- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, faith and religion, news, religion, traditionsculture, faith and religion, news, religion, traditions - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
10
, MAUMERE –
Silakan perhatikan bacaaan liturgi untuk Minggu tanggal 4 Mei 2025 ini.
Liturgi-liturgi yang dipersiapkan untuk Perayaan Opsional tersebut telah siap.
Santa
Gemma Galgani, Virgo dan Hari Biasa Paskah III.
Pada hari yang biasanya dirayakan sebagai Paskah III, warna liturginya adalah putih.
Bacaan
Minggu: Kis. 5:27b-32,40b-41; Mzm. 30:2,4,5,6,11,12a,13b; Why. 5:11-14; Yoh. 21:1-19 serta pembacaan tambahan Why. 6:1-17.
Bacaan Pertama:
Kis 5:27 Mereka membawa keduanya tersebut ke pengadilan agama. Kepala imam memulai pemeriksaan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka,
Kis 5:28 katanya: “Kami tegas-tegas melarang Anda untuk mengajarkan tentang hal ini. Tetapi kenyataannya, Anda justru membuat Yerusalem dipenuhi oleh pengajaran Anda, dan sekarang Anda ingin mentransfer tanggungan darah orang tersebut kepada kami.”
Kis 5:29 Namun, Petrus bersama para rasul menanggapi dengan berkata, “Sebaiknya kita patuh terhadap Tuhan daripada manusia.”
Kis 5:30 Allah, nenek moyang kami, sudah menghidupkembali Yesus, yang kamu gantung di kayu salib dan bunuh.
Kis 5:31 Dia adalah Yang telah diangkat Tuhan dengan kuasa tangan kanannya untuk menjadi pemimpin dan penyelamat, sehingga orang Israel bisa berbalik arah dan mendapatkan penghapus dosa.
Kis 5:32 Dan kita berdua menjadi saksi akan semuanya ini, baik saya maupun Roh Kudus, yang diberikan Tuhan kepada setiap orang yang menurut kehendak-Nya.”
Kis 5:40 Mereka memanggil para rasul tersebut, kemudian mencambuk mereka dan melarang mereka untuk menyampaikan pengajaran di atas nama Yesus. Setelah itu, mereka dibebaskan.
Kis 5:41 Rasul-rasul tersebut meninggalkan Majelis Agama dengan penuh kegirangan, sebab mereka merasa terpilih untuk menahan hinaan demi nama Yesus.
Mazmur Tanggapan:
Mzm 30:2 (30-3) Ya Tuhan, Allahku, kupanjatkan teriakan kepadamu meminta pertolongan, dan kamu telah menangani penyakitku.
Mzm 30:4 (30-5) Bernyanyilah untuk Tuhan, wahai mereka yang dicintai-Nya, dan berikan puji tahlil kepada nama-Nya yang suci!
Mzm 30:5 (30-6) Karena memang hanya sebentar Ia marah, namun sepanjang hayat-Nya penuh belas kasihan; di waktu malam akan ada keluh kesal, tapi pada subuh tiba, kita mendengar kegembiraan.
Mzm 30:6 (30-7) Ketika sedang bahagia, aku mengucapkan: “Saya tidak akan tergelincir sepanjang masa!”
Mzm 30:11 (30-12) Saya yang berduka telah Anda ubah menjadi pesta tarian, jubah dukaku telah Anda lepaskan, dan pinggang saya terikat dalam kegembiraan.
Mzm 30:12 (30-13) agar rohiku dapat bernyanyi memuji Engkau dan tidak diam. Tuhan, ya Allahku, selama-lamanya akan kucantikkan pujaan kepadaMu.
Bacaan Kedua:
Kenapa 5:11 Maka saya menyaksikan dan mendengarkan suara bermacam-macam malaikat yang mengelilingi tahta, bersama dengan makhluk-makhluk tersebut serta orang-orang lanjut usia; jumlahnya mencapai lapisan demi lapisen dan ribuan kali lipat.
Mengapa pada pukul 5:12 dia berteriak lantang: “Sesungguhnya Anjing yang terpotong itu pantas mendapatkan kekuasaan, dan kekayaan, serta hikmah, kekuatan, penghargaan, kemuliaan, dan puja-puji!”
