- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
controversies, news, politics, politics and government, politics and lawcontroversies, news, politics, politics and government, politics and law - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
8
Persidangan perkara sengketa ijazah Jokowi akan dilangsungkan pada hari ini di Pengadilan Negeri Solo, Senin (2/6/2025).
Sidang ini direncanakan untuk membacakan tuduhan yang disampaikan oleh pihak pemohon, yaitu Kelompok Menentang Ijazah Tiruan Usaha Tanpa Rasa Malu (TIPU UGM).
Perwakilan tim TIPU UGM, M Taufiq mengatakan bahwa mereka telah menyiapkan sebanyak 36 berkas gugatan yang akan diproses dalam persidangan pada pagi hari tersebut.
“Pembacaan gugatan yang mencapai ketebalan 36 halaman akan disampaikan berturut-turut oleh para anggota TIPU UGM (esok hari),” jelas Taufiq sewaktu ditemui pada Minggu (1/6/2025).
Taufiq menyebutkan, walaupun ijazah Sarjana Satu (S1) milik Jokowi yang diterbitkan Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah dianggap serupa atau otentik oleh Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, dia tetap menekankan bahwa tuntutan mereka terhadap Pengadilan Negeri Surakarta tidak akan selesai dengan cepat seperti itu.
“Kami ingin melakukan pendidikan politik melalui jalur hukum, makanya sesungguhnya sidangnya baru dimulai besok. Dan biasanya kalau gugatan itu pada umumnya (saat di persidangan) dianggap dibacakan, biasanya Majelis Hakim menawarkan (pada penggugat maupun tergugat) bertanya (gugatan dianggap dibacakan) boleh nggak biar tidak berlama-lama,” imbuhnya.
“Akan tetapi, karena perkara ini mendapat perhatian besar, kami akan mengumandangkan seluruh gugatan sebanyak 36 halaman secara berturut-turut di hadapan pengadilan,” jelasnya.
Taufiq menganggap pembacaan lengkap gugatan tersebut penting untuk memastikan publik memahami bahwa isunya tidak hanya seputar keabsahan ijazah Jokowi yang asli atau palsu.
Yang tak terduga ini adalah bahwa publik hanya mengira pertanyaanku berfokus pada ijazah asli Pak Jokowi dari sekolah menengah atas. Namun, itu bukanlah hal utamanya. Sebenarnya, ada lebih banyak aspek lainnya.
Maka apa yang kami tuntut adalah kewajiban KPU untuk membuka seluruh informasi terkait dengan proses pendaftaran Bapak Jokowi.
“Bapak Jokowi mempergunakan ijazah apa, apakah resmi atau menyertakan originalitasnya atau tidak, dan selanjutnya benda-benda yang diberikan meliputi apa saja? Kartu Tanda Penduduk (KTP), Keluarga Berencana (KK), Surat Pernyatan, atauijazah sekolah menengah atas maupun institusi pendidikan tingginya,” jelasnya.
Gugatan Pun Diajukan Kepada SMAN 6 dan UGM
Mengenai tuntutannya terhadap SMAN 6 dan UGM, Taufik menyebut bahwa pihak terkabul akan dimintakan untuk memperlihatkan apakah sertifikat yang dipunyai Jokowi sejalan dengan sertifikat yang diterbitkan sesuai tahun lulusnya.
“Yaitu hal tersebut yang ingin kami mintakan untuk diperlihatkan. Selama masa SMA dan perguruan tinggi (saat itu), terdapat dokumen bernama Stamboek atau buku utama atau buku pendaftaran. Kami hanya perlu memeriksa apakah (data Jokowi) tersedia di sana. Intinya, tuntutan pokok kami adalah tentang data Administrasi Pendidikan milik Jokowi mulai dari SMA sampai ke universitas UGM, alasannya kita juga merujuk pada regulasi KPU dalam kasus ini,” jelasnya.
Taufiq dan teman-temannya pun menyiapkan kejutan tambahan berupa pihak ketiga yang berasal dari salah satu lembaga negara tersebut.
“Selain itu, saya juga akan mengajak pihak ketiga, tetapi bukan lulusan dari SMA Negeri 6. Pihak ketiga yang dimaksud adalah sebuah institusi negara. Mereka siapa? Sabar ya, tunggu sampai besok. Jika saya memberitahunya sekarang, nanti tidak seru,” tutupnya.
Alasannya Roy Suryo Percaya Ijazah Jokowi Berbeda dari yang Diperoleh Teman Sekolahnya
Ijazah bekas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) berbeda dengan sertifikat lain yang ada.
Pakar Telematika KRMT Roy Suryo menyampaikan hal tersebut usai membandingkan data guna menyangkal temuan Puslabfor Bareskrim Polri mengenai asli tidaknya ijazah Jokowi yang sebelumnya dianggap palsu.
Dalam pernyataannya yang ditulis pada hari Sabtu (31/5/2025), Roy Suryo menyampaikan bahwa ia menganggap ijazah Jokowi berbeda dari ketiganya yang digunakan sebagai perbandingan.
