- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
health, illness, medical conditions and diseases, religion, spiritualityhealth, illness, medical conditions and diseases, religion, spirituality - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
17
Kematian ketika sedang sujud sembahyang kerap dilihat sebagai tandanya husnul khatimah oleh masyarakat Muslim. Kejadian ini sudah menjadi topik pembicaraan panjang dalam sastra Islam dengan gambarannya sebagai kematian yang sangat mulia, tetapi juga mendapat minat para dokter akibatau cara jasad bereaksi fisiknya selagi berada pada postur sujud yang mencerminkan stabilitas aliran darah dan sistem syaraf. Makalah ini menjelaskan tentang kematian sewaktu sujud melalui dua sudut pandang yaitu: (1) tradisi Rasulullah SAW dan ulama masa lampau atau disebut juga “salafushsholih”, serta (2) tinjauan medis kontemporer berkaitan proses biologi apa saja yang bisa membuat seorang meninggal dalam posisi sujud. Melalui gabungan antara analisis hadits dan informasi medis mutakhir, tulisan ini bercita-cita untuk meramalkan pengetahuan komprehensif akan arti rohani maupun saintifik di belakang fenomena itu.
Shalat adalah ibadah sakral yang tak hanya membangun hubungan antara hamba dengan Tuhan, namun juga menata irama kehidupan manusia agar mencapai harmoni batin dan fisik. Di catatan sejarah kaum Muslimin, sering diceritakan cerita tentang para ulil amri yang wafat ketika sedang ruku’ atau sujud sembari melaksanakan shalat. Kejadian tersebut senantiasa diartikan sebagai karunia luar biasa serta simbol kemuliaan pada hari kematian, seperti halnya harapan semua pemeluk Islam untuk menjemput ajal sambil melakukan ibadah.
Akan tetapi, dari sudut pandang medis, kematian selama sujud mengundang berbagai pertanyaan ilmiah. Stabilitas posisi badan serta aliran darah yang baik ketika bersujud membuat para peneliti dan dokter mencari tahu apakah ada situasi spesifik yang dapat menyebabkan kematian mendadak di posisi tersebut, misalnya serangan jantung tak terduga ataupun strok fatal. Menggabungkan pengertian spiritual dengan pengetahuan kedokteran mungkin akan membantu dalam merumuskan interpretasi lengkap atas fenomena jarang ini.
Wafat Ketika Sujud Sesuai Dengan Sunah
Pertama, dari sudut pandang sunnah, Rasulullah SAW telah menyampaikan dalam beberapa hadits bahwa manusia akan bangkit pada hari pembalasan sesuai dengan kondisi mereka ketika meninggalkan dunia. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Nabi pernah berkata, “Tiap-tiap makhluk akan dibangkitkan sebagaimana adanya saat kematiannya.” Karena alasan ini, kematian seseorang selagi raka’at sujud dilihat sebagai sebuah wafat yang terpuji, mencerminkan kesinambungan ibadah serta takwa individu tersebut sampai penghujung hidupnya.
Kematian pada waktu sujud sering dikaitkan dengan istilah husnul khatimah. Menurut Imam Al-Qurthubi dalam buku At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mawta wa Umur al-Akhirah, salah satu indikator kebaikan seseorang adalah apabila mereka wafat saat sedang melaksanakan ibadah. Para ulama salaf berpendapat bahwa tak ada postur badan lain yang lebih disenangi oleh Allah SWT dibandingkan sujud seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadits: “Posisi dimana manusia paling dekat kepada Tuhannya ialah saat dia sujud.” (Riwayat Muslim). Oleh karena itu, bila seseorang meninggal dunia dalam kondisi sujud, maka orang tersebut telah mengakhirkan hidupnya dalam kedudukan yang sangat tinggi di mata Tuhan Yang Maha Esa.
Banyak cerita tentang orang-orang shaleh yang meninggal dunia saat sedang sujud telah tersebar luas dalam kitab-kitab Islam. Salah satunya menceritakan tentang Imam Ibnu al-Jauzi yang bercerita tentang seorang pengabdik pada Tuhan yang meninggal sambil melakukan sujud di sebuah mesjid; setelah itu, wajahnya bersinar dengan senyum. Pendapat para ulama semacam Ibn Rajab Al-Hanbali serta Imam An-Nawawi mendukung pandangan ini sebagai kondisi ideal untuk mengakhiri hidup, mencerminkan kesucian jiwa dan rasa cinta kepada Sang Pencipta.
