- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, economics, investing, investing business news, newsbusiness, economics, investing, investing business news, news - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
9
lowongankerja.asia.CO.ID – JAKARTA
Indeks Harga Saham Komposit (
IHSG
) menyelesaikan perdagangan naik 0,66% hingga mencapai tingkat 7.214,16 pada Jumat (23/5). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah berada di atas angka 7.000 selama tujuh sesi bursa berturut-turut.
Kenaikan IHSG didorong oleh
net buy
Asing seukuran denganRp 589,18 miliar. Pada bulan kemarin saja, investor luar negeri telah menghitamkan
net buy
sebesar Rp 2,99 triliun di keseluruhan pasaran.
Analis dari MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menyatakan bahwa secara teknikal, pergerakan IHSG saat ini masih berada di tahap
uptrend
Dan pemantapan telah menyentuh ambang batas minimum sebesar 7.218.
Meskipun begitu, kita memperhatikan ada penguatan yang cukup terkendala dan berlangsung.
divergence
“Pada indikator MACD,” jelaskannya kepada lowongankerja.asia, Jumat (23/5).
Herditya menyatakan bahwa kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beriringan dengan peningkatan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah di pasar spot menunjukkan pelemahan menjadi Rp 16.218 per dolar AS, naik sebesar 0,68% pada hari Jumat (23/5).
Analis dari Korea Investment dan Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, mengestimasi bahwa tampaknya cukup sulit bagi IHSG untuk mencapai tingkat 7.500 sebelum akhir Mei.
“Melihat gerakannya yang semakin terbatas pada hari Jumat (23/5), ditambah dengan nilai penawaran yang kini telah mencapai sekitar 16 kali PER, membuat saya mengatakan hal ini,” jelasnya.
Wafi meramalkan bahwa hingga Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan lebih stabil dalam rentang angka 7.200 hingga 7.300. Dia menambahkan bahwa para investor kemungkinan besar masih akan mengawasi dinamika perundingan tariff Amerika Serikat.
Dalam kondisi di mana Bank Indonesia (BI) mengurangi tingkat suku bunganya, Wafi berpendapat bahwa bidang-bidang yang peka terhadap perubahan suku bunga seperti sektor perbankan, real estat, teknologi, serta industri semen tetap memiliki potensi yang baik.
Di samping itu, kata Wafi melanjutkan, sektor komoditi, khususnya logam dan kelapa sawit mentah (CPO), tetap menjadi fokus yang penting untuk diamati mengingat harapan akan hasil dari perundingan tariff antara China dan Amerika Serikat.
“Sebagai salah satu sektor yang bersifat defensif dengan kinerja yang memuaskan, sektor konsumen tetap dapat dipertimbangkan,” katanya.
Saham unggulan yang dipilih Wafi adalah
BMRI
,
ANTM
,
LSIP
,
KLBF
,
INDF
dan
AMRT
Sementara itu, opsi saham milik Herditya anjlok.
BRIS
,
MBMA
dan
HRTA
.