- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
astronomy, astrophysics, biology, news, scienceastronomy, astrophysics, biology, news, science - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
14
lowongankerja.asia
,
Jakarta
– Para
astronom
mengklaim telah menemukan bukti terkuat mengenai kemungkinan adanya kehidupan di
planet
lain. Namun, ilmuwan lain menekankan bahwa hasil tersebut masih perlu diverifikasi lebih lanjut sebelum dapat disimpulkan secara pasti.
Temuan ini berasal dari pengamatan terhadap eksoplanet K2-18b menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Planet tersebut pertama kali ditemukan pada 2015 dan berada di zona layak huni bintangnya, memungkinkan keberadaan air dalam bentuk cair.
Pada 2023, tim peneliti yang dipimpin oleh Nikku Madhusudhan dari University of Cambridge mendeteksi uap air, karbon dioksida, metana, serta sinyal lemah dari dimetil sulfida (DMS), molekul yang di Bumi hanya dihasilkan oleh makhluk hidup seperti fitoplankton laut.
Pada observasi terkini memakai perangkat JWST yang tak sama, sinyal DMS ditemukan menjadi sangat kuat lagi, seiring dengan potensi adanya DMDS (dimetil disulfida). Zat ini pun cuma diproduksi oleh makhluk hidup di bumi seperti kita.
“Yang kami uncover adalah evidence tunggal dari sinyal-sinyal yang beragam dalam spektrum wavelength dan menggunakan peralatan yang berbeda mengindikasikan potensial adanya kehidupan organik di dunia tersebut,” jelas Madhusudhan saat konferensi pers tanggal 15 April silam, sebagaimana dilaporkan.
Newscientist
.
Tim mengindikasikan bahwa deteksi DMS dan DMDS menunjukkan tingkat signifikansi statistik sebesar tiga sigma, yang berarti ada kemungkinan 3 dalam seribu bahwa hasil ini muncul begitu saja. Tetapi, patokan ilmiah untuk memastikan temuan tersebut valid adalah dengan mencapai taraf lima sigma.
Nicholas Wogan dari
NASA
Ames Research Center mengatakan bahwa temuan ini jauh lebih meyakinkan daripada sebelumnya, meski masih memerlukan pengujian lanjutan. “Tidak berarti Anda bisa mendownload datanya lalu langsung menemui adanya DMS,” ucapnya. “Proses tersebut sungguh kompleks.”
Sejumlah peneliti masih meragukan temuan tersebut. Ryan MacDonald dari Universitas Michigan mengungkapkan, “Observasi terbaru oleh JWST belum memberikan bukti kuat tentang keberadaan DMS atau DMDS dalam atmosfir K2-18b.” Dia juga menjelaskan, “Situasinya mirip dengan cerita ‘Anjing Anak-anak yang Menjerit Serigala’ bagi planet K2-18b, dan sangat disayangkan beberapa klaim menarik sebelumnya gagal bertahan ketika dievaluasi secara mandiri.”
Arti dari kondisi tersebut ialah bahwa planet itu telah mengalami beberapa kali klaim tiga sigma tentang adanya indikasi kehidupan, namun semua investigasi lebih lanjut menunjukkan bukti yang kurang meyakinkan.
Madhusudhan mengestimasi bahwa sekitar 16-24 jam observasi ekstra mungkin cukup untuk mencapai tingkat kepercayaan lima sigma, walaupun pengukuran atmosfer sangatlah menantang. “Perbandingan antara diameter atmosfer dan diameter planetnya mirip dengan tebal kulit apel yang ada pada buah apel,” jelas Thomas Beatty dari Universitas Wisconsin-Madison.
Walaupun asalnya belum dapat ditentukan sebagai produk kehidatan, konsentrasi DMS dan DMDS yang terdeteksi mencapai ribuan kali lipat lebih tinggi daripada di atmosfir Bumi. Apabila data tersebut tepat, hal itu mungkin menunjukkan adanya aktivitas biologis yang jauh lebih intensif dibandingkan dengan kondisi di Bumi.
Kami perlu sungguh-sungguh waspada,” kata Madhusudhan. “Di titik ini, kami tak boleh, meskipun menemukan DMS dan DMDS, mengatakan hal tersebut dipicu oleh adanya kehidupan.
Wogan mengatakan bahwa dibutuhkan waktu untuk membuang opsi-opsi selain yang berasal dari kehidupan. “Kondisi semacam ini sebenarnya belum dipelajari dengan mendalam. DMS di atmosfer berlogam hidrogen masih menjadi hal yang kurang kami pahami. Banyak riset tambahan yang akan diperlukan.”
Sara Seager dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menegaskan bahwa K2-18b masih dapat dipertimbangkan sebagai calon utama untuk mencari tanda-tanda kehidupan selama beberapa tahun kedepan akibat batas-batas dalam pengumpulan data tentang exoplanet tersebut. Meskipun demikian, Madhusudhan berpendapat penemuan ini tetap memiliki nilai signifikan.
Ini merupakan titik balik penting di mana kami berhasil bertransformasi dari organisme uniselular jutaan tahun silam, hingga mencapai peradaban dengan teknologi maju yang dapat menyelidiki atmosfer planet lain dan bahkan mendeteksi indikator adanya kehidupan biologis.