**Catatan**: Saya memperhatikan bahwa ada sedikit kesalahan dalam kutipan asli Anda di mana seharusnya disebutkan “Lamb of God” atau “Anakan Domba”, bukan “Anak Domba yang disembelih”. Namun saya tetap mengambil kata sesuai teks awal yang diberikan kepada saya. Jika perlu dikoreksi silahkan informasi lebih lanjut.
Mengapa 5:13 Dan saya mendengarkan segala makhluk yang berada di surga, di bumi, di bawah tanah, serta di lautan dan apa pun yang terdapat di dalamnya, berseru dengan kata-kata ini: “Puji dan penghormatan serta keagungan dan kekuasaan milik Dialah yang menempati tahta dan kepada Anak Domba untuk selama-lamanya!”
Mengapa 5:14 Keempat makhluk tersebut mengucapkan: “Amin.” Kemudian para leluhur pun jatuh bersujud dalam penyembahan.
Injil Katolik:
Halo 21:1 Kemudian Yesus muncul kembali kepada murid-muridnya di tepi danau Tiberiussebagai berikut.
Yoh 21:2 Di tepi laut tersebut terkumpul Simon Petrus, Thomas yang dikenal sebagai Didymus, Natanael dari Cana di Galilee, kedua putra Zebedeus, serta dua murid lainnya.
Yoh 21:3 Simon Petrus berkata kepada mereka, “Saya akan keluar untuk memancing.” Mereka menjawab, “Kami ikut bersama Anda.” Kemudian mereka berlayar dan naik ke dalam perahu tersebut; namun pada malam hari itu mereka tak mendapatkan apapun.
Yoh 21:4 Ketika fajar menyingsing, Yesus berdiri di tepian laut; namun para muridnya tidak mengenali bahwasanya Itu adalah Yesus.
Yoh 21:5 Jesus berkata kepada mereka, “Anak-anakku, apakah kalian memiliki makanan apa pun?” Mereka menjawab, “Tiada.”
Yoh 21:6 Kemudian Yesus berkata kepada mereka: “Sebarjalah jaringmu ke sisi kanan perahu itu, niscaya kalian akan mendapatkannya.” Mereka pun melemparnya, tetapi tak bisa mengangkatnya lagi lantaran jumlah ikan yang sangat banyak.
Yoh 21:7 Murid yang disayangi oleh Yesus pun berkata kepada Petrus: “Itulah Tuhan.” Setelah mendengar bahwa itu memang Tuhan, Petrus langsung memakai pakaian karena pada awalnya dia tidak berseragam, kemudian melompat ke dalam danau.
Yoh 21:8 Murid-murid lain tiba menggunakan perahu karena mereka berada tak jauh dari tepi pantai, sekitar dua ratus cubit saja, dan mulailah menyeret jaring yang dipenuhi ikan tersebut ke daratan.
Yoh 21:9 Ketika sampai di tepian, mereka menemukan api unggun dengan ikan dan roti diatasnya.
Yoh 21:10 Jesus berkata kepada mereka: “Bawa beberapa ikan dari hasil pancinganmu yang baru saja kauambil.”
Hai 21:11 Simon Petrus berjalan menuju perahu kemudian menarik jala tersebut ke tepi pantai yang dipadati dengan ikan-ikan besar; jumlah total mencapai seratus lima puluh tiga ekor. Meskipun begitu banyak, jala itu tetap utuh tanpa robek.
Yoh 21:12 Jesus berkata kepada mereka: “Mari kita makan pagi.” Tak seorang pun dari murid-murid tersebut berani menanyai Dia tentang siapa dirinya, karena mereka sudah menyadari bahwa Ia hakekatnya Tuhan.
Yoh 21:13 Yesus berjalan di depan, mengambil sepotong roti lalu menyerahkannya kepada mereka, begitu pula dengan ikan tersebut.
Yoh 21:14 Itu adalah kali ketiganya Yesus muncul di hadapan murid-murid-Nya setelah Dia bangkit dari alam kematian.
Yoh 21:15 Setelah makan pagi itu, Yesus berbicara kepada Simon Petrus dan bertanya: “Simon, putra Yohanes, adakkah kamu mencintai Aku dengan lebih besar daripada yang lain?” Petrus menjawab-Nya: “Ya Tuhan, Engkau tahu bahwa saya benar-benar mencintai-Mu.” Lalu kata Yesus kepadanya: “Jagalah dombadombaKu.”
