- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
government, indonesia, journalism, military, politicsgovernment, indonesia, journalism, military, politics - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
Laporan Jurnalis, Mardon Widiyanto
, KARANGANYAR –
Jamaah Dzikir Nurul Wathan Al Hambalangin wal Khittoh – Indonesia menyelenggarakan ziarah, sholawat, serta dzikir bersama di pemakaman Presiden Republik Indonesia kedua, Jenderal TNI (Purn) HM Soeharto yang terletak di Astana Giribangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar pada hari Minggu, 8 Juni 2025.
Di samping memberikan doa bagi yang telah meninggal, tujuan acara tersebut juga adalah untuk menyokong upaya agar Soeharto ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Ketua Pelaksana Acara Zikir Bersama, Mayjen TNI (Purn) Hariyanto Saputra, mengumumkan bahwa acara tersebut diadakan untuk merayakan ultah Presiden Soeharto.
“Nurul Wathan merupakan ide dari komunitas, ulama, kiai, intelektual, dan bahkan beberapa di antaranya berasal dari pemain wayang serta personel TNI,” jelas Hariyanto.
Dia menyatakan bahwa Nurul Wathan didirikan sebagai tempat bagi perjuangan rohani dan nasional melalui ibadah berjamaah.
Organisasi ini membuka pintu bagi semua orang yang berdedikasi pada pembangunan Indonesia yang demokratis, damai, serta makmur.
“Indonesia merupakan negeri raya yang menghargai persatuhan, keragaman etnis, dan berupaya meningkatkan kemakmuran warga,” lanjutnya.
Abi Fatkhi Esmar, yang merupakan perwakilan keluarga Soeharto, menyampaikan dalam pidatonya bahwa tujuan dari doa bersama tersebut adalah untuk mendukung usulan menjadikan Soeharto sebagai Pahlwan Nasional melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia di tahun 2025.
“Kami menghormati kontribusi Bapak Harto yang membimbing negara kita menjauhi ancaman ideologi komunistik setelah peristiwa 30 September/ PKI, sekaligus menyokong Pancasila,” kata Abi.
Dia menggantikan keluarga Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut Soeharto, dan memberitahukan bahwa mereka meminta maaf karena belum dapat hadir secara langsung di acara itu.
“Beliau menyampaikan salam dari Mbak Tutut serta ucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan dalam mengajukan Pak Harto menjadi pahlawan nasional,” lanjutnya.
Seorang bekas asisten presiden Soeharto, Jenderal (Purn) Sunaryo, juga ikut hadir dan merenungkan kembali saat-saat penting yang pernah dia alami bersama Presiden Soeharto serta Ibu Tien Soeharto.
Dia menceritakan momen yang sangat mengesankan saat memandu Soeharto haji di tanah suci, terutama ketika pintu Ka’bah dibuka bagi orang tersebut.
“Saya telah menghabiskan waktu sekitar 25 tahun untuk menemani beliau. Salah satu pengalaman yang sangat berkesan adalah saat Saya diharapkan oleh Raja Arab Saudi untuk membuka Ka’bah sehingga Presiden dan Ibu Negara dapat memasuki dalam keadaan aman. Ini merupakan momen yang tidak akan pernah terlupa,” jelas Sunaryo. (*)