- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, cooking, food and beverage industry, food and drink, food service industrybusiness, cooking, food and beverage industry, food and drink, food service industry - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
10
Jakarta, IDN Times
– Jumlah individu yang mempersiapkan hidangan di lingkungan perumahan AS saat ini mencapai puncaknya sejak wabah virus corona tahun 2020, sesuai dengan rilis dari Campbell Soup Company (Campbell’s). Ketua eksekutif Campbell’s, Mick Beekhuizen, menjelaskan bahwa pertambahan tersebut terlihat dalam seluruh segmen penghasilan, tidak ada pengecualian. Menurut dia, meningkatnya asupan produk makanan dan minuman di tempat tinggal didorong oleh permintaan atas efisiensi, mutu, serta kemudahan.
Polanya mirip dengan periode awal pandemi saat ketidaktentuan ekonomi membuat banyak orang berpindah keaktivitas di dalam rumah, seperti memasak sendiri.
“Konsumen telah mencapai puncak aktivitas masak di rumah sejak awal tahun 2020,” ungkap Beekhuizen pada hari Senin (2/6/2025), demikian dilansir.
CNBC Internasional
, Selasa (3/6/2025).
1. Belanja rumah tangga di Amerika Serikat menurun akibat pengaruh ekonomi dari pandemic tersebut.
Seiring dengan pandemi, belanja rumah tangga di Amerika Serikat mengalami transformasi signifikan terutama dalam bidang pangan. Menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, angka pengangguran meningkat drastis menjadi 10,8 juta jiwa selama kuarter keempat tahun 2020, yang merupakan peningkatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode serupa tahun sebelumnya. Di sisi lain, total pembelanjaan konsumen secara umum berkurang rata-rata 2,7%.
Kemerosotan paling signifikan ditemui dalam bidang kuliner luar ruangan serta angkutan publik, kedua aspek ini dinilai sudah tak lagi penting saat masa krisis berjalan. Keperluan pokok semacam bahan makanan rumah tetap jadi fokus nomor satu. Sesuai dengan catatan dari The Independent, orang-orang lebih condong membatasi pengeluaran mereka untuk barang-barang tambahan karena adanya keragu-raguan atas kondisi ekonomi dunia tersebut.
Perubahan tersebut menyebabkan peningkatan konsumsi makanan di rumah, fenomena yang saat ini mulai berlanjut dalam pola belanja terakhir dari Campbell’s. Orang-orang cenderung memprioritaskan kestabilan pengeluaran mereka, terlebih lagi pada masa ketika ada inflasi serta adanya tarif tambahan yang diterapkan.
2. Kenaikan tarif impor oleh Trump menimbulkan ketakutan di pasar dan bisa memicu resesi
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memulai goncangan baru dengan pengumuman bea masuk awal sebesar 10% untuk seluruh produk impor mulai tanggal 2 April, yang dia namakan “Hari Kemerdekaan,” sesuai laporan tersebut.
The Independent
Negara-negara mitra Amerika Serikat juga terpengaruh, walaupun sebagian besar beban tarif pada akhirnya diundur selama 90 hari menyusul tekanan yang signifikan pada bursa saham.
Tindakan tersebut menimbulkan keprihatinan bagi sejumlah kelompok, seperti para ekonom dan peserta pasar. Sikap negatif dengan cepat meluas lantaran tarif dinilai berlebihan pada saat proses pemulihan ekonomi masih labil. Menurut survei yang dilakukan oleh The Economist bersama YouGal, 56% responden dari Amerika Serikat menyatakan bahwa kebijakan tariff milik Trump sangat keras atau extreme.
Lebih dari setengah peserta survei, yaitu sebanyak 53%, menganggap situasi ekonomi di Amerika Serikat kian memburuk.
CNBC Internasional
mengabarkan bahwa Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan jatuh ke posisi terendahnya minggu lalu, semakin menguatkan atmosfer pesimisme dalam kalangan publik.
3. Pendapatan dari penjualan produk utama Campbell’s mengalami kenaikan, namun sebaliknya terjadi pada penjualan camilan yang malah menurun.
Performa Campbell’s meningkat signifikan dalam bidang produk makanan dan minuman, dengan pendapatan meroket 15% hingga mencapai angka 1,5 miliar dolar AS di trimester ketiga. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh pengambilalihan Sovos Brands, yang merupakan pemegang lisensi untuk saus berkualitas tinggi Rao’s, pada tahun 2024. Sementara itu, merek sup seperti Pace, Pacific, serta Swanson berhasil menambah konsumsinya sebanyak 2%, sambil tetap menjaga posisinya di pasaran.
Akan tetapi, di sisi lain, penjualan produk camilan mengalami penurunan. Angka ini berkurang 8% hingga mencapai total 1 miliar dolar AS, dimana salah satunya adalah merek kraker bernama Goldfish yang sedang menghadapi kesulitan signifikan. Barang unggulan mereka masih belum dapat pulih dan tumbuh seperti kondisi sebelumnya.
Chief Financial Officer (CFO) dari Campbell mengungkapkan kepercayaannya pada masa depan snacking.
“Kami masih percaya pada daya saing portofolio Snack kami dan terus melangkah untuk memulihkan dorongan kita,” ungkap CFO Campbell’s Carrie Anderson, sebagaimana dilansir.
Food Dive
, Selasa (3/6/2025).
Perusahaan sedang pula mengawasi dampak dari aturan tariff pada barang-barang impor krusial seperti baja galvanis dan minyak canola. Beban biaya ekstra tersebut diproyeksikan dapat merosotkan laba bersih setahun sekitar 5 sen per lembar saham.