Yoh 21:16 Jesus berkata lagi kepadanya untuk yang kedua kali itu: “Simón, anak Yohanes, adakah kamu menyayangi Aku?” Petrus menjawab-Nya: “Ya Tuhan, Engkaulah Yang Maha Mengetahui; saya memang sayangkan Engkau.” Lalu kata Yesus kepada dia: “Jagalah dombadomba-Ku.”
Yoh 21:17 Jesus bertutur kepadanya sebiji kali lagi: “Simón, anak Yohanes, adakah kau mengasihi-Ku?” Lalu berbekas dalam jiwa Simon Petrus kerana Jesus menanyai dia buat ketiga-kali; lantas katanya padaNya: “Tuhan, Engkaulah yang memerintah atas segala-galanya, Engkau pastilah mengetahui bahawa kasihilah Kaula.” Jawab Tuhan kepada beliau itu: “Gembalah dombadomba-Ku.”
Yoh 21:18 Aku berkata kepadamu: Ketika kamu masih muda, kamu bisa memakai pinggibandamu dengan bebas dan pergi kemana pun yang kamu mau. Namun, saat kamu telah lanjut usia, kamu akan merentangkan tanganmu; nanti orang lainlah yang akan memakaikan muarmu dan menuntunkanmu ke suatu tempat yang tak seharusnya kamu tuju.
Yoh 21:19 Dia berkata itu untuk menunjukkan bagaimana Petrus akan meninggal dan menyembah Tuhan. Setelah berbicara seperti itu, dia berkata pada Petrus: “Ikuti aku.”
BCO:
Kenapa 6:1 Maka saya menyaksikan Anak Domba tersebut membuka salah satu dari tujuh segel itu, lalu saya dengar siang Makhluk Pertama berbicara dengan nada seperti gemuruh petir: “Datanglah!”
Mengapa 6:2 Saya menyaksikan: benar-benar, terdapat seekor kuda berwarna putih serta sang penunggang memegang satu batang anakpanah dan diberikannya suatu mahkota padanya. Kemudian dia bertolak sebagai juara guna meraih kemenangan tersebut.
Mengapa 6:3 Dan saat Anak Domba tersebut membuka cap yang keduanya, saya mendengar makhluk yang kedua berucap: “Datanglah!”
Mengapa 6:4 Lalu datanglah satu kuda lagi berwarna merah menyala, dan pengendainya diberi wewenang untuk mencabut kedamaian di bumi agar manusia saling membunuh. Kepada dia juga diberikan sebuah pedang raksasa.
Mengapa 6:5 Ketika Anak Domba tersebut membuka segel ketiga, sang makhluk ke tiga pun berbicara: “Datanglah!”. Lalu terlihat seorang pengendali kuda hitam yang sedang memegang timbangan di tangannya.
Mengapa 6:6 Saya mendengar sepertinya terdapat suara dari antara keempat mahluk tersebut yang mengucapkan: “Satu cangkir gandum untuk satu piringan, serta tiga gelas jelai juga hanya sepiring. Namun, jangan merusak minyak atau pun anggurnya.”
Mengapa 6:7 Ketika Anak Domba tersebut membuka segel kelima, saya mendengar suara dari makhluk keempat berbicara: “Datang!”
Mengapa 6:8 Saya melihat lagi: terdapat seorang pengendara berkuda berwarna hijau kekuning-kuningan, dan nama pemegang kendali kudanya adalah Maut. Di belakangnya datang Kerajaan Maut juga. Keduanya mendapatkan wewenang untuk mempengaruhi satu per empat bagian Bumi agar dapat melakukan pembunuhan menggunakan pedang, lapar, penyakit, serta hewan liar yang ada di daratan tersebut.
Mengapa 6:9 Ketika Anak Domba tersebut membuka segel kelima, saya menyaksikan roh-roh di bawah mezbah yang menjadi saksi pembantaian mereka atas nama Firman Allah serta kesaksian masing-masing.
Mengapa 6:10 Mereka pun berteriak dengan keras, sambil berkata: “Sampai kapankah, wahai Tuhan Yang Mahakeramat dan Adil? Tidakkan Engkau menjatuhkan hukuman dan membalas darah kita kepada orang-orang yang tinggal di bumi ini?”
Mengapa 6:11 Dan kepada setiap orang di antaranya diberi satu jubah putih, lalu disampaikan kepadalah mereka untuk bersabar selagi menunggu sampai sempurna jumlah sekutu-sekutuan dan saudara-saudara mereka yang bakal dipotong nyawa serupa dengan milik mereka.
