Pemimpin Al-Qaeda di Yemen Ancam Trump dan Musk: “Kami Akan Datang”

,


Jakarta


– Pemimpin cabang

Al Qaeda

Sangat mengagetkan, Saad bin Atef al-Awlaki, mencela Presiden AS Donald Trump.

Trump

dan miliarder teknologi

Elon Musk

Al-Awlaki mengkritik bantuan Amerika Serikat untuk konflik Israel di Jalur Gaza serta situasi warga Palestina yang terdesak.

“Setelah apa yang dialami dan tengah terjadi oleh masyarakat kami di Gaza, tidak ada batasan lagi,” ungkap Saad bin Atef al-Awlaki melalui rekaman video selama tiga puluh menit yang disebar online pada Minggu, 7 Juni 2025, oleh penganut Al Qaeda dari Semenanjung Arab atau Al Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP), afiliasi gerakan bersenjata asal Yaman.

“Balasan timbal-balikan itu valid,” katanya.

Dilansir dari
The Times of Israel
Pesan video Al-Awlaki juga berisi ajakan kepada individu-individu yang dikenal sebagai “serigala tunggal” untuk melakukan pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpin di Mesir, Yordana, serta negeri-negera di Teluk Arab karena konflik tersebut, yang telah merusak Gaza dan menyebabkan kematian setidaknya 54.772 warga Palestina dalam kurun waktu 20 bulan terakhir.

Pesan itu memperlihatkan foto Trump dan Musk, Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth, bersama dengan lambang perusahaan-perusahaan milik Musk—seperti pembuat kendaraan listrik Tesla.

Profiling AQAP di Semenanjung Arab

Berdasarkan laporan
Al Jazeera
,AQAP muncul pada tahun 2009 akibat perpaduan antara cabang Al Qaeda di Yaman dan Saudi. Kelompok tersebut sangat bertolak belakang dengan gerakan pemberontak Houthi di Yaman, yang telah merebut sebagian besar wilayah negara dan baru-baru ini setuju untuk gencatan senjata dengan Amerika Serikat.

AQAP bertambah kuat sambil negara Yemen dilanda konflik bersenjata, di mana Houthis berlawanan dengan koalisi dipimpin Arab Saudi yang mensupport pemerintahan setelah tahun 2015.

Al-Awlaki meraih posisi kepemimpinan grup tersebut di tahun 2024, mengambil alih dari sebelumnya yang ditempati oleh Khalid Batarfi, orang yang meninggal pada tahun tersebut.

Dirinya menjadi target utama bagi pemerintah AS. Sampai-sampai terdapat iming-iming penghargaan atas kepalanya senilai $6 juta oleh pihak AS. Hal ini karena, sesuai pernyatan Washington, Al-Awlaki telah “menganjurkan serangan secara langsung terhadap Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.”

Meskipun diyakini telah melemah dalam beberapa tahun terakhir karena pertikaian internal dan dugaan serangan pesawat nirawak AS yang menewaskan para pemimpinnya, kelompok tersebut dianggap sebagai cabang Al Qaeda paling berbahaya yang masih beroperasi sejak AS membunuh pendirinya, Osama bin Laden pada tahun 2011.

Ahli dari Perserikatan Bangsa-Bangka (PBB) menaksir bahwa AQAP memiliki sekitar 3.000 sampai 4.000 petempur yang masih aktif beserta para anggotanya yang tidak dalam posisi bertugas. Mereka juga mencatat bahwa organisasi ini mendapatkan dana melalui perampokan ke bank dan kantor pertukaran uang, penyelundupan senjata, pemalsuan mata uang, serta lewat transaksi tawar-menawar untuk pembayaran tebusan.

Jalannya berbeda antara Houthi dan AQAP

Sekarang ini, kelompok Houthi mengklaim tidak berkolaborasi dengan AQAP, walaupun serangan terbaru pada mereka sudah berkurang selama beberapa tahun belakangan, sedangkan anggota mereka masih melancarkan serangan ke arah tentara koalisi di bawah kepemimpinan Arab Saudi.

Kini, sementara perhatian tertuju pada konflik Israel di Gaza, AQAP sepertinya mengambil jalannya sendiri seperti halnya kelompok Houthi. Kelompok ini sudah melepaskan serangan rudal terhadap Israel dan juga membidik kapal-kapal niaga yang berselancar di Laut Merah, sebagai tanda dukungan kepada rakyat Palestina yang menjadi korban penembakan oleh pihak Israel.