- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
advertising, football clubs, politics, soccer, sportsadvertising, football clubs, politics, soccer, sports - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
, JAKARTA
– PSIM Yogyakarta, Bhayangkara Presisi Lampung FC, serta Persijap Jepara secara resmi akan naik kelas ke Liga 1 untuk musim 2025/26.
Tiga tim ini menorehkan jejak luar biasa di Liga 2 musim 2024/25, mengantarkan narasi tersendiri dan berwarna-warni ke dalam tingkat tertinggi sepak bola di Indonesia.
Mereka bersiap untuk membawa kompetisi baru yang menarik, entah itu bagi veteran atau pemula di Liga 1.
Bhayangkara FC: Menanjak dengan Harapan Gigih
Tim pertama yang mengamankan promosi adalah Bhayangkara Presisi Lampung FC, yang menunjukkan performa superior di fase delapan besar Pegadaian Liga 2.
Club ini membutuhkan waktu hanya satu musim untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju Liga 1 pasca degradasi di musim 2023/24. Keberadaan Bhayangkara semakin kuat dengan kedatangan para pemain berbakat seperti Dendy Sulistyawan dan Ilija Spasojevic, ditambah lagi dengan dukungan dari stadion barunya yang akan digunakan sebagai tempat bertanding di musim mendatang di Lampung.
“Semua persiapan telah kita siapkan, termasuk mendapatkan para pemain Timnas untuk bermain di Liga 1,” jelas COO Bhayangkara FC, Sumardji, mengungkapkan niat kuat dari tim tersebut, seperti yang dikabarkan situs resmi liga.
Berdasarkan landasan yang kokoh serta memiliki perencanaan strategis, Bhayangkara diyakini akan tumbuh menjadi salah satu tim berpengaruh di Liga 1.
PSIM Yogyakarta: Mitra Yang Telah Berpendar Lagi
Sebagai pemenang Liga 2 oleh Pegadaian pada musim 2024/25, PSIM Yogyakarta akhirnya akan kembali ke Liga 1 setelah menunggu selama 18 tahun. Tim yang telah lama dikenal ini didirikan di tahun 1929 dan merupakan salah satu pembentuk asli dari PSSI.
Berdasarkan catatan perjalanan panjang dengan banyak pencapaian, PSIM mencerminkan jiwa masyarakat Yogyakarta di dunia sepak bola.
Caretaker coach of PSIM, Erwan Hendarwanto, mengungkapkan kesyukurannya terhadap pencapaian tersebut. “Sudah takdir bahwa saya berada di tempat ini. Ini adalah rezeki yang perlu disyukuri,” katanya.
Sementara itu, pemain Sunni Hizbullah menambahkan, “Ini semua tak lepas dari perjuangan, kerja keras pemain, pelatih, manajemen, dan suporter yang sangat luar biasa… Alhamdulillah terima kasih sekali doa-doa dari suporter dan warga Yogyakarta.”
Sumbangan signifikan dari para penggemar fanatik seperti Brajamusti dan The Maident turut berperan besar dalam kesuksesan ini.
Kepala Eksekutif PT Persis Solo Sriwijaya FC, Liana Tasno, merenungkan jejak sejarah tim yang telah dilaluinya. “Sekitar enam tahun lalu, saya pikir proyek ini mustahil untuk dicapai. Namun kini setelah bertahan selama itu pada akhirnya kita bisa mencapainya,” katanya dengan suara dipenuhi emosi.
Kebangkitan Persija Jepara: Dari Zaman yang Tidak Menyenangkan
Persija Jepara lengkapi tiga tim yang naik dengan meraih kemenangan pada pertandingan untuk posisi ketiga usai mengalahkan PSPS Pekanbaru dengan skor 1-0.
Satu-satunya gol dari Leo Lelis dalam pertandingan itu menandai kembalinya tim yang terkenal dengan sebutan Laskar Kalinyamat.
Persija, yang didirikan tahun 1954, merupakan tim yang kental akan warisan budaya, menggambarkan jiwa masyarakat Jepara.
Riwayat Panjang Persijap tidak senantiasa lancar. Tim tersebut pernah merosot sehingga harus bersusah payah bertanding di divisi rendahan sepak bola Indonesia.
Meskipun demikian, dukungan dari pendukung seperti Banaspati dan Jetman selalu teguh. Saat ini, usai menantikan lebih dari sepuluh tahun, Persijap siap berkompetisi lagi di Liga 1.
Berdasarkan akarnya dalam budaya dan sejarah, Stadion Gelora Bumi Kartini akan berfungsi sebagai arena di mana Laskar Kalinyamat dapat memperlihatkan kemampuannya.
Persija tidak sekadar mengangkat prestise Jepara di pentas nasional, melainkan juga mencerminkan semangat perjuangan penduduk setempat.
Liga 1 2025/26: Kompetisi yang Lebih Berwarna
Keberadaan kembali PSIM Yogyakarta, Bhayangkara FC, serta Persijap Jepara akan menambah keunikan dalam kompetisi Liga 1 pada musim mendatang.
Bhayangkara tampil dengan dana yang kuat dan ambisi besar, sedangkan PSIM membawa beban sejarah serta tradisi kentalnya. Di sisi lain, Persijap menjadi lambang dari pemulihan diri dan pertempuran demi kemajuan.
Semuanya akan membawa narasi terbaru yang berpotensi memperkuat kompetisi di puncak hierarki sepak bola Indonesia.