Kenapa 6:12 Maka kuperhatikan, saat Anak Domba tersebut membuka meterai keenam, tiba-tiba saja terjadi guncangan bumi yang amat parah serta sang surya berubah gelap seperti karung rami dan bulan menyala sepenuhnya dengan warna darah.
Mengapa 6:13 Dan bintang-bintang di langit jatuh ke bumi seolah-olah pohon ara merontokkan buah muda saat terkena hembusan angin kuat.
Kenapa 6:14 Maka langit berkerut seperti gulungan buku yang dilipat dan pegunungan serta kepulauan bergeser dari posisinya.
Mengapa 6:15 Raja-raja di bumi beserta para pemimpin besar, petugas tingkat atas, kaum yang kaya serta mereka yang memiliki wewenang, semuanya menyembunyikan diri di dalam gua dan retakan bebatuan pegunungan.
Mereka berbicara pada gunung-gunung dan bebatuan karang sambil mengatakan: “Jatuhlah ke atas kami dan tutupilah diri kami dari-Nya, Yang Enggan Di Atas Takhta, serta kemarahan Anak Domba tersebut.”
Mengapa 6:17 Sebab telah tiba hari pembalasan kemarahan mereka, dan siapakah yang bisa bertahan?
Santo-Santa 4 Mei
Santa Gemma Galgani, Perawan
Gemma Galgani dilahirkan di Camigliano, Toscana, Italia pada 12 Maret 1878. Saat berusia dua tahun, dia dipindahkan ke tempat tinggal kerabatnya demi menghindari penularan tuberkulosis silotiska yang diderita oleh beberapa anggotanya keluarga termasuk kedua orang tuannya. Dengan cara ini, Gemma dapat tumbuh secara sehat. Dia merayakan Komuni Pertamanya saat berumur sembilan tahun dan kemudian memutuskan untuk lebih disiplin dalam menjalankan doa harian. Meskipun gaya pakaiannya sangat sederhana, hatinya membawa sebuah kesuciapan luar biasa. Suatu hari sewaktu berdoa di gereja untuk kesehatan kedua orangtuanya yang sakit, Gemma mendapat penglihatan mistis dari suara divine yang bertanya apakah sang ibu bisa diambil-Nya. Tanpa ragu-ragu, Gemma setuju tetapi ingin ikut serta. Jawaban tersebut adalah “Hanya ibumu saja kali ini, nanti kamu akan bergabung di Surga!”
Pada usia 20 tahun, Gemma kehilangan sang ayah. Ayahnya meninggalkannya dalam kondisi kemiskinan dan kesulitan. Di tengah situasi tersebut, sebagai anak pertama di antara saudara-saudaranya, dia merawat keluarganya dengan penuh tanggung jawab. Beban ini sangat berat bagi dirinya. Pada saat bersamaan, tuberkulosis parah pun mulai mempengaruhi kesehatannya secara bertahap. Penyakit ini menjadi hambatan utamanya dalam menjalankan rutinitas harian serta mencapai impiannya menjadi seorang Sister of St. Passionis. Permintaannya untuk bergabung dengan Sisters of St. Passionis ditolak lantaran sakit yang dialami. Namun, hal itu tak menyurutkan semangatnya.
Dia yakin bahwa sakit tersebut dapat disembuhkan. Karena alasan ini, dia berdoa agar dipulangkan dari penyakitnya. Dia melaksanakan novena kepada Santo Gabriel Possenti (1838-1862), seorang imam Passionis, yang merupakan idola spiritual baginya. Akhirnya, Tuhan menepati doa Gemma dengan menyembuhkannya secara ajaib. Walaupun begitu, kondisi fisiknya belum sepenuhnya baik, sehingga impian untuk menjadi suster Passionis masih tak tercapai. Sebab itu, dia bersumpah akan merenungi makna ibadahnya kepada Tuhan di sebuah rumah milik seorang wanita Katolik, dimana dia bekerja sebagai asisten rumah tangga. Di dalam gaya hidup seperti itu, Gemma akhirnya mampu menciptakan hubungan dekat dengan Sang Pencipta. Dia sering kali menjalani pengalaman rohani dalam kehidupannya dan diberkahi dengan lima lukisan Yesus (Stigmata) di kakinya, tangannya, dan perutnya, serta goresan-goresan di kepalanya oleh tanduk mahkota durian. Selain harus menghadapi rasa sakit jasmani, Gemma pun turut merasakan derita jiwa ketika mendapat ejekan atas pola hidup barunya.
