- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
asia, cities and towns, culture, indonesia, natureasia, cities and towns, culture, indonesia, nature - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
Saat libur panjang tiba, kami memutuskan untuk mengunjungi salah satu tempat wisata yang terletak di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Lokasi ini sangat dekat dari pusat Kota Banda Aceh, hanya berjarak sekitar 7,7 kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 16 menit saja dengan kendaraan. Tempat yang kami tuju adalah Pemandian Mata Ie, yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti “mata air”.
Mata Ie tidak hanya sebuah destinasi pariwisata normal. Lokasi ini adalah asal-usul air alam yang mengalir membentuk beberapa kaliau lalu bergabung menjadi arus sungai yang lebih luas. Dahulu, air dari sini sempat dipakai untuk memenuhi Krueng Daroy, kanal air yang dibuat saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda Meuktala Alam. Krueng Daroy sendiri berakhir di Taman Sari, dikenal sebagai lokasi mandi sang Permaisuri Sultan yaitu Putroe Phang serta pengawannya di Istana Darud Dunya. Sampai sekarang, Mata Ie masih jadi penyedia utama air minum bagi Kota Banda Aceh.
Saat sampai di lokasi, kenangan masa lalu segera bermunculan. Dahulu kala, tiap minggu sore, aku beserta sahabat-sahabat sering mengayuh sepeda kita menuju Mata Ie cuma buat berendam di danau naturalnya. Suhu airnya betul-betul menusuk tulang—sangat segar! Bagi mereka yang gampang merasakan dingin, kadang timbul hives. Tetapi rasanya semua hal tersebut terbalaskan oleh kegembiraan serta ketenteraman yang tak tertandingi dari tempat lain.
Tempat pemandian ini ditempatkan di dasar gunung yang dilindungi oleh hutan lebat serta tanaman-tanaman hijau. Udara disini begitu segar dan tenang, menjadikan setiap orang merasa nyaman untuk tinggal lebih lama. Tak jauh dari kolam tersebut ada satu bangunan mesjid. Pribadi saya telah berkali-kali melaksanakan ibadah shalat di lokasi itu. Kondisi dalam mesjid benar-benar sunyi dan teduh, pas banget bagi mereka yang ingin bersantai sembari mendengarkan bunyi-bunyian alam di sekeliling.
Di luar sebagai lokasi berenang, air terjun yang bermula dari kolam Mata Ie ini kerap digunakan oleh para wanita dalam aktivitas cuci pakaian saat pagi hari. Gambaran tersebut tetap dapat disaksikan sampai sekarang, seperti jika tak ada perubahan apa pun atas tempat ini. Kegiatan pengunjung secara umum masih mirip dengan masa lampau—beberapa orang memilih untuk renang, beberapa lainnya melakukan pencucian, duduk-duduk rileks, atau hanya cukup menyesap segelas kopi sembari merasakan pesona alam di lereng bukit.
Menuju ke Mata Ie dari tengah kota cukup sederhana. Pengunjung dapat menggunakan Trans Kutaraja dan memilih jalur Koridor 3A yang menghubungkan rute Pusat Kota — Setui — Mata Ie, atau Koridor 3B untuk rute Pusat Kota — Lhong Raya — Mata Ie. Terminal akhir letaknya langsung di hadapan Rindam Iskandar Muda, tepat di pintu masuk area permandian Mata Ie.
Mata Ie tentu saja tidak menyediakan atraksi buatan atau hiburan moderen. Akan tetapi, disitulah pesona alami dari sana dapat dirasakan. Kehadiran pepohonan lebat, bunyi air mengalir, udara dingin dataran tinggi, bersama dengan suasana tradisional yang konservatif menciptakan setiap kali berkunjung ke Mata Ie membawa kedamaian dan kenangan nostalgis yang tiada tandingannya.