Sektor Otomotif Jepang Terpukul $19 Miliar oleh Tarif Trump

Sektor Otomotif Jepang Terpukul $19 Miliar oleh Tarif Trump

Sektor otomotif merupakan salah satu sektor yang merasakan dampak paling berat karena adanya peningkatan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. Tercatat, perusahaan-perusahaan pembuat mobil asal Jepang kehilangan hampir $19 miliar sebagai konsekuensi dari aturan tersebut.

Menurut laporan Bloomberg pada hari Kamis (15/5), sejumlah perusahaan besar dalam bidang otomotif melaporkan hasil finansial yang kurang baik di tahun ini, atau mereka merencanakan anggaran operasional dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya bea masuk atas kendaraan dan suku cadang dari kebijakan Presiden Trump yang masih sering berubah-ubah. Dampak tersebut diperkirakan bakal dirasakan cukup panjang akibat ketidaktentuan situasi tersebut mendorong para pembuat mobil untuk merancangi ulang strategi investasi serta produksinya di wilayah Amerika Utara.

Produsen kendaraan bermotor yang paling berpotensi mengalami dampak negatif adalah Toyota Motor Corp. Menurut perkiraan minggu lalu, Toyota meramalkan bahwa hanya dalam bulan April dan Mei saja sudah ada penurunan laba operasi sekitar 180 miliar Yen, atau kira-kira US$ 1,2 miliar. Jumlah kerugian total untuk keseluruhan tahun fiskal diperkirakan bisa mencapai hingga US$ 10,7 miliar. Namun analis dari Pelham Smithers bernama Julie Boote justru lebih optimistis dengan memprediksi angkanya berkisar antara US$ 5,4 miliar sampai US$ 6,8 miliar.

Pada saat yang sama, Nissan Motor Co. dan Honda Motor Co. menaksir dampaknya mencapai $3 miliar. Subaru Corp., perusahaan yang mengimpor kira-kira separuh kendaraannya terjual di Amerika Serikat, gagal memenuhi sasaran tahunan akibat perkiraan kerugiannya senilai $2,5 miliar. Sedangkan Mazda Motor Co. juga tidak berhasil meraih target satu tahun penuh mereka.

Mayoritas kendaraan impor ke Amerika Serikat terkena tariff sebanyak 25% mulai tanggal 3 April, sedangkan hampir seluruh komponen otomotif mengalami hal serupa dimulai dari tanggal 3 Mei. Meskipun ada beberapa instruksi eksekutif untuk mencegah peningkatan biaya ini secara berganda, namun aturan baru ini diproyeksikan dapat menyebabkan kenaikan harga ribuan dolar bagi konsumen mobil di negara tersebut.

AS adalah pasar utama bagi pembuat mobil premium dari Jepang, yang menggunakan pabrik di Meksiko atau Kanada untuk mengerjakan kendaraannya sebelum dikirim melewati batas wilayahnya. Tarif impor yang dikenakan oleh Trump saat ini menjadikan metode itu semakin biaya tinggi, bahkan hingga tak lagi ekonomis, sehingga perusahaan harus bersabar dalam menentukan strategi sulit tentang bagaimana merevisi jaringan pasokannya agar dapat mengelak dari pajak masuk.

Produsen mobil asal Jepang berupaya agar negosiasi perdagangan dapat memberikan dispensasi terkait sanksi tertentu dan proses diskusi dengan Amerika Serikat diyakini bakal cepat rampung menjelang akhir pekan ini. Perdana Menteri Shigeru Ishiba bersumpah takakan menyetujui perjanjian apapun jika tidak mencakup pertanyaan tentang bea masuk produk otomotif, melihat betapa signifikannya industri itu bagi ekonominya.

Penundaan Target

Pada saat yang sama, beberapa perusahaan sedang merencanakan ulang operasinya. Honda menyampaikan pekan ini bahwa mereka akan menangguhkan sementara rencana investasi sebesar 15 miliar Dolar Kanada atau kurang lebih senilai dengan 11 miliar Dolar AS untuk pembentukan jaringan suplai kendaraan listrik di kancah Kanada dalam waktu dua tahun ke depan, termasuk juga sebuah pabrik baru yang berpotensi bisa memroduksi hingga 240 ribu unit mobil pertahun.

Berdasarkan laporan Bloomberg Intelligence, Honda telah memindahkan proses produksi untuk varian hybrid Civic mereka dari Jepang ke Amerika Serikat. Sekitar 40% dari kira-kira 1,4 juta kendaraan yang berhasil terjual oleh Honda di Amerika Serikat pada tahun 2024 merupakan impor.

Pada saat bersamaan, Subaru menyatakan bahwa mereka tengah memeriksa kembali seluruh portofolio investasi mereka, mencakup juga dalam hal produksi mobil berbasis elektrifikasi. Nissan sudah mengakhiri penjualan unitnya di Amerika Serikat untuk varian SUV buatan pabriknnya di Meksiko, sementara Mazda telah menghentikan distribusi satu tipe produk dari pabrik Alabama milik perusahaan hasil kerjasamanya dengan Toyota menuju pasar Kanada.

Saat ini, Toyota memiliki perspektif jangka panjang. Perusahaan otomotif itu tidak telah melakukan perubahan pada proses produksinya semenjak pemberlakuan tariff. Pada pekan lalu, CEO Toyota, Koji Sato menyampaikan bahwa mereka berencana untuk memikirkan kembali tentang tindakan pembuatan jalur produksinya di Amerika Serikat dalam kurun waktu menengah sampai panjang.

Biaya itu menjadi pukulan besar bagi Nissan, perusahaan yang tengah menghadapi krisis parah selama seperempat abad. Perusahaan otomotif tersebut bersikeras akan mencoret 20.000 posisi kerja dan menutup tujuh tempat produksinya. Meski sedang menjalani reformulasi menyeluruh, Nissan tetap merasa sangat memerlukan dukungan finansial usai percobaan merger dengan Honda pada awal tahun ini tidak berhasil.

“Hilangnya pendapatan Nissan bisa diperkecil apabila tindakan-tindakan ini diimplementasikan sejak dini. Efek dari implementasi tersebut, bila dibandingkan dengan kebijakan yang diadopsi oleh pabrikan mobil lain atau bahkan langkah-langkah yang pernah dipraktikkan oleh Nissan sendiri pada masa lampau, tetap tidak pasti,” ungkap analis industri otomotif senior dari Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *