- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, fashion & style, fashion and style, lifestyle, styleculture, fashion & style, fashion and style, lifestyle, style - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
11
lowongankerja.asia
Pernakah kau merasa malu atau justru mengolok-olok cara berpakainmu sendiri di waktu lampau?
Adegan semacam itu kerap dirasakan oleh berbagai individu saat menemui gambar-gambar masa lalu ataupun merenungkan gaya busana yang dahulu dipandang modis tetapi kini tampaknya janggal.
Perasaan itu ternyata lebih dari sekedar kecemasan ringan, tetapi menunjukkan bahwa seseorang telah melewati pertumbuhan dan transformasi yang baik.
Biasanya orang yang dapat mengolok-olok penampilan pakaian lawas mereka memiliki sifat-sifat tertentu seperti kesadaran diri dan keyakinan tinggi.
Menurut artikel di Small Biz Technology pada hari Minggu (25/5), ini adalah delapan karakteristik orang yang mengalami rasa malu dan sering kali mencemooh penampilan bergaya pakaian masa lalu mereka.
1. Memahami Diri Sendiri Lebih dalam
Perasaan malu atau keheranan saat memandang mode pakaian dari zaman dahulu sebenarnya menunjukkan bahwa individu tersebut sudah melewati proses pertumbuhan dan pemahaman terhadap jati diri mereka.
Pada masa lalu, pilihan berpakaian mungkin lebih cenderung dipengaruhi oleh hasrat untuk menyusul trend atau mensimulasikan gaya dari individu lainnya, tanpa sungguh-sungguh merenungi tentang kenyamanan serta kesesuaian dengan karakteristik diri sendiri.
Sejalan dengan perkembangan waktu, orang tersebut perlahan-lahan akan memulai untuk mengenali bahwa tidak seluruh tren saat ini sesuai untuk diadaptasi, kemudian menjadi lebih percaya diri dalam mewujudkan ekspresinya secara lebih otentik.
Wawasan ini biasanya merambah ke banyak bagian hidup, misalnya dalam hal sikap, pemilihan tempat tinggal, serta penjagaan privasi.
2. Mau menerima perubahan
Rasa malu ketika melihat penampilan dulu dapat menunjukkan bahwa seseorang sudah mengalami transformasi dan perkembangan pribadi.
Pada masa lalu, seseorang mungkin telah melakukan beragam percobaan dengan penampilannya, mulai dari gaya yang mencolok, feminine, hingga ekstrim.
Walaupun sekarang mungkin terasa mengganggu, berani untuk mencoba menandakan ada kemauan membuka diri terhadap pergantian yang datang.
Ketrampilan untuk beralih demikian tidak hanya nampak pada tampilan luar, tetapi juga tampak jelas dalam perilaku, sudut pandang kehidupan, dan metode menangani beragam kondisi.
Orang-orang yang ingin bertransformasi biasanya lebih lentur dalam menyesuaikan diri dan lebih siap menghadapi hambatan-hambatan kehidupan yang selalu berubah.
3. Memiliki kepercayaan diri yang lebih besar
Dapat mengolok-olokkan mode busana yang dulu dianggap “malu-malu” mencerminkan peningkatan rasa percaya diri.
Di waktu lampau, keputusan memilih pakaian bisa jadi dipengaruhi oleh hasrat untuk disukai orang lain atau agar cocok dengan norma-norma sosial tertentu.
Tapi saat ini, banyak orang telah menjadi lebih percaya diri dalam mengenali preferensi dan kenyamanannya sendiri, sehingga mereka tidak lagi merasa harus mendapatkan persetujuan dari pihak lain.
Keyakinan diri merupakan aset utama dalam menghadapi hidup, sebab individu tersebut dapat memutuskan hal-hal dengan dasar pada pendirian mereka sendiri dan tak gampang goyah akibat pengaruh lingkungan sosial.
4. Siap menjadi orang yang lebih baik dengan perubahan diri
Komentar negatif tentang pakaian lama bisa menunjukkan perubahan di dalam seseorang.
