- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
gender, health, health & fitness, lifestyle, social issuesgender, health, health & fitness, lifestyle, social issues - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
60
LOWONGANKERJA.ASIA
Laki-laki diharapkan bertanggung jawab secara lebih luas; mereka diminta untuk mencukupi keperluan baik pribadi maupun keluarga.
Seperti dikutip dari situs Perbanas Institute pada hari Rabu (14/05), seharusnya setiap orang melakukan transformasi, termasuk para pria yang menghadapi periode stres ketika tubuh dan pikiran mereka melewati pergantian.
Misalnya saja, ketika mencapai usia 40 tahunan, pria sering merasa cemas tentang penurunan stamina dan kesehatan seksual. Karena itu, mereka terus-menerus berusaha untuk tetap bugar dan maskulin seperti di masa mudanya.
Maka untuk mencegah rasa tersebut menjadi beban, berdasarkan informasi dari situs The Considered yang dirilis pada hari Rabu (14/05), terdapat tujuh langkah yang sebaiknya dipraktikkan oleh para pria saat mereka memasuki usia 30 tahun ke atas, termasuk beberapa di antaranya sebagai berikut:
1.Mengutamakan perawatan diri
Pada masa 20-an, Anda mungkin dapat melewatkan beberapa aspek kesehatan tanpa banyak masalah. Namun, begitu memasuki usia 30 tahun, penting bagi Anda untuk mulai menjaga diri dengan lebih baik. Hal ini melampaui sekadar rutinitas olahraga atau pola makan yang seimbang; itu mencakup pemberian perhatian menyeluruh terhadap jasmani, rohani, serta mental kita.
Sediakan waktu untuk menggali lebih dalam tentang self-care. Bisa jadi dengan meditasi selama 10 menit setiap hari, bersumpah untuk mendapat istirahat malam yang berkualitas, atau sekadar memastikan Anda cukup minum air putih.
Tubuh adalah satu-satunya tempat kamu harus hidup. Jadi mulailah memperlakukannya dengan rasa hormat yang pantas. Membuat perawatan diri menjadi kebiasaan sekarang dan memberi keuntungan di kemudian hari.
Oleh karena itu, Anda tidak hanya akan merasakan peningkatan kesehatan jasmani, namun juga bakal memperoleh tambahan tenaga, dorongan, serta optimisme yang lebih besar dalam menjalani hari-hari Anda.
2. Menjadi cerdas secara finansial
Pada masa dua puluhan, seringkali kita sadar belum paham banyak soal keuangan, belanja sembarangan, serta menyimpan dana tanpa arah yang pasti. Namun saat mencapai usia di atas tiga puluh tahun, penting untuk mulai membuat anggaran.
Pada awalnya mungkin kelihatan mengintimidasi, namun seiring berjalannya waktu serta ketekunan, Anda perlu mulai belajar tentang mekanisme dari saham, obligasi, dan unit penyertaan. Kecerdasan keuangan bukanlah sesuatu yang bisa dicapai begitu saja dalam satu malam.
Inilah suatu petualangan. Namun yakinlah, ini merupakan salah satu yang berharga untuk ditempuh.
3. Memelihara hubungan
Pada zaman ketika koneksi digital semakin kuat dari sebelumnya, mengherankan rasanya bahwa rasa kesepian justru bertambah. Penelitian yang dikerjakan pada 2023 menyimpulkan bahwa 15 persen laki-laki tak mempunyai sahabat baik.
Mungkin hal ini akan mengejutkan beberapa dari Anda pada masa-masa awal dua puluh tahun, namun percayalah bahwa menjadi teman yang dekat justru menjadi lebih rumit seiring berjalannya waktu. Kehidupan profesional, tanggung jawab dalam keluarga, serta aspirasi individu bisa saja memisahkan kita dari orang-orang terdekat tersebut.
Namun, inilah tantangannya: persahabatan dan hubungan merupakan salah satu bentuk investasi terpenting yang bisa Anda lakukan ketika memasuki usia 30 tahun lebih. Dimulai dari hal kecil seperti mengatur janji temu secara berkala, meskipun cuma sekadar telepon pendek atau ngobrol sambil minum kopi.
Perayaan kemenangan teman-teman, sertai mereka dalam setiap kesulitan, serta berani untuk terbuka tentang diri Anda sendiri. Ikatan yang kuat tumbuh lewat penghargaan satu sama lain dan kejujuran, tidak sekadar pertukaran hal-hal dangkal.
4. Membangun pemikiran tentang perkembangan yang terus berlanjut
Inilah yang utama: keberhasilan tak menghampiri orang-orang dengan bakat luar biasa atau nasib baik semata. Ia justru memilih mereka yang yakin bisa bertahan dan maju lewat kerja keras serta dedikasi.
Ide ini disebut sebagai pemikiran tentang pertumbuhan, dirumuskan oleh psikolog Carol Dweck. Konsep tersebut menekankan pada meyakini bahwa keterampilan dan kebijaksanaan bisa berkembang seiring berjalannya waktu.
Ini berfokus pada menerima tantangan daripada mengelakkannya, tetap bertahan saat mengalami kegagalan, serta menyadari bahwa kerja keras merupakan jalur menuju kepakaran.
5. Menumbuhkan rasa syukur
Dalam dunia yang senantiasa menuntut kita untuk selalu ingin memiliki lebih, sering kali kita cenderung melupakan hal-hal baik yang telah dimiliki. Akan tetapi, tidak peduli sejauh mana Anda berproses dalam kehidupan ini, pasti akan selalu ada momen atau hal yang layak untuk dikenang dengan rasa syukur.
Membudidayakan kesyukuran berarti menyetaraimaikan nilai-nilai sederhana seperti mencintai wangi kopi segar pada subuh, merasakan kenikmatan membaca buku hebat saat turun hujan, ataupun menerima kata-kata penuh hangat dari orang terdekat yang kita cinta.
Rasa syukur tidak bermakna menyepelekan tantangan kehidupan, tetapi justru berarti lebih condong kepada hal-hal positif. Begitu Anda menerapkan sikap bersyukur ini, pandangan terhadap dunia pun bakal berubah menjadi lebih cerah.
6. Merangkul kegagalan
Memeluk kekalahan berarti menyadari bahwa hal tersebut bukanlah akhir dari jalan, melainkan sebuah tangga menuju pencapaian. Ini berkaitan dengan upaya terus-menerus bangkit kembali setelah tersandung serta menafsirkan tiap kegagalan sebagai suatu pembelajaran.
7. Memprioritaskan kesehatan mental
Dalam era modern yang begitu dinamis, kita dengan gampang terseret oleh keramaian hidup sehari-hari. Namun, di antara segala bentrokan dan ketidaktenangan tersebut, amatlah esensial bagi kita mengambil jeda dan mengejar kesejahteraan psikologis diri sendiri.
Hal ini dapat memiliki arti yang sangat beragam, misalnya meluangkan waktu sejenak setiap harinya untuk meditasi, atau mungkin meminta pertolongan dari ahli profesi saat situasinya terlalu rumit.
Tidak masalah jika seseorang merasa kurang baik dan membutuhkan dukungan. Kesehatan mental setara pentingnya dengan kesehatan fisik, sehingga berhak mendapat tingkat pemeliharaan dan perhatian yang sama.