Untuk Kemajuan Kampung Inggris Pare, Prof. Supriyono Minta Pemerintah Daerah Harus Terlibat

Untuk Kemajuan Kampung Inggris Pare, Prof. Supriyono Minta Pemerintah Daerah Harus Terlibat


OKE FLORES.COM

– Acara Sinau Bersama Pendidikan Vokasi di Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri yang melibatkan puluhan lembaga kursus dari seluruh kabupaten telah secara resmi ditutup. Tema acara ini adalah ‘Meningkatkan Standar dan Pengelolaan Lembaga Kursus dan Pelatihan’ dan dilaksanakan dalam jangka waktu dua hari pada tanggal 27-28 Mei 2025.

Pada hari kedua acara Sinau Bareng, materi yang dipaparkan berkaitan dengan strategi pemasaran dan pembentukan jaringan profesional oleh narasumber Prof. Dr. Supriyono, M.Pd., dari Universitas Negeri Malang (UNM). Selama sesinya, Supriyono menyampaikan pentingnya Pare sebagai simbol dalam dunia pendidikan bahasa Inggris yang mencakup berbagai lapisan masyarakat. Dia juga membahas potensi pengembangan program di Pare agar semakin dikenal luas, suatu hal yang telah dibahas secara mendalam dalam beberapa karya ilmiah seperti disertasi, tesis, hingga skripsi.

Di samping itu, Prof. Supriyono pun bertanya apakah para ojek, pedagang bakso, dan penjual gorengan di Pare (Kampung Inggris-red) telah mendapatkan pelatihan bahasa Inggris.

“Berapa pendapatan yang masuk ke kas daerah akibat Lembaga Kursus Bahasa Inggris di Pare, dikalkulasikan atau tidak?” katanya.

Kemudian pembicara bertanya, “Apabila dalam kursus tersebut tak terdapat kegiatan, bukankah pedagang-pedagang itu tidak akan hadir?”

Sepertinya diketahui, cara agar kami semua dapat menjadikan para siswa betah dan merasakan pengalaman yang mengesankan di Tulungrejo dan Pelem (Kampung Inggris).

Supriyono menggarisbawahi bahwa “di masa kini, ada dua keahlian penting yang wajib dikuasai yaitu Bahasa Inggris dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Saya sempat membahas hal ini bersama para mahasiswi saya yang sedang mengerjakan risetnya di Pare. Potensi tersebut bisa dikembangkan menjadi pusat pembelajaran. Orang-orang akan merasakannya seolah-olah mereka telah memasuki lingkungan asing dengan nuansa Bahasa Inggris.”

Lebih lanjut dibahas pentingnya cara menjaga kelangsungan institusi les dan pelatihan.

“Kini hal ini tidak hanya berada pada level desa tetapi juga perlu melibatkan pemerintah daerah untuk meningkatkan pendidikan non-formal,” tegas Profesor Supriyono.

Perlu diingatkan tentang betapa pentingnya membentuk jaringan kerja LKP guna menarik lebih banyak calon siswa.

Menurut pembicara, kesalahan yang umum pada institusi kursus sering kali mengikuti format sekolah.

“Harap diperhatikan bahwa ada dua jenis kursus bahasa Inggris; apabila siswa masih dalam jenjang pendidikan dan tujuannya untuk memperbaiki kemampuan berbahasa Inggris maka dinamakan sebagai tambahan atau ‘supplementary’. Sedangkan bagi orang dewasa ataupun pelajar non-tradisional yang sudah lulus dari sistem sekolah biasa dan ingin belajar lebih lanjut tentang bahasa tersebut dikategorikan menjadi pelengkap atau ‘complementary’, tentunya metode pengajaran serta penyesuaian kurikulumsinya akan sangat berbeda sesuai kebutuhan masing-masing kategori. Penting juga untuk merancang strategi pemasaran secara efektif agar kedua program dapat berkembang tanpa saling campur aduk sebab memiliki target pasar yang berbeda,” papar Supriyono.

Guru Besar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang itu menyarankan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri untuk mengambil tindakan terkait dengan adanya lembaga bimbel. Tanpa lembaga seperti ini, Dinas Pendidikan mungkin merasa kesulitan.

“Sebab menurut data yang diperoleh dari Kementerian Pendidikan, tidak seluruh kabupaten atau kota memiliki institusi les,” katanya.

Untuk Kemajuan Kampung Inggris Pare, Prof. Supriyono Minta Pemerintah Daerah Harus Terlibat

Pada akhir pemaparan materinya, Professor Supriyono berharap bahwa semua peserta (LKP) Sinau Bareng dengan cepat mendaftar di asosiasi profesi serta mengikuti kursus yang tersedia.

Saat penutupan acara Sinau Bareng, Lulus Nugraheni, S.Pd yang menjadi perwakilan dari Kadin Pendidikan menyatakan, “Selama ini kami berbagi tentang cara mengembangkan Kampung Inggris dan kurangnya komunikasi dikarenakan belum adanya grup WhatsApp. Ke depannya, Dinas Pendidikan akan membantu dalam mediasi antara pengelola institusi dengan para pemimpin untuk meningkatkan kerja sama.”

Selanjutnya ini juga bakal mendukung dalam pencarian kesempatan untuk mempromosikan Kampung Inggris agar semakin populer di wilayah Kabupaten Kediri serta menautkan hubungan antara lembaga pendidikan dengan Kampung Inggris. Paling tidak di Pare, para peserta didik mahir menggunakan bahasa Inggeris dan menjadikannya sebagai keunikan tersendiri di sana.

“Terkait dengan komitmennya, saya melihat perlunya meningkatkan frekuensi komunikasi terkait kemajuan proyek ini guna mendukung promosi dan nantinya akan dibantu pada acara pariwisata budaya oleh Dinas Pendidikan. Semoga informasi dari pihak Dinas dapat diteruskan hingga ke tangan pengelola LKP,” ungkap pegawai negeri sipil yang bertugas sebagai penilik sekolah di Kecamatan Pare.

Komentar Terkait Kegiatan Sinau Bareng

Ke media tersebut, Khairil Fajrin pemimpin LKP Artamara Durus Marusean menyampaikan, “Menurut saya acara ini sangat kreatif, karena informasi semacam itu jarang sampai kepada tingkat manajemen organisasi.”

Sekarang sebelumnya, saya mencari informasi sendirian di Artamara, tetapi dengan adanya acara ini, informasinya menjadi lebih terstruktur dan jelas.

Tentang acara kali ini, ada hal positif tetapi juga terdapat aspek yang masih kurang. Keuntungan utamanya adalah mengumpulkan seluruh jajaran manajemen dari Lembaga Kampung Inggrian dan beberapa area lainnya guna menyebarkan informasi tentang kegiatan tersebut termasuk PKK dan PKW, sekaligus memperkokoh citra merek khususnya bagi Kampung Inggris itu sendiri.

“Akan tetapi, hal yang perlu ditingkatkan pada acara ini adalah metode penyajian materinya, yaitu terlalu kurang interaktif. Tetapi seperti kata pria yang biasa dipanggil Aji, semoga dengan sedikit usaha dapat menjadi lebih baik lagi,” jelasnya.

Dia berharap di masa depan, informasinya dapat menjadi lebih terbuka karena sejauh ini setiap institusi bekerja secara mandiri.

“Walau bekerja sama dengan pemerintah, menurutku cuma sebagian saja. Bahkan itu baru untuk mereka yang memiliki jalan masuk dan hal-hal semacamnya. Oleh karena itu, pada dasarnya kami butuh acara seperti ini supaya para kepala institusi tak merasa kesepiian,” sindir Aji.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *