- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
armed forces, military, news, unmanned aerial vehicles and drones, warfarearmed forces, military, news, unmanned aerial vehicles and drones, warfare - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
19
Houthi Menghancurkan 7 Pesawat Tanpa Awak AS Bernilai Rp3 Triliun, Warga Sipil Tewas!
LowonganPekerjaan.asiaPeluru Kendali Houthi Menembak Jatuh 7 Pesawat Drones Amerika Bernilai Rp3 Triliun, Kematian Warga Sipil Bertambah di Yemen.
Kelompok bersenjata Houthi di Yemen sukses menggulingkan tujuh drone tanpa awak yang berasal dari Amerika Serikat (AS) dalam periode kurang lebih dua bulan terakhir.
Pesawat tanpa awak yang ditembak jatuh tersebut adalah tipe MQ-9 Reaper, dengan setiap unitnya diestimasikan memiliki nilai sekitar $30 juta atau melebihi Rp480 miliar.
Kerugian total diyakini meroket hingga di atas $200 juta atau kira-kira setara dengan Rp3,2 triliun.
Mengacu pada pernyataan dari otoritas pertahanan Amerika Serikat, disebutkan bahwa drone-drone tersebut berhasil ditangkap atau dirontokkan antara akhir Maret dan sampai dengan 22 April tahun 2025.
Tiga di antaranya malah terjatuh dalam kurun waktu seminggu terakhir, mengindikasikan peningkatan kapabilitas Houthi untuk menyerang pesawat Amerika Serikat di ruang udara Yemen.
Pesawat tanpa awak tersebut sedang melaksanakan tugas pengintai atau penyerangan ketika diserang oleh perlengkapan militer Houthi, kemudian sebagian jatuh di daratan, sisanya terjun ke lautan.
Sebuah sumber militer Amerika Serikat mengungkapkan bahwa serangan ke arah drone berlangsung pada tanggal 31 Maret serta 3, 9, 13, 18, 19, dan 22 April.
Laporan awal tentang informasi ini disampaikan oleh Kantor Berita The Associated Press (AP).
Pada saat yang sama, tentara Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump tetap melancarkan serangan setiap hari ke lokasi kelompok Houthi.
Sejak pertengahan bulan Maret, jumlah warga sipil yang menjadi korban dari serangan tersebut semakin bertambah, mengundang keprihatinan baik secara internasional maupun di dalam negeri Amerika Serikat.
Dave Eastburn, juru bicara untuk Komando Pusat AS, mengumumkan bahwa pasukan Amerika Serikat sudah menyerang lebih dari 800 sasaran yang dimiliki oleh kelompok Houthi.
Serangan itu merusak markas utama, gudang amunisi, dan jaringan pertahanan langit, sekaligus melenyapkan banyak militan beserta para tokoh dari kelompok itu.
Akan tetapi, pernyataan tersebut belum dapat diperiksa kemandiriannya dengan benar.
Kelompok pengawas serangan udara bernama Airwars dari Inggris mengungkapkan bahwa operasi udara Amerika Serikat saat ini sepertinya bukan hanya fokus pada sasaran infrastruktur, melainkan juga telah memulai penyerbuan terhadap para petinggi dalam kelompok Houthi.
Perubahan dalam strategi ini terjadi seiring dengan kenaikan jumlah korban dari masyarakat umum.
Airwars mengestimasi sekitar 27 sampai 55 warga sipil meninggal karena serangan Amerika Serikat hanya pada bulan Maret. Sementara untuk bulan April, diperkirakan jumlah korban dapat jadi jauh lebih banyak, namun data resminya belum tersedia secara komplit.
Satu serangan sangat dahsyat terjadi pada awal bulan April saat Amerika Serikat menggelar serangan udara ke pelabuhan Ras Isa di kawasan Hodeidah, yang dikendalikan oleh kelompok Houthi.
Setidaknya 80 orang meninggal dunia dan lebih dari 150 lainnya mengalami cedera akibat serangan itu.
Selanjutnya, pada hari Senin (21/4/2025), terjadi serangan udara lagi yang mengenai ibu kotanya Yaman, Sanaa, menyebabkan 12 korban tewas dan lebih dari 30 orang luka-luka.
Operasi militer Amerika Serikat di Yaman menimbulkan ketakutan yang semakin bertambah di Washington.
Beberapa senator dari Amerika Serikat, yaitu Chris Van Hollen, Elizabeth Warren, serta Tim Kaine, telah menulis surat terbuka kepada Menteri Pertahanan Pete Hegseth.
Mereka meragukan bahwa pemerintah telah menerapkan tindakan yang mencukupi guna mencegah dampak pada penduduk awam.
Kelompok Houthi menyatakan bahwa mereka membidik kapal-kapal dari Amerika Serikat, Israel, dan Britania Raya yang melewati Selat Bab al-Mandeb sebagai respons terhadap serbuan Israel ke Gaza.
Mereka mengumumkan bahwa penyerangan akan berakhir bila Israel setuju dengan gencatan senjata jangka panjang.
Perang yang berlangsung di Yemen saat ini telah mencapai tahap baru dengan peningkatan peran Amerika Serikat, seiring dengan bertambahnya ancaman kerugian finansial serta jumlah korban tewas dari kalangan tentara dan warga sipil.
(lowonganpekerjaan.asia/Sri Anggun Oktaviana)