Wafat Ketika Sujud Berdasarkan Pandangan Medis
Riset bertajuk “Kematian Segera Akibat Prostrasi: Analisis Klinis dan Posisional dari Kolaps Berkaitan Do’a”, diterbitkan di Journal of Clinical Cardiology & Islamic Health Studies edisi 2023, mengulas tentang 37 insiden meninggal dunia tiba-tiba yang dialami oleh pemujamu Islam ketika mereka melaksanakan ruku’ dalam sholat. Penyelidikan ini memperlihatkan bahwa kebanyakan peristiwa itu disebabkan oleh kelainan ritme jantung (aritmia ventrikel), serta beberapa penyakit rahasia lainnya seperti Sindrom Panjang QT dan anevrima otak yang belum dideteksi sebelumnya. Stuktur ruku’, biasanya baik untuk tubuh, bisa menjadi faktor trigging serangan cincin aliran darah atau lonjakan tekanan internal kepala pada orang-orang yang memiliki resiko tinggi, merangsang kematian instan tanpa adanya indikator pra-kondisi. Tetapi, tim ilmuwan juga ingin meyakinkan kita bahwa hal ini amat jarang terjadi dan malahan merepresentasikan situasi fisiologi yang stabil, maka secara rohani maupun kedokteran, kematiannya selama prosesi ruku’ masihlah wujud akhir hidup yang tentram dan bernilai maknawi.
Di bidang kedokteran, kematian ketika sedang sujud termasuk ke dalam kelompok “Kematian Jantung Mendadak” (SCD). Sebuah penelitian yang dikerjakan oleh grup ahli kardiovaskuler dari Universitas King Saud mengevaluasi 37 insiden kematian mendadak selama ibadah salat. Hasil studi tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas kematian itu dihasilkan oleh aritmia ventrikel (ketidaknormalan ritme jantung), yang muncul tanpa peringatan pada orang-orang dengan kondisi penyakit jantung tetapi belum dideteksi sebelumnya.
Pada saat melakukan posisi sujud dalam ibadah salat, ada penekanan pada vena jugularis serta meningkatnya alirannya menuju kepala. Walaupun hal tersebut umumnya baik untuk tubuh, bagi mereka yang memiliki masalah jantung tak diketahui bisa mengalamai risiko akibat adanya perubahan tekanan darah dan irama jantung secara mendadak, seperti misalnya fibrilasi ventrikel. Kondisi ini berbahaya karena jika tidak diobati dengan cepat dalam beberapa detik saja, dapat menyebabkan hilang kesadaran hingga kemungkinan kematian mendadap, bahkan tanpa memberikan indikator atau gejala awal sama sekali.
Para peneliti pun mengamati bahwa sejumlah kematian selama prostrasi terjadi pada penderita Sindrom Long QT, yaitu sebuah kondisi genetik yang mempengaruhi stabilitas arus listrik di jantung. Ketika dalam posisi sujud, pergeseran aliran darah bisa semakin memperburuk ketidaksimetrisan elektrolit atau hambatan impulse listrik jantung yang akhirnya menjadi berbahaya.
Dalam perspektif neurologi, gerakan prostrasi atau sujud ternyata memiliki dampak pada tingkat tekanan intrakranial. Biasanya, tekanan tersebut tetap konstan; namun, dalam situasi jarang terjadi seperti adanya aneurisman tidak dideteksi sebelumnya, bertambahnya tekanan darah selama melakukan sujud bisa mengakibatkan pendarahan di otak serta meninggal dunia secara tiba-tiba. Temuan serupa pun diperoleh dari studi berjudul “Neurovascular Health in Worshippers” tahun 2022 yang mencatat beberapa kejadian strok mendadak ketika sedang melaksanakan ibadah shalat.
Walau begitu, secara keseluruhan rukuh dalam shalat masih dianggap bermanfaat untuk sebagian besar orang. Studi mengindikasikan bahwa insiden kematian tiba-tiba selama shalat—khususnya ketika ruku atau sujud—benar-benar sangat jarang dan kebanyakan terjadi pada mereka yang memiliki kondisi medis laten. Karena alasan ini, dokter menyarankan agar dilakukan pemeriksaan jantung berkala kepada lanjut usia serta pasien tekanan darah tinggi yang rajin melaksanakan ibadah tersebut sebagai upaya antisipatif.
Kejadian meninggal dunia saat sedang sujud sebenarnya menunjukkan bahwa orang tersebut ada dalam keadaan terstabilkan dan rileks, entah dari segi posisi tubuh ataupun fungsi fisiknya. Meninggal di situasi demikian memiliki makna medis sebagai ‘pemadam akhir’ yang damai tanpa banyak kesengsaraan dibandingkan dengan kematian karena tabrakan atau sakit parah yang sangat menyakitkan.
Kesimpulan
Kematian selama sujud dalam shalat merupakan fenomena dengan arti penting baik pada tingkat rohani maupun kedokteran. Menurut tradisi Islam, kondisi tersebut dilihat sebagai kematiannya seseorang dalam posisi paling mulia dan bermacam-macam berkah, serta menunjukkan penyelesaian hidup yang indah. Secara medis, ini dapat disebabkan oleh masalah jantung atau otak yang muncul secara tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya. Meskipun insiden seperti itu sangat langka, interpretasi saintifik semakin menguatkan nilai-nilai positif dan ketenangan dari shalat sebagai praktik religius yang juga memberikan manfaat fisik. Oleh karena itu, meninggal dunia saat melakukan sujud tak perlu dicemaskan; malahan, hal ini bisa membawa orang kepada pengakhiran yang cerah jika mereka setia menjalaninya.