- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
crime, news, politics, politics and government, politics and lawcrime, news, politics, politics and government, politics and law - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
19
JAKARTA, https://lowongankerja.asia
Untuk ke-10 kalinya, komika Pandji Pragiwaksono akan mengadakan pertunjukan komedi tunggal bertajuk Mens Rea.
Rabu (16/4/2025), Pandji mengadakan konferensi pers terkait acara tersebut.
Ia juga bercerita tentang awal kariernya hingga keresahan terbesar terhadap politik Indonesia.
Manggung di acara amal
Pandji telah memulai karier sebagai komika stand-up comedy sejak 2009.
Tetapi, pada waktu itu belum terbentuk komunitas, apalagi pertunjukan stand-up comedy.
Akhirnya, Pandji tampil bermain musik dalam sebuah kegiatan amal.
“Sebab hanya saya saja yang melakukan stand-up comedy dan tidak banyak orang lainnya, maka saya sering mengusulkan untuk tampil dalam acara-amal seperti itu. Biasanya setelah para musisi selesai bernyanyi, saya menawarkan diri untuk melakukan komedi,” jelas Pandji saat berada di Markas Comika, Petogogan, Jakarta Selatan, pada hari Rabu.
Mens Rea
Materi Mens Rea tentang politik akan diselenggarakan di 10 kota, dimulai pada tanggal 19 April di Bandung, dilanjuti oleh acara ini di Surabaya, Yogyakarta, Bogor, Semarang, Makassar, Balikpapan, Palembang, Medan, dan Denpasar sebelum penutupannya di Jakarta.
” Ini adalah cara mendidik tentang politik melalui humor. Tujuannya agar orang-orang menjadi lebih memahami bahwa kita yang terlibat dalam demokrasi seharusnya bisa lebih bijak dan introspektif,” ungkap Pandji.
Walaupun Mens Rea berarti niat jahat, dia menjamin bahwa acara yang dirancangnya tidak memiliki elemen kriminalitas sama sekali, hanyalah bercanda saja.
Di Jakarta, acaranya akan digelar di arena Indonesia, Senayan, dengan potensi untuk mencapai jumlah penonton hingga 10.000 orang.
Keresahan terbesar
Pandji menyatakan bahwa kekhawatirannya yang terbesar tentang politik di Indonesia adalah ketika masyarakat sering kali menyalahkan pemerintah.
“Kenapa kita tuh kayak enggak mau
take ownership
gitu lho sama kondisi Indonesia. Padahal ini kan ada peran kita juga,” ucap Pandji.
Selanjutnya, dia cemas tentang masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih dengan bijak ketika ada pemilihan umum atau pilkada.
“Gelisah nomor dua tersebut berkaitan dengan bagaimana kita tidak menghargai hak pilihan saat pemilu. Sebagai contoh, pada waktu memilih presiden, pertimbangan di balik keputusan tersebut belum cukup matang. Begitu juga saat menunjuk wakil rakyat, banyak orang yang tak begitu familiar dengan calon-calonnya,” jelas Pandji.
Pandji memang terkenal karena kerap mengkritik kebijakan pemerintah.
Meskipun begitu, dia menggarisbawahi bahwa Mens Rea tidak akan menyelami insiden politik dengan mendetail.