- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
commerce, energy sector, indonesia, oil, petroleumcommerce, energy sector, indonesia, oil, petroleum - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mencari investor untuk membangun stasiun pengepungan bulk elpiji (SPBE) di Papua.
Sebenarnya, Kilang LPG di Blok Arar, Sorong, belum dapat menyuplai produk secara langsung ke daerah ini. Meskipun demikian, kilang itu memiliki kapasitas untuk memproduksi hingga 20 metrik ton LPG setiap harinya.
“Di tempat ini belum terdapat pabrik untuk mengisi ulang tabung LPG. Sehingga produknya dikirimkan ke Surabaya,” jelas Bahlil ketika melakukan inspeksi di Arar Marine Terminal, Sorong, Papua Barat Daya, pada hari Sabtu, 7 Juni.
Menurut dia, adanya SPBE lokal sangatlah penting untuk mencukupi permintaan LPG di Papua tanpa perlu bergantung pada pasokan dari Pulau Jawa.
“Jika tidak, LPG dari tempat ini akan ditransportasi ke Surabaya terlebih dahulu sebelum kembali ke Sorong, sehingga menambah biaya. Lebih hemat jika ada pembangunan fasilitas di sini,” paparnya.
Bahlil menyebutkan bahwa demi mengonfirmasi pengembangan SPBE di Sorong, sudah ditetapkan suatu keputusan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas tentang investasi dalam bidang ini. Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai isi dari kebijatan itu. “Saat ini Papua, Maluku, serta Sulawesi Utara masih belum memiliki akses kepada LPG bersubsidi,” ungkapnya.
Pada saat melakukan inspeksi pekerjaannya, Bahlil turut mengawasi peningkatan produksi minyak dan gas di wilayah barat daya Papua. Hal ini sesuai dengan tujuan kemandirian energi yang telah ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Presiden bertujuan agar produksi minyak dalam negeri meningkat menjadi antara 900 ribu sampai satu juta barel setiap harinya pada tahun 2029-2030. “Tim kami sedang memeriksa lapangan ladang minyak dan gas di area Kepala Burung,” ungkap Bahlil.
Dia menjelaskan bahwa pada tahun 1996-1997, daerah Sorong memberikan kontribusi 100ribu barel setiap harinya terhadap produksi nasional. Namun saat ini, jumlah tersebut telah menurun secara signifikan menjadi kira-kira 5.000 barel per hari.
Bahlil menyatakan bahwa dia sudah melakukan pembicaraan dengan Petrogas dan Pertamina. Dia menemukan kesempatan untuk meningkatkan produksi lewat pemanfaatan kembali sumur-sumur yang ada serta pencarian sumber daya baru.
“Produksi gas di tempat ini terus berlanjut. Sejumlah sumur akan meningkatkan output-nya pada tahun 2026,” demikian katanya.