Roy Suryo menyatakan bahwa ia menerapkan teknik pengenalan dan perbandingan visual dengan tiga sertifikat asli dari angkatan yang sama milik mantan mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM yang wisuda pada November 1985.
Roy Suryo menggunakannya fotokopi ijazah Jokowi untuk dibandingkan dengan tiga dokumen pendidikan yang lain.
Meski ada foto ijazah yang kualitas teknis lebih bagus, yakni yang diunggah oleh Politisi PSI Dian Sandi Pratama melalui akun X-nya tertanggal 1 April 2025, namun Roy Suryo menggunakan potret fotokopi ijazah Jokowi yang secara resmi ditayangkan Dirtipidum Bareskrim melalui layar lebar saat konferensi pers, Kamis (22/5/2025).
Hal itu dilakukan Roy Suryo supaya tidak ada yang menyangsikan fotokopi tersebut.
Jika Bareskrim kemarin takut untuk secara langsung membongkar tiga dokumen ijazah tambahan yang dipakai sebagai perbandingan,
Maka di sini untuk mendorong transparansi dalam informasi dan pengetahuan, dipajang tiga contoh ijazah yang dapat dengan mudah ditemui di dunia maya.
Karena telah dengan jelas diterbitkan baik oleh mereka maupun oleh Deputi Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM sekaligus Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr Sigit Sunarta ketika diwawancara wartawan Kompas pada tahun 2022 lalu,” terangkan Roy.
Seperti terlihat dalam salinan foto yang dipajang Bareskrim, ijazah Jokowi bernomor 1120.
Roy Suryo mengacu pada tiga dokumen pendukung berupa ijazah dengan nomor 1115 untuk Frono Jiwo, nomor 1116 untuk Alm Hari Mulyono, serta nomor 1117 untuk Sri Murtiningsih.
“Perbandingan tersebut dilakukan dengan memeriksa posisi logo UGM bersama dengan tulisan yang dicetak di setiap ijazah yang dibandingkan (khususnya karakter Z dalam kata ‘IJAZAH’ serta karakter A terakhir dari kata ‘SARJANA’),” katanya.
Hasil Identifikasi dan Komparasi
Roy Suryo mengatakan terdapat perbedaan antara salinan ijazah yang diklaim sebagai milik Jokowi dan ketiga ijazah lainnya.
Menurut penjelasan Roy Suryo, letak huruf Z dalam kata ‘IJAZAH’ serta huruf A terakhir dalam kata ‘SARJANA’ di tiga buah ijazah dengan nomor urut 1115, 1116, dan 1117 ini memiliki kemiripan yang sangat tinggi atau bisa dikatakan serupa secara keseluruhan.
Sama-sama baik dalam posisi vertikal atau horisontal, tetapi tidak serupa jika dibandingkan dengan sertifikat bernomor 1120.
Roy Suryo juga menyatakan bahwa dalam kata ‘IJAZAH’, letak huruf Z di ijazah perbandingan ini berada lebih rendah daripada logo UGM jika dibandingkan dengan ijazah milik Jokowi, yang seolah-olah lebih tinggi atau hanya sedikit masuk di logo UGM.
“Posisi huruf A paling akhir (dalam kata SARJANA) di tiga Ijazah perbandingan semuanya berada sedikit lebih ‘ke kiri’, atau masih sebagian masuk ke dalam logo UGM, dibandingkan dengan ijazah milik Jokowi yang letaknya lebih ‘ke kanan’ dan cenderung keluar dari logo UGM, membuat bagian bawah dua huruf A tersebut tampak seperti akan terpisah dari logo UGM,” jelas dia.
Roy Suryo menyebutkan bahwa terdapat perbedaan penting diantara tiga ijasah komparatif yang seharusnya sama, yakni nomor 1115, 1116, dan 1117 ternyata sangat berbeda dari nomor 1120.
Menurut Roy Suryo, hal itu berarti bahwa ijazah Jokowi sama sekali tak cocok dengan salah satu dari sejumlah ijazah perbandingan yang disebutkan. Meskipun demikian, para pemegang ijazah perbandingan seperti Frono Jiwo, Almarhum Hari Mulyono, serta Sri Murtiningsih bukanlah individu yang asing bagi publik; justru beberapa di antara mereka diketahui menjadi dukungan kuat untuk Jokowi dan mendapat posisi komisaris pada tahap perkembangan kariernya selanjutnya.
Secara keseluruhan, Roy Suryo menggarisbawahi temuan penelitian ilmiahnya yang bersifat transparan telah membantahkan laporan dari Pusat Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia. Laporan tersebut sebelumnya mencurigai bahwa ijazah bernomor 1120 milik Jokowi mirip dengan tiga sampel perbandingan tanpa kejelasan tentang siapa pemilik aslinya.
“Sebenarnya, fakta ilmiah menunjukkan bahwa gelar akademik Jokowi itu tidak cocok sedikitpun dengan salah satu dari semua dokumen perbandingan yang ada,” katanya.
(*/)
Baca berita
TRIBUN MEDAN
lainnya di
Google News
Perhatikan pula data tambahan yang ada di
Faceboo
k,
Instagram
dan
Twitter
dan
WA Channel
Berita viral lainnya di
Tribun Medan