Gemma menyadari bahwa dia memiliki posisi khusus di hati Tuhan. Meskipun demikian, dia tetap sederhana dan merendahkan dirinya dibandingkan dengan orang lain ketika berada di depan Tuhan. Suatu hari, seperti yang sudah pernah dia dengar dari suara misterius tersebut, Gemma diminta untuk bertemu Tuhan pada tanggal 11 April 1903 di Lucca, Tuscany, Italia. Kemudian, pada tahun 2 Mei 1940, Paus Pius XII memberikan gelar ‘Suci’ kepada Gemma selama masa pemerintahannya antara tahun 1939 hingga 1963. Gelar Suci ini tidak hanya dikarenakan pengalamannya secara spiritual saja, namun juga disebabkan oleh kehidupan yang suci serta sikap kerendahan hatinya terhadap manusia dan Tuhan.
Santa Rachel, Pengaku Iman
Rachel merupakan seorang perempuan keturunan Yahudi. Dia menetap bersama keluarganya di Louvain, Belgia. Sejak kecil, Rachel telah mengenal keyakinan Kristen. Pada usia dua belas tahun, dia memilih untuk meninggalkan kedua orang tuanya yang tetap menjalankan tradisi Yahudi karena kesetiannya terhadap Yesus. Setelah itu, Rachel bergabung sebagai seorang biarawati dan menggunakan nama panggilan Katarina.
Rachel, Istri Yakob
Rachel, istri Yakov sang leluhur Israel, merupakan ibu kandung Yusuf (Kitab Kejadian 30:22–24) serta Benyamin (Kitab Kejadian 35:16–20). Rachel pun menjadi nenek bagi Efraim dan Manasye. Dia menghembus nafas terakhir usai melahirkan Benyamin. Jenazahnya dimakamkan di Efratha, utara Yerusalem, wilayah yang selanjutnya jadi tanah tinggalkan suku Benyamin. Pasal 19 dalam kitab Kejadian menyebutkan bahwa betul-betul di Betlehem lah ia disemayakan. Di sini Yakov membuat monumen kenangan untuk dia. Pandangan tradisional Alkitab mencatat bahwasanya Rachel bersama dengan kakaknya, Lea, berperanan penting ‘merancang keluarga Israil’ (Rut 4:11). Kisah tentang identitas asli Rachel bisa dipaparkan pada episode pasal 29 dalam kitab tersebut. Tambahan lagi, ada pula empat informasi tambahan lain yang membahas lebih lanjut soal sosok Rachel ini (Rut 4:11; Raja-Raja 10:2; Yesaya 31:15; Matius 2:18).
Para Martir dari Inggris
Henry VIII, sang raja Inggris yang terkenal keras kepala, melepaskan hubungan Gereja di Inggris dari Roma karena Sri Paus enggan mendukung perceraian antara Henry dengan istrinya yang pertama. Dengan demikian, ia menjadikan dirinya pemimpin atas Gereja Inggris tersebut. Dia juga memerintah agar seluruh warga harus mengenali posisi barunya sebagai Kepala Gereja. Siapa pun yang melawan akan dipidanakan bahkan sampai ancaman hukuman mati. Awalnya hanya beberapa orang yang menolak tunduk pada Raja ini, misalnya John Fisher—uskop yang kemudian dinobatkan jadi kardinal saat dalam kurungan; serta Thomas More—Kanselor dan seniman ternama. Mulanya John Houghton, Abbot Biara Cartusia London dan Lincoln, beserta 18 biksu lainnya dan para pastor senior dieksekusi secara sadis.
