- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
animals, ecology, news, wild animals, wildlifeanimals, ecology, news, wild animals, wildlife - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
18
lowongankerja.asia
,
Jakarta
– Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam
Jawa Barat (BBKSDA Jabar) mengobservasi seekor
macan tutul
Jawa (Pantherapardusmelas), yang kini dalam ancaman akibat bertengkar dengan penduduk setempat,
Serang
, Banten, karena memangsa ternak.
Menurut Agus Arianto dari BBKSDA Jawa Barat, observasi ini dilaksanakan karena tingkah laku harimau bintang tersebut dianggap tidak sama seperti spesiesnya yang hidup secara bebas. “Ciri khas hewan-hewan liar umumnya adalah mereka akan kabur atau menjadi agresif ketika bertemu manusia, tetapi tampaknya terdapat sesuatu yang aneh dalam cara berperilaku sihimaliamini,” jelasnya saat ditemui oleh Tempo pada hari Kamis tanggal 17 April 2025.
“Memang ada kondisi tertentu, karena virus atau penyakit, yang bisa menyebabkan satwa liar (berperilaku) seperti itu,” kata Agus.
Pada awal bulan Maret kemarin, BBKSDA Jawa Barat mendapat pengaduan dari penduduk setempat tentang seekor harimau yang telah membunuh hewan ternakan mereka. Selama 22 hari berturut-turut, petugas bersama dengan pihak kepolisian mencoba untuk menuntun sang induk harimau berumur kira-kira tiga tahun tersebut supaya meninggalkan area permukiman di Desa Ciwarna, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Propinsi Banten.
Desa Ciwarna, kata Agus, memang berbatasan dengan Cagar Alam Gunung Tukung Gede. Berdasarkan data di laman resmi BBKSDA Jabar, cagar alam seluas 1.519,50 hektar itu dihuni antara lain oleh macan tutul jawa, surili, babi hutan, elang bondol, lutung budeng, monyet ekor panjang.
Agus menyebut beberapa alasan yang dapat menjelaskan kenapa seekor macan tutul betina muda berkelana di area pemukiman penduduk. Beberapa kemungkinannya adalah ia tengah mempelajari cara bertahan hidup atau menemukan teritori baru.
Macan itu kemudian berhasil ditangkap dengan kandang jebak, dievakuasi pada 27 Maret 2025 dan dibawa ke Pusat Penangkaran Macan Tutul Jawa Taman Safari Indonesia di Bogor. “Observasi dilakukan menyeluruh. Jika tidak ada apa-apa kita coba kondisikan untuk dilepasliarkan kembali,” ujarnya.
Observasi kesehatan macan tutul itu dilakukan oleh Tim Medis Taman Safari Indonesia. Menurut Agus, dari hasil pemeriksaan kesehatan, kondisi mata, telinga, saluran pencernaan, saluran pernafasan macan itu normal dan tidak ada fraktur. Macan itu berpostur sedang, panjang badannya 172 sentimeter, lingkar dada 50 sentimeter, lingkar perut 42 sentimeter, dengan tinggi badan 58 sentimeter.
Agus menambahkan, dari hasil pemeriksaan menggunakan X-ray atau rontgen, diketahui kondisi paru paru dan daerah thorax macan tutul itu terlihat bersih dan kondisi jantungnya normal tanpa pembengkakan. Dari pemeriksaan ultrasonography (USG) dan endoskopi, kondisi sel hati, kantung empedu, dan limpa tampak normal. Hasil uji cepat antibodi Canine Distemper Virus dan Feline Parvovirus dinyatakan positif. Kesimpulannya, macan tutul itu pernah terpapar dua penyakit tersebut.
Menurut Agus, dari gerakannya di dalam kandang, harimau belang tersebut lebih sering diam di pojok ruangan. Ketika hadirnya petugas perawatan hewan, si harimau tak memperlihatkan sikap agresif seperti mengeraskan rahang untuk menunjukkan giginya, menggonggong, bersuara mendesis, ataupun meloncat atau mencoba menyerang.