- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, food and drink, food culture, food delivery, traditionsculture, food and drink, food culture, food delivery, traditions - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
3
, PALANGKA RAYA
– Minggu (8/6/2025), Car Free Day (CFD) di Palangka Raya dipenuhi lagi oleh warga yang mencari hiburan serta camilan enak.
Dalam kebisingan tersebut, seorang wanita berusia pertengahan tampak istimewa mengendarai sepeda lamanya sementara menawarkan hidangan khas lokal.
Nama dia adalah Patmiatun, dan beliau telah berusia lebih dari 50 tahun.
Menggunakan sepeda lama miliknya, dia mengangkut hidangan lokal Jawa seperti nasi jagung, nasi tiwul, serta botok.
Ia memasak sendiri semua makanan dari pagi sebelum pergi ke acara CFD.
Ibu Patmiatun menyatakan berasal dari Jawa Timur dan mempunyai warisan rahasia keluarganya yang meliputi berbagai masakan tradisional seperti nasi tiwul serta nasi jagung.
Walaupun kedua hidangan ini juga populer di sejumlah wilayah Jawa Tengah, rasanya serta metode pengolahan khususnya merupakan ciri dari Jawa Timur.
Nasi tiwul dibuat menggunakan singkong kering yang telah dihaluskannya kemudian dikukus, menciptakan sebuah tekstur lembut serta cita rasa asli yang enak.
Nasi jagung terbuat dari percampuran antara jagung halus dengan beras, dan sangat umum ditemukan di daerah pedesaan Jawa Timur.
“Bila itu hari Minggu, saya datang ke sini. Tempatnya ramai, banyak orang mencari masakan tradisional,” katanya kepada .
Patimatun menyatakan telah berdagang masakan khas Jawa Timur selama lebih dari enam tahun.
Pada hari-hari normal, dia sering ditemukan di Pasar Bawah atau Pasar Besar Palangka Raya. Namun pada setiap Hari Minggu pagi, ia lebih memilih untuk berjualan di area CFD.
Pilihan makanannya singkat, tetapi membuat kenangan masa lalu hidup kembali.
Terdapat pilihan antara nasi tiwul ataupun nasi jagung yang dihidangkan bersama dengan botok, sambal goreng, atau sayur urap.
Harga untuk satu sajian adalah Rp 10 ribu saja.
“Terkadang bisa menjual hingga 30 porsinya. Tidak terlalu banyak, namun syukur Alhamdulillah selalu laku,” ujarnya sambil mengatur kemasan barang dagangannya di atas sepeda kecilnya.
Kehadiran Ibu Patmiatun di CFD ternyata telah dikenali oleh banyak pelanggan tetapnya.
Tidak hanya karena harga yang terjangkau, cita rasanya juga membuat seseorang merindukan tempat asalnya.
“Seperti rasanya makanan ibuku di rumah. Saya orang Jawa sebenarnya, jadi merindukan melihat nasi tiwul,” kata Lilis, salah satu peserta CFD yang hadir bersama buah hatinya.
Walaupun umurnya telah lanjut, semangat Patmiatun tetap tidak pernah padam.
Siahkan bassar sepeda ontlenya, tiap Minggu pagi dia karo mengayuhnya menuju pusat Kota Palangka Raya sambil menyalin suasan dan narasi dari Pulau Jawa bagian timur.