggelar protes di Ramallah, Wilayah Tepian Barat yang dikuasai, pada hari Senin (12/5/2025). Unjuk rasa ini dilakukan sebagai bentuk penolakan atas serangan terhadap tenaga medis oleh pihak Israel sepanjang 19 bulan konflik di Gaza.

Petugas medis, staff pendukup, dan relawan berhimpun di Lapangan Jam untuk menyuarakan solidaritas mereka dengan menggunakan vest putih dan oranye, sekaligus mengangkat bendera Palang Merah Internasional. Mereka membawa kain kafan melambangkan identitas para korban jiwa tersebut beserta fotonya, disertai pula spanduk-spanduk yang mendesak rilisnya tiga orang tenaga kerja yang sudah menjadi tawanan tentara Israel hampir satu tahun lamanya.

1. Sejak tahun 2023, 48 karyawan dari Bulan Sabit Merah tewas di Gaza dan Wilayah Pantai Timur.

Pada hari Senin dalam suatu pengumuman, Bulan Sabit Merah menginformasikan bahwa total 48 pegawainya telah meninggal dunia di Gaza dan Tepi Barat mulai dari awal serangan skala besar yang dilancarkan Israel pada bulan Oktober tahun 2023. Dari jumlah tersebut, 30 orang tewas ketika sedang melaksanakan misi bantuan kemanusiaan sambil memakai simbol Bulan Sabit Merah.

Protes ini diadakan untuk merayakan Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, yang umumnya dirayakan pada tanggal 8 Mei. Selama kegiatan itu, peserta mendesak perlindungan bagi tenaga medis serta personil bantuan kemanusiaan.

2. Sebanyak 1.400 tenaga kesehatan dan relawan telah meninggal dunia di Gaza sejak permulaan konflik.

Berdasarkan Bulan Sabit Merah, lebih kurang 1.400 tenaga kemanusiaan dan medis sudah tewas di Gaza sejak permulaan konflik. Di samping itu, beberapa staf medis yang beroperasi di daerah tersebut pun ikut diringkus ketika melaksanakan tugaskan bantuan manusiawi.

Organisasi itu mengutus perhatiannya ke serangan fatal yang berlangsung di kota Rafah, bagian selatan Gaza, pada bulan Maret tahun 2025. Dalam insiden ini, 15 anggota tim penjaga keselamatan, dengan jumlah delapan dari para dokter dan bidan Palang Merah Internasional, meninggal dunia akibat tembakan langsung militer Israel ketika sedang bertindak atas permintaan darurat. Jasad-jasad korban baru berhasil ditemukan tertimbun pasir satu minggu setelahnya.

Peristiwa tersebut menimbulkan kritik dari berbagai negara di seluruh dunia, serta ketidaknyamanan tentang potensi pelanggaran hukum perang. Kemudian, militer Israel mengaku ada kesalahan teknis dan penyimpangan instruksi dalam insiden tembakan itu.

3. Israel tetap memperpanjang perang

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, serangan miIiter Israel telah menewaskan sedikitnya 52.862 warga Palestina dan melukai 119.648 lainnya sejak awal perang. Organisasi kemanusiaan telah memperingatkan bahwa Gaza kini berada di ambang kelaparan massal. IPC (Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu) melaporkan bahwa setengah juta warga Palestina akan menghadapi bencana kelaparan.

“Keluarga di Gaza kelaparan sementara makanan yang mereka butuhkan tersedia di perbatasan. Jika kita menunggu sampai bencana kelaparan terkonfirmasi, maka hal itu sudah terlambat bagi banyak orang,” kata ketua Program Pangan Dunia (WFP), Cindy McCain, dikutip dari
Al Jazeera.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan pemerintahan garis kerasnya tetap berkomitmen untuk meningkatkan kampanye militer di Gaza. Menteri Keamanan Nasional dari kelompok sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, menyatakan bahwa perang harus terus berlanjut dan bantuan kemanusiaan tidak boleh memasuki wilayah tersebut.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *