- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
news, news media, popular culture, social media, tiktoknews, news media, popular culture, social media, tiktok - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
31
Belakangan ini, media sosial diramaikan oleh tren humor absurd bernama
“Italian Brainrot”
Atau yang umumnya dikenal sebagai anomali.
Diciptakan dengan karakter fiksi yang aneh, misalnya “Tung Tung Sahur” atau “Ballerina Capucina”, ternyata hal unik tersebut malah memberikan hiburan sendiri untuk anak-anak, terutama generasi Alpha.
Walaupun mengundang gelak tawa para anak, kereta ini juga menciptakan rasa kebingungan di kalangan orang tua yang bertanya-tanya, “mengapa anak-anak sangat terpaku pada konten-konten aneh ini?”
Menanggapi fenomena semakin banyaknya anak-anak yang terlibat dalam tren tersebut, Saskhya Aulia Prima, M.Psi, seorang pakar psikologi dan pendidik yang sering menyebarkan informasi bermanfaat melalui akun Instagram pribadinya, juga ikut menerangkan alasan di balik minat anak-anak pada hal ini.
Konten aneh yang sedang populer di TikTok
.
Berikut akan
lowongankerja.asia
rangkumkan informasi selengkapnya.
1. Apakah Anda tahu tentang fenomena aneh yang sedang ramai dibicarakan di TikTok?
Baru-baru ini, TikTok dihebohkan lagi oleh tren bernama “Anomali”, yaitu jenis konten absurdi yang memperkenalkan tokoh-tokoh buatan AI dengan tampilan abstrak serta nada unik.
Tren ini berbeda dari pola umum yang sering ditemui, yaitu bukan gerakan tari melainkan menampilkan karakter serta nama-nama aneh yang mengundang gelak tawa bagi banyak anak.
Hei, anomali yang datang dari otak terkorupsi Italia ini adalah gabungan kecerdasan buatan di mana penciptanya menyatukan bentuk binatang aneh, nama-nama unik, serta cerita tak masuk akal untuk membuat lelucon yang lucu khususnya bagi generasi Alpha dan Generasi Z.
Beberapa variasi brainrot terkenal yang sering muncul di TikTok meliputi Tung Tung Sahur, Ballerina Capucina, Bombardino Crocodilo, serta Chimpanzini Bananini. Terdapat pula berbagai bentuk anomali lainnya yang tak kalah menarik.
2. Sebab-sebab yang mendasari minat generasi Alpha terhadap fenomena trend aneh brainrot
Untuk beberapa orang dewasa, mengamati bentuk-bentuk abstrak dari tren anomali yang populer di TikTok mungkin menimbulkan kebingungan. Mengapa tampilan tersebut malah menyebabkan banyak anak tertawa?
Mengatasi rasa bingung banyak orang dewasa, khususnya para orang tua, Saskhya selaku psikolog yang sering menyebarkan ilmu pengetahuan melalui media sosial tersebut memberikan klarifikasi sesuai dengan studi yang pernah dia pelajari.
Pada videonya yang baru dirilis, Saskhya mengungkapkan bahwa penelitian tentang minat anak pada humas abstrak sebenarnya dipengaruhi oleh berbagai macam hal seperti tingkat perkembangan kognitif mereka serta dampak dari teknologi digital.
natives
.
“Mengacu pada sebuah studi, diketahui bahwa anak-anak berusia di bawah 14 tahun atau generasi Alpha sebenarnya memiliki kecenderungan untuk menyukai jenis humornya adalah yang bersifat visual. Mereka memang lebih tertarik dengan stimulasi yang sederhana dan mudah dimengerti,” jelas Saskhya dalam videonya yang baru-baru ini dirilis.
Bila pada masa kanak-kanak, anak-anak umumnya akan melihat perilaku atau lelucon yang berlebihan sebagai sesuatu yang menarik perhatian dan mengundang tawaran, namun bagi anak dengan usia 7 tahun ke atas yang sudah mulai berkembangan secara emosional, respons terhadap situasi tersebut bisa menjadi berbeda.
appreciate
Jenis-jen jenis lelucon yang menggunakan kerumitan dalam penggunaan kata-kata, layaknya fenomena aneh di TikTok.
Di luar perkembangan kognitif yang sesuai dengan umur anak tersebut, Gen Alpha sebenarnya tumbuh dalam lingkungan digital. Oleh karena itu, tanpa disadari, mereka sering kali berinteraksi dengan algoritma media sosial yang cenderung mempromosikan konten-konten yang bersifat monoton dan berulang-ulang.
Studi
Common Sense Media
(2024) mengindikasikan bahwa 67% dari anak-anak berusia 9 hingga 12 tahun cenderung lebih banyak terhibur oleh meme pendek ketimbang cerita humor tradisional. Tidak mengherankan bila konten-konten aneh dan tidak biasa yang populer di TikTok juga dinilai sebagai sesuatu yang lucu untuk mereka.
3. Apakah orangtua perlu waspada terhadap isi konten ini?
https://www.instagram.com/p/DJjUMP1Sxej/
Dalam videonya, Saskhya mengatakan bahwa apabila tren unik yang sedang populer di TikTok tetap dipatuhi oleh anak-anak secara sewajarnya, maka itu tidak menjadi permasalahan, Bu.
Namun demikian, diperlukan bimbingan dari pihak orang tua supaya materi-materi yang bersifat abstrak tersebut masih dapat memberikan pembelajaran khusus untuk sang anak.
“Sesungguhnya, jika paparannya masih di batas yang wajar, sebenarnya tidak masalah sih. Yang penting adalah diperlukan bimbingan agar tahu latar belakang dari setiap tokoh tersebut,” imbuhnya menambahkan.
Di samping itu, mengingat bahwa setiap anomali memiliki narasi yang abstrak dan lepas landas, pastinya diperlukan supervisi, Bu. Menurut Saskhya, alasannya adalah tidak semua kisah cocok untuk tahap perkembangan anak kita.
Selagi menemani si kecil, Bunda pun dapat membantu mereka dalam berpikir secara kritis. Sebagai contoh dengan cara bertanya, “Mengapa bentuk sepeti itu membuatmu tertawa?” Pertanyaan-pertanyaan serupa ini mampu merangsang pemahaman tentang materi yang sedang dilihat atau dialami.
Berdasarkan postingan yang dibagikan Saskhya tentang klarifikasi fenomena viral di TikTok, banyak orang tua menemukan bantuan dari penjelasan tersebut mengenai tahap perkembangan kognitif anak yang membuat tren aneh ini tampak lucu bagi mereka.
Banyak orang tua menyatakan bahwa dengan memahaminya, mereka menjadi lebih bisa membimbing anak-anaknya untuk tetap berada dalam batas yang wajar ketika ikut-ikut tren.
Semoga penjelasan tadi berguna untuk memperluas pemahaman kita sebagai orang tua dalam membimbing anak-anak pada zaman serba digital saat ini, Bu.
12 Istilah Unik yang Sedang Populer Bersama Asal-usul Masing-masing
TikTok Kembali Mengajak Para Ortu Untuk Paham tentang Keamanan Dunia Maya bagi Anak Muda
Apakah Ini Teori Piaget tentang Ide Dasar perkembangan kognitif?