Apabila sebelumnya cenderung meniru gaya orang lain guna mendapatkan pengakuan atau akibat ketakutan akan penolakan saat tampil beda, kini telah timbul semangat untuk berkarakter dan bertindak sesuai nilai-nilai diri sendiri.
Perubahan itu mengindikasikan bahwa orang tersebut sudah melalui tahapan penemuan identitas diri dan kini siap untuk meninggalkan versi lamanya menuju sebuah hidup yang lebih sejalan dengan prinsip-prinsip yang dipercayainya.
Hal ini pun menggambarkan kesediaan untuk terus tumbuh menjadi individu yang lebih dewasa dan otentik.
5. Bangun hubungan yang lebih baik terhadap masukankritik
Sekarang, umumnya komentar ataukritikan tentang tampilan dapat membuat perasaan tersakiti dan cukup berat untuk dihadapi.
Tetapi sejalan dengan pertambahan umur dan kepribadian yang semakin matang, orang tersebut akan menjadi lebih terbuka untuk mendengar pendapat dari pihak lain, termasuk dapat menyaring kritikan konstruktif dari yang sekadar merendahkan saja.
Saat melihat penampilan lama yang tampak asing atau sudah usang, banyak orang justru dapat menghadapinya dengan tawa tanpa perlu merasa bersalah secara berlebihan.
Hal ini menunjukkan perubahan dalam cara melihat kritikan; yang sebelumnya dianggap sebagai serangan, kini dipandang sebagai elemen penting dalam proses pembelajaran dan introspeksi pribadi.
6. Dapat menghibur diri atas kekeliruan di waktu lampau
Merasa tertawa ketika memandang mode pakaian dari zaman dahulu menunjukkan bahwa seseorang telah lebih lembut dan kurang kritis terhadap diri mereka sendiri.
Mistakes di waktu lampau kini tidak lagi dilihat sebagai noda, tetapi sebagi bagian tak terpisahkan dari perjalanan menjadi dewasa.
Waktu-waktu yang dulunya tampaknya mengkhawatirkan sekarang dapat berubah menjadi pengalaman lucu yang menarik untuk diceritakan.
Gaya sikap semacam itu menggambarkan kematangannya secara emosi, sebab bisa merespons ketidaksempurnaan sebagai elemen dalam petualangan hidup dan memaknainya sebagai pembelajaran penting agar dapat berkembang jadi individu yang lebih unggul.
7. Mengerti bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang terus-menerus
Mengevaluasi pertunjukan lama dari perspektif yang kritis dapat mengingatkan kita bahwa transformasi tak pernah terwujud dalam sekejap.
Perkembangan diri berlangsung dengan lambat, dan dampaknya hanya akan nampak jelas sesudah menjalani suatu proses yang cukup lama. Ini menunjukkan bahwa mencapai sifat-sifat yang lebih baik tidak sekadar tujuan final, tetapi merupakan sebuah petualangan tak ada habis-habisnya.
Perubahan bahkan pada detail kecil seperti cara berpakain dapat mencerminkan evolusi dalam pola pikir, sikap, serta norma hidup yang secara bertahap diperbaiki sejalan dengan berjalannya waktu.
8. Lebih tegas dalam menghargai prinsip-prinsip kehidupan
Gaya busana pada zaman dahulu biasanya menggambarkan siapa saja yang memiliki pengaruh kala itu, entah dari kalangan teman sebaya, selebritas favorit, atau platform-media digital.
Banyak individu telah mengenakan pakaian secara khusus demi memperoleh pengakuan eksternal. Tetapi seiring berjalannya waktu, mereka mulai menyadarinya tidak penting untuk mendapat persetujuan dari orang lain.
Sekarang ini, prinsip hidup dan nilai-nilai personal menjadi fondasi utama dalam memilih gaya tampilan seseorang.
Meski untuk hal-hal sepele seperti memilih baju, orang mulai mengambil pertimbangan tentang tingkat kenyamanannya, bagaimana bajunya cocok dengan diri mereka sendiri, dan juga prinsip etis ataupun aspek berkelanjutannya yang menjadi keyakinan mereka.