- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
art, culture, entertainment, news, performing artsart, culture, entertainment, news, performing arts - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
16
lowonganpekerjaan.asia
, JAKARTA – Band Musik,
Barasuara
menyelenggarakan acara berjudul ‘Jalaran Sadrah – Story Behind The Album’ di ruang kreatif bernama Creative Culture Space, yang terletak di Jakarta Selatan, pada hari Rabu (23/4).
Seperti disebutkan dalam judulnya, acara itu memberikan kesempatan kepada Barasuara untuk mengungkap misteri di balik album terbaru mereka berjudul Jalaran Sadrah yang dirilis pada tahun sebelumnya.
Grup musik yang terdiri dari Iga Massardi (vokal/gitar), TJ Kusuma (gitar), Marco Steffiano ( drum ), Asteriska ( vokal ), Gerald Situmorang ( bas ) serta Puti Chitara ( vokal ) tersebut berbicara secara informal tapi penuh keakraban dengan fans-nya.
Barasuara pun menghadirkan berbagai video eksklusif yang memperlihatkan tahap-tahap penggarapan album Jalaran Sadrah, proyek yang memakan waktu hampir tiga tahun.
“Oleh karena itu, acara ini merupakan awal dari tur Barasuara yang akan dilaksanakan dalam beberapa bulan mendatang. Kegiatannya meliputi diskusi tentang proses mencipta lagu-lagu dari album Jalaran Sadrah,” jelas Iga Massardi, sang vokalis Barasuara di Creative Culture Space, Jakarta Selatan, pada hari Rabu (23/4).
Acara yang diselenggarakan oleh Barasuara itu memiliki dua sesi yang sangat menghibur untuk Penunggang Badai.
Pada sesi yang pertama adalah diskusi tentang kisah dibalik pembuatan album Jalaran Sadrah. Sedangkan pada sesi kedua, Barasuara menyajikan penampilan dalamformat akustik untuk para fans mereka.
Dalam percakapan tersebut, anggota Barasuara menceritakan tentang kisah di balik pembuatan album Jalaran Sadrah yang ternyata telah dimulai sejak tahun 2021 ketika seluruh dunia sedang mengalami pandemi.
Dalam album kali ini, kita menemukan energi segar baru, melalui berbagai tahap dan memperbarui diri, terus berkembang ke depan, serta ingin belajar dari apa yang telah lalu,” ungkap Marco Steffiano, drummers Barasuara.
“Pembedanya dengan pembuatan album sebelumnya, kita menjadi lebih memahami secara mendalam baik aspek musik maupun yang lain, sehingga terasa lebih bebas,” jelas TJ Kusuma.
Sejak tahun 2021, proses pembuatan album Jalaran Sadrah memiliki perjalanan yang rumit bagi Barasuara.
Tim sempat mengadakan seminar di suatu villa di area Puncak, berkomunikasi melalui jaringan online, dan beberapa perubahan dilakukan saat sesi rekaman di studionya.
“Gimana juga kami tidak ingin bertanggung jawab, mesti total banget,” kata Gerald Situmorang, si pemain bass.
Akhirnya, Barasuara mengeluarkan album ketiganya yang berjudul Jalaran Sadrah lewat label rekaman Hu Shah Records pada tanggal 21 Juni 2024.
Album Sadrah mencakup sembilan bab, di antaranya terdapat tiga lagu yang telah lebih dulu dirilis sebagai singel: Terbuang dalam Waktu, Merayakan Fana, dan juga Fatalis. Menariknya, Fatalis berhasil meraih penghargaan Piala AMI tahun 2023 pada kategori Duo/Grup/Kolaborasi Rock Terbaik.
Iga Massardi menjelaskan bahwa Jalaran Sadrah berarti “karena pasrah,” mencerminkan sebuah album yang terbentuk, ditulis, dan diselesaikan dalam keadaan pasrah.
Pembuatan Jalaran Sadrah dimulai pada Januari 2021. Berada dalam situasi yang tidak memiliki manajer atau label rekaman serta menghadapi hampir setahun masa pandemic, enam anggota dari grup Band Suara Bukan Biasa ini bertemu selama seminggu di sebuah rumah liburan di daerah Puncak, Bogor untuk menciptakan album tersebut.
Barasuara melakukan penggabungan sebagai grup musik dan menciptakan lagu-lagu baru mulai dari awal atau pun memperluas bahan yang sudah ada.
yang dibawa masing-masing.
Di sana, lanjut ke tahap pembuatan liriklagu beserta penyusunan ulang aransemen dan perekaman yang dilakukan secara bertahap sampai awal tahun 2024 di beberapa studio di Jakarta, termasuk ruangan kerja Barasuara serta rumah para anggota grup tersebut.
Lirik lagu-lagu di album Jalaran Sadrah kebanyakan tetap ditulis oleh Iga Massardi dan tampaknya dipengaruhi oleh sejumlah peristiwa negatif yang telah terjadi baru-baru ini.
Mirip dengan lirik lagu Fatalis yang mengkritisi penyebaran informasi salah saat bencana melanda, dan Habis Terang yang merespons tindakan kekerasan besar-besaran oleh Israel terhadap Palestina.
Barasuara turut melibatkan sejumlah individu dalam penyelesaian album Jalaran Sadrah.
Pertama, Barasuara meminta bantuan kepada Erwin Gutawa untuk menyusun aransemen orkestral pada lagu-lagu Merayakan Fana, Terbuang dalam Waktu serta Hitam dan Biru. Semua ini diinterpretasikan secara luar biasa oleh Czech Symphony Orchestra.
Kedua, Barasuara bekerja sama dengan Sujiwo Tejo yang memberikan penyanyiannya dalam bahasa Jawa pada lagu Biyang.
“tidak menduga akan bekerja sama dengan sujiwo tejo, sebenarnya pada awalnya saya merasa cemas bertemu dengannya,” ungkap asteriska.
Inovasi dalam pembuatan lagu merupakan sesuatu yang segar untuk Barasuara dan pada saat bersamaan mencerminkan kepercayaan tim yang telah terbentuk selama lebih dari sepuluh tahun.
Setiap anggota berkontribusi sebaik mungkin dalam mengembangkan ide untuk melengkapi Jalaran Sadrah.
Selain kontribusi Gerald Situmorang yang kian signifikan dalam menciptakan musik Barasuara, lagu “Hitam dan Biru” yang membangkitkan semangat ini adalah buatan Puti, sementara Asteriska menulis lirik lembut untuk trek “Biyang” dan “Terbuang dalam Waktu”.
“Album ini adalah proses pematangan dan perjalanan kita bersama,” tambah Puti.
Walaupun ada unsur baru yang ditambahkan pada Jalanan Sadrah, kombinasi daya saing dan sifat unik dari setiap anggota masih menjadikan grup tersebut terdengar mirip dengan Barasuara.
(ded/jpnn)