- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
indonesia, muslim women, womenindonesia, muslim women, women - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
PR JABAR
– Terlihat seorang jemaah wanita berusia lanjut sedang menghindari keramaian setelah ia melemparkan batu ke arah tiang jumrah di area Jamarat, Mina, Arab Saudi yang dipadati oleh jemaah haji lainnya.
Mukanya terlihat pucat dan dia kelihatan lelah. Dengan langkah lesu, dia mendekati dua orang petugas berpakaian biru yang bertanda sebagai pejabat haji Indonesia di tingkat tiga kantor Jamarat tersebut.
Seorang wanita lanjut usia bernama Warni adalah salah satu peserta haji dari Surabaya yang merasa kesulitan di antara kerumunan jemaat haji dari seluruh belahan dunia.
“Bapak tolong, saya kehilangan hubungan dengan suami saya.” ujar Warni sambil menggoyahkan tangannya kepada Feri Eka Susila, petugas PPIH di Posko 5 Jamarat pada hari Minggu tanggal 8 Juni 2025. “Ini adalah nomor telepon suami saya,” tambahnya.
“Bunda tenang saja, nanti suaminya bunda kita yangkan. Tenang ya Bu,” sambut Feri sambil menghibur jemaah.
Warni menyatakan telah terpisah selama tiga jam dari suaminya. Walaupu mereka masih dapat berbicara melalui ponsel, kedua orang itu tetap gagal untuk bertemu karena kebingungan akan kondisi area Jamarat yang sangat luas.
Petugas kemudian menghubungi suami Bu Warni, yang ternyata telah berada di lantai bawah atau di dekat pintu keluar jemaah setelah mereka melempar jumrah.
Setelah bertemu pada satu titik, petugas mengantar Bu Warni dengan turun melalui escalator ke lantai yang lebih rendah.
Akan tetapi, mencoba menghubungkan Bu Warni dengan suaminya bukanlah tugas yang sederhana. Gambar dinding yang dikirim oleh sang suami lewat WhatsApp ternyata sangat sering muncul di lantai bawah dan semua gambar tersebut identik.
Tidak berselang lama, petugas pun bertanya kepada askar yang sedang menjaga posisi di depan tangga eskalator, dan sang askar itu menunjuk ke arah kanan yang letaknya kira-kira 150 meter lebih jauh.
Hanya beberapa langkah menjauh, Bu Warni menangkap pandangan suaminya yang sedari jauh mengayunkan tangan.
Akhirnya mereka bertemu kembali. Bu Warna merangkul suaminya dengan kuat sambil menitikkan air mata. Tetesan jernih yang mengandung kegembiraan kelihatan jatuh dan menyiram wajahnya.
“Terima kasih atas bantuan Anda, Pak. Syukur alhamdulillah akhirnya dapat berkumpul lagi dengan suami. Terima kasih banyak, Pak Petugas,” ungkap Warni ketika hendak berpisah dari para petugas.
Pertemuan antara Bu Warni dan suami yang telah terbantu oleh staf hanya merupakan satu bagian kecil dari berbagai cerita tentang dedikasi para petugas PPIH Daker Bandara Posko Jamarat di Mina.
Posko PPIH Jamarat bukan hanya bertindak sebagai panduan navigasi untuk jemaah Indonesia yang tersesat di area Jamarat atau menunjukkan arah menuju tenda Mina, tetapi memiliki peran yang lebih luas.
Posko PPIH Jamarat terkadang berfungsi sebagai tempat penyegaran untuk para jemaah. Ada pula staf yang memijat kaki jemaah yang mengalami kejang, membantu jemaah menggunakan kursi roda, serta menolong jemaah yang tiba-tiba merasakan sakit setelah melempar jumrah.
Terdapat rasa nyaman yang istimewa untuk jamaah dari Indonesia saat berinteraksi dengan petugas haji Indonesia di area Jamarat. Petugas tersebut seolah menjadi oase di tengah padang pasir bagi para jamaah haji asal Indonesia.
Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Bandara bersamaan dengan komandan operasi setelah Arafah menyebutkan bahwa PPIH yang berdinas di area jamarat tersusun atas 8 titik rute yang dikendalikan oleh Kepala Pos beserta 16 personelnya.
“Kewajiban pokok dari PPIH Pos Jamarat adalah memberikan pelayanan kepada para jemaah haji asal Indonesia tanpa terkecuali. Tim ini beroperasi di sepanjang rute bawah Jamarat maupun rute atas selama 24 jam dengan empat kali pergantian shift,” jelas Basir saat berada di Mekkah, ***