- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, psychology, psychology of everyday life, social issues, societyculture, psychology, psychology of everyday life, social issues, society - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
14
lowongankerja.asia
– Menggunakan fasilitas toilet umum terkadang menjadi bagian tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari saat beraktivitas di luar rumah untuk waktu lama. Namun, ada juga sekelompok orang yang punya keengganan sangat mendalam untuk melakukannya, bahkan sampai menahan diri berjam-jam demi menghindar.
Keengganan kuat terhadap toilet publik ini ternyata seringkali berakar pada pola psikologis yang lebih dalam daripada sekadar preferensi kebersihan personal yang wajar. Individu yang menghindari fasilitas ini umumnya berbagi beberapa sifat mendasar yang memengaruhi cara pandang mereka terhadap lingkungan publik di sekitar.
Melansir dari Geediting.com, Sabtu (03/05), setidaknya ada tujuh ciri psikologis yang seringkali ditemukan pada mereka yang punya kebiasaan ini.
1. Germaphobia atau Ketakutan pada Kuman
Satu di antara karakteristik paling umum adalah rasa cemas yang intens terkait paparan kuman, bakteri, atau kontaminan lainnya di tempat umum yang digunakan banyak orang. Pikiran tentang permukaan yang kotor atau tidak higienis di toilet publik bisa memicu tingkat stres dan kekhawatiran yang sangat tinggi bagi mereka.
2. Permintaan Besar terhadap Kerahasiaan
Orang tersebut amat memperhatikan privasi dirinya dan merasa sangat terganggu oleh absennya pembatas yang jelas dalam area umum yang dipakai bersama-sama. Menggunakan kamar mandi yang sempit atau bising, di mana suara dapat menyebar, menjadi penyebab utama rasa cemas dan ketidaksenangan baginya.
3. Ketakutan Sosial atau Pemahaman Diri dalam Penyajian Umum
Situasi publik seringkali menimbulkan perasaan seperti sedang menjadi pusat perhatian atau dinilai secara negatif oleh orang lain di sekitarnya saat mereka berada di sana. Mereka mungkin khawatir tentang suara atau aktivitas pribadi mereka di dalam toilet yang bisa terdengar jelas oleh orang lain di luar bilik yang berdekatan.
4. Kebutuhan Mengontrol Lingkungan
Mereka memiliki dorongan kuat untuk memprediksi dan mengendalikan aspek-aspek lingkungan mereka demi merasa aman, tenang, dan stabil secara emosional dalam berbagai situasi. Kondisi toilet umum yang seringkali tidak bisa ditebak kebersihannya atau fungsinya bisa memicu rasa tidak berdaya dan frustrasi mendalam bagi mereka.
5. Sensitivitas Sensorik yang Tinggi
Bau tidak sedap yang menyengat, suara keras dari siraman atau pengering tangan, atau visual yang tidak menyenangkan dapat menjadi gangguan besar dan tidak tertahankan bagi mereka. Indera mereka bereaksi lebih kuat terhadap stimulus lingkungan yang tidak ideal di dalam area toilet publik dibandingkan orang kebanyakan pada umumnya.
6. Kecemasan Umum atau Sifat Gugup
Seringkali, keengganan ini berkaitan dengan tingkat kecemasan umum yang sudah ada dalam kepribadian mereka dalam menghadapi situasi baru, asing, atau tidak sepenuhnya dapat dikendalikan. Setiap toilet umum yang berbeda dapat dianggap sebagai lingkungan baru yang berpotensi memicu rasa tidak nyaman atau gugup yang meningkat.
7. Toleransi Rendah terhadap Ketidaksempurnaan
Mereka cenderung memiliki standar kebersihan dan ketertiban yang sangat tinggi, seringkali bersifat perfeksionis dalam hal menjaga lingkungan tetap rapi dan bersih. Melihat fasilitas yang sedikit kotor, ada kerusakan kecil, atau tata letak yang berantakan bisa langsung membuat mereka merasa sangat terganggu, jijik, dan ingin menghindar segera.
Jadi, keengganan kuat untuk menggunakan toilet umum seringkali lebih kompleks daripada sekadar pemilih soal kebersihan semata dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini banyak terkait erat dengan beberapa pola pikir dan karakteristik psikologis mendasar yang memengaruhi reaksi mereka terhadap lingkungan publik yang dianggap kurang terkendali atau tidak higienis sesuai standar pribadi mereka sendiri. Memahami sifat-sifat ini bisa memberikan wawasan tentang mengapa sebagian orang merasa sangat tidak nyaman dengan pengalaman sederhana tersebut dan berusaha menghindarinya.