Lebih dari 950 biara ditutup dan seluruh hartanya disita oleh sang raja yang ingin merebut lahan serta properti gereja tersebut. Banyak bangunan gereja diratakan dengan tanah. Selama masa pemerintahan Henry, ia membunuh dua dari enam istri kembaliannya, sementara 50 martir lainnya meninggal dunia. Putrinya, Ratu Elizabeth I, bahkan melakukan pembunuhan yang jauh lebih brutal. Dia secara gamblang mendesak agar dikenali sebagai Kepala Gereja Inggris pada tahun 1559. Semua uskup dikirim ke penjara dan warganya dipaksa untuk menjalankan ritual Aglipikan. Meskipun Elizabeth sangat keras dalam hal ini, hanya ada 188 martir saat itu dan tak satupun yang setia padanya sebagai ratunya. Namun meski begitu, ratu masih perintahkan para pejabatnya melaksanakan siksaan paling sadisme dan tidak manusiawi atas korban-korbannya. Setiap pendeta ditangkap kemudian dibunuh, sedangkan warga sipil yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka dieksekusi gantungan tiang. Tetapi serangan semacam itu gagal menghalangi banyak pemuda Inggris yang nekat kabur menuju daratan Eropa untuk studi teologis, lalu pulang ke negaranya guna melayani ummat Kristen. Setiap langkah mereka diamati oleh agensi intelijen keraton sampai akhirnya mereka tertangkap, disiksa, dieksekusi lewat eksekusi gantungan tiang, dan di potong-potong sebelum benar-benar mati.
Antara mereka terkenal Edmund Campion SJ (peringatan: 1 Desember), yang saat masih menjadi mahasiswa pernah menyanyikan puisi pujaan untuk ratu di Universitas Oxford; sedangkan Cuthbert Mayne Pri mendapat tuduhan atas pembawaannya surat dari Paus ke tanah airnya. Margaret Clitherow dipaksa menahan beban berupa batu raksasa hingga meninggal, karena telah menyembunyikan seorang pastor dan enggan menceritakan identitas sang pastor tersebut pada aparat penegak hukum; sementara Pastor Robert Southwell SJ (peringatan: 1 Desember) harus bertahan hidup dalam sarang sempit yang penuh tinja setelah menjalani siksaan selama empat hari lamanya sebagai penyair dan juga pendeta.
Bapanya yang merupakan seorang Protestan tersebut langsung memohon kepada sang Ratu agar dapat menghukum mati anaknya sedini mungkin. Terkadang, para martir ini dieksekusi di dalam sel penjara sempit dan kotor tanpa kesempatan untuk keluar bahkan hanya beberapa saat demi pemenuhan kebutuhan dasarnya. Untuk mencoba merayunya, jarum-jarum dimasukkan di bawah kukna Aleksander Braint SJ (perayaan hari wafat: 1 Desember) gunakan meksimum rahasia lainnya. Bruder Nikolaus Owen SJ (peringatan: 1 Desember), si “John Kecil”, disiksa sangat keras karena ketekunan dan kepiawaiannya dalam membuat sarana penyembunyian bagi para imam. Meskipun demikian, dia tetap enggan membongkar identitas atau lokasi sembunyi para imam.
Richard Gwyn, seorang laity dan guru biasa, diculik lalu dibunuh serta dinobatkan sebagai martir pertama di Wales. Filip Howard, anggota istana kerajaan, melakukan introspeksi setelah menyaksikan nyawa Edmund Campion yang tenang meski hadapi persidangan. Akibat hal tersebut, ia pun turut tertangkap dan dipenjarakan selama sepuluh tahun di Tower of London hingga akhirnya meninggal diduga racun atas permintaan ratu yang iri akan hartanya.
Roger Wrenno, seorang pekerja industri tekstil, gantung hidup-hidup pada tahun 1616 di Lancaster namun tali eksekusinya putus sehingga ia berhasil lolos sementara waktu. Saat pulih kesadarannya, pastor-murator berniat menjerumuskannya ke jurang apostatis; tetapi Roger malah berdiri lagi, minta aliansinya pasangkan tali tebal lebih lanjut. Dia menjelaskan bahwa jika Anda melihat apa yang barusan aku lihat, kamu pasti bakal panik seperti diriku.
Anna Line, janda suci, terdiam saat peluncuran pisau decapitationnya berkomentar tentang bagaimana indah rasanya kalau bisa menyediakan rumah singgah buat ribuan imam daripada satu-satunya individu sastra ini.
Hampir dua abad lamanya, tepatnya hingga era Kerajaan Charles II, tujuh puluh delapan martir lainnya masih berguguran demi prinsip agama Katolik mereka. Hanya setelah pencemaran brutal Uskup Oliver Plunkett asli Ireland (wafat 1681) yang mulai surut. Gereja Anglikan Inggris senang dengan jumlah besar putera negri mereka yang berani melawan tiranisme monarki dan Parlemen. Sampai tahun 1965, gereja telah secara formal mensucikan 192 martir (Referensi: imankatolik.com/kgg).
Berita Lainnya di
Google News