- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
journalism, news, news media, politics, politics and governmentjournalism, news, news media, politics, politics and government - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
1
Menjelang mencapai usia 10 tahun sejak pendirian pada tanggal 15 Juni 2015, kepengurusan Perhimpunan Jurnalis Nusa Tenggara Timur (PENA NTT) Bali untuk masa bakti 2025-2028 telah dilantik dalam suatu upacara yang diselenggarakan di Hotel Puri Ayu Denpasar pada hari Sabtu, 31 Mei 2025.
Ketua terpilih Agustinus Apollonaris Klasa Daton pada pidatonya menyampaikan bahwa PENA NTT datang sebagai tempat bagi jurnalis dari Bali yang berasal dari NTT untuk tetap melanjutkan perjalanan mereka di tengah situasi industri pers yang kini sangat memprihatinkan serta kelemahan para jurnalis.
Apollo mengatakan bahwa saat ini banyak wartawan Indonesia kehilangan pekerjaan mereka. Organisasi PENA tidak dapat lagi menyediakan nafkah untuk para pemiliknya. Dahulu kala, redaksi menjadi tempat perlindungan. Namun sekarang, jurnalis harus berjuang sendiri menghadapi ribut-ribut perubahan algoritme yang terjadi hanya dalam beberapa menit saja.
Pada kesempatan tersebut, dia mengutip pemikiran dari JA Denny seorang peneliti: Saat ini kita berada di era baru di mana pena sudah tidak memiliki nilai jual yang sama seperti dulu. Ketrampilan dalam merumuskan fakta dan cerita bukan lagi jaminan untuk mendapatkan pendapatan.
“Saat algoritma mengambil alih tempat kerja jurnalisme, para wartawan seakan merasa lemah. Namun, PENA NTT tidak hanya sebuah organisasi; ini seperti rumah,” ujarnya lebih lanjut pada acara tersebut yang hadir Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemerintahan Provinsi Bali sebagai perwakilan dari Gubernur Bali serta Kepala Biro Administratif Penjabat Sekretariat Daerah NTT Priscila Parera. “Rumah itu menjadi tempat bagi hati nurani, nyali, dan persaudaraan, juga wadah terus memberikan layanan.”
Apollo Daton yang memimpin PENA NTT bersama Sekretaris Erick Seran mendorong semua jurnalis, terutama anggota PENA NTT, untuk saling mendukung ketika menghadapi tekanan.
“Apollo menjelaskan bahwa mereka sama-sama memberi pengingatan saat nafsu buta mata, dan bersama-sama menyalakan inspirasi agar tetap bertahan, meski pada akhirnya jalannya kelihatan sangat sendu,” demikian disampaikan dalam sebuah acara yang turut dihadiri beberapa perwakilan lembaga dan teman-teman seprofesi dari berbagai organisasi seperti PWI, AJI, SMSI, AMSI, JMSI, IJTI termasuk Ukwah Jurnalis Bali (UJB).
Dia juga yakin bahwa wartawan SELALU MEMILIKI KREATIVITAS UNTUK MENYAJIKAN BERITA. “Biarkan kami terus menjelajahi dan membentuk cerita fakta di antara PARA PENULIS yang sudah tidak sepenuhnya menguntungkan bagi si pemilik.”
Pada kesempatan tersebut, Apollo pun menunjukkan rasa terimakasihnya kepada berbagai pihak yang telah bekerja sama erat dengan wartawan PENA NTT. Ini termasuk beberapa rumah sakit yang biasanya memberikan bantuan pada para jurnalis.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya atas nama Ketua PENA NTT kepada para pemimpin Rumah Sakit Prof Ngoerah Sanglah, Rumah Sakit Puri Raharja, serta Rumah Sakit Bhakti Rahayu. Mereka telah memberikan berbagai kemudahan dan pengurangan biaya bagi rekan-rekan jurnalistik saat dirawat atau menjalani perawatan inap di rumah sakit tersebut.
“Sekarang kita juga telah mengirim ambulans ke kantor redaksi saat para jurnalis kami mendadak sakit di malam hari. Kami ingin menyampaikan rasa terimakasih atas segala bentuk layanan dan pengabdian ini. Semoga Allah SWT memberi balasan untuk semuanya,” katanya.
Sebelumnya, Rolandus Nampu selaku ketua panitia pelaksana untuk pengukuhan pengurus dan rapat kerja PENA NTT masa bakti 2025-2028 menekankan bahwa acara kali ini bertemakan “Jurnalis Profesional Mengawali Pembangunan Negara”.
“Penguatan PENA NTT dijalankan pada masa peningkatan fokus kepemilikan media, ketika industri percetakan mengalami kemunduran, disertai dengan maraknya wabah informasi hoax dan berita bohong, ancaman terhadap para jurnalis, serta pertumbuhan sikap tidak percaya terhadap media mainstream yang semakin besar. Tentunya hal ini menjadikannya sebuah tantangan tersendiri bagi dunia jurnalisme,” ungkap Rolandus Nampu.
Rencana tiga tahunan ini pasti merupakan titik penting bagi komunitas media untuk terus bertahan dan menjaga kualitas kerja mereka. Menurut Roland, profesi jurnalistik sesungguhnya tidak harus dimonopolisasi oleh kalangan reporter saja.
“Maka pada dasarnya adanya jurnalistik dan wartawan dalam zaman saat ini harus dipertimbangkan dengan cermat. Oleh karena itu, sebagai penyelenggara, kami melihat bahwa pergantian pengurus bukan hanya bertujuan untuk memberi kesegaran terhadap organisasi, namun juga merupakan momen introspeksi mengenai tantangan yang dihadapi oleh para jurnalis dewasa ini,” ungkapnya kembali.
Hingga saat ini jumlah anggota PENA NTT sebanyak 43 wartawan yang tergabung di berbagai media cetak, elektronik dan platform baik lokal, nasional maupun asing.
Selanjutnya, Agustinus Apollonaris menjelaskan bahwa dia sudah merancang struktur pengurus yang akan melayani selama periode tiga tahun mendatang. ***