- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
government, news, politics, politics and government, rules and regulationsgovernment, news, politics, politics and government, rules and regulations - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
6
,
Jakarta
– Presiden Donald Trump melarang masuk ke Amerika Serikat (
AS
) bagi warga dari 12 negara. Kebijakan ini diumumkan menyusul serangan di Colorado pada akhir pekan lalu yang menurut Trump memperlihatkan bahaya besar dari pendatang asing yang tidak disaring dengan baik.
“Kami tidak akan mengizinkan orang yang ingin menyakiti kami memasuki
negara
kami,” kata Trump dalam sebuah pernyataan video dilansir dari
Sky News
. Ia menambahkan bahwa banyak dari mereka “datang sebagai pengunjung sementara dan tinggal melebihi batas visa mereka”.
12 Negara yang Terkena Larangan Penuh
Dilansir dari
CNN
, berikut12 negara yang terkena larangan penuh masuk ke AS:
1. Afghanistan
Dikuasai oleh Taliban sejak 2021, Afghanistan tidak diakui secara resmi oleh AS. Namun pengecualian diberikan untuk warga Afghanistan yang telah membantu pemerintah AS dan memenuhi syarat program visa khusus.
2. Myanmar (Burma)
Dikendalikan oleh jenderal-jenderal yang terlibat dalam perang saudara brutal, dinilai enggan bekerja sama untuk mengembalikan warganegaranya dari Amerika Serikat.
3. Chad
Mempunyai tingkat pelanggaran visa yang cukup signifikan. Diperkirakan sekitar 50% pemegang visa asal Chad diketahui tetap bertahan di luar batas waktu izin tinggal mereka hingga tahun 2023.
4. Republik Kongo
Berpartisipasi dalam perselisihan domestik yang berkepanjangan dengan pemerintahan yang labil.
5. Guinea Ekuatorial
Dianggap kurang memiliki sistem pengendalian keamanan yang cukup untuk wargannya.
6. Eritrea
Dicap sebagai teroris dalam konflik di Ethiopia. Hubungan antara AS dan negara tersebut sangat tegang.
7. Haiti
Dalam situasi kericuhan dan didominasi oleh kelompok bersenjata di banyak wilayah ibukotanya, Port-au-Prince.
8. Iran
Tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan dianggap sebagai negeri yang mungkin mendukung organisasi terorisme.
9. Libya
Kondisi politik dan keamanan di sana sangat tak terkendali. Pihak pemerintah Amerika Serikat menyebutkan bahwa baik aktor negara maupun bukan negara yang ada di Libya dituduh telah melancarkan tindakan-tindakan berupa kekejaman terhadap manusia.
10. Somalia
Identifikasi sebagai ‘surga yang aman bagi teroris’ karena adanya pemerintahan yanglemah serta area yang mayoritas tak berada di bawah kontrol resmi.
11. Sudan
Militer Sudan dituduh telah menggunakannya senjata kimia selama pertempuran. Kekuatan hubungan diplomasi dengan Amerika Serikat menurun mulai tahun 2023.
12. Yaman
Banyak daerahnya dikendalikan oleh kelompok pemberontak Houthi yang dipandang berbahaya, khususnya akibat serangan mereka terhadap rute perdagangan di Laut Merah.
Negara dengan Pembatasan Sebagian
Di luar 12 negara tersebut, Trump pun menerapkan batasan tertentu bagi warga dari tujuh negeri yang lain ini:
- Burundi
- Kuba
- Laos
- Sierra Leone
- Togo
- Turkmenistan
- Venezuela.
Mereka dipandang sebagai ancaman besar bagi keamanan Amerika Serikat. Banyak dari negara-negara tersebut memiliki hubungan yang tidak baik atau bahkan musuh dengan pemerintahan Washington, sementara sebagian lainnya sedang dilanda kericuhan politik atau berada di bawah kendali rejim-rejim otoriter.
Presiden Trump menyebutkan bahwa aturan ini adalah elemen krusial untuk mencegah serangan teroris asing skala besar di wilayah Amerika Serikat. Peraturan terbaru tentang daftar larangan bagi beberapa negara tersebut menimbulkan kesulitan bagi warga dari berbagai bangsa untuk memasuki AS.
Namun, Trump secara spesifik mencabut larangan untuk warga Suriah usai pertemuan terbarunya dengan pemerintahan negeri tersebut selama kunjungan ke Timur Tengah. Ketentuan larangan masuk ke Amerika Serikat tidak diberlakukan pada para atlet serta pembimbing yang ikut ambil bagian dalam Piala Dunia 2026 dan Olimpiade 2028, acara olahraga besar yang bakal digelar di tanah airnya sendiri.
Larangan
Ini menjadi salah satu hal yang paling kontroversial. Pelarangan tersebut setelah itu disebut sebagai “pelarangan Muslim” dan menghasilkan banyak protes. Ratusan ribu orang berunjuk rasa di bandara-bandara Amerika Serikat untuk menolak tindakan penahanan wisatawan yang berasal dari negeri-negeri tertentu yang dipengaruhi oleh kebijakan tersebut.
Dewi Rina Cahyani
berpartisipasi dalam penyusunan artikel ini.