- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, commerce, electric power, local news, newsbusiness, commerce, electric power, local news, news - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
16
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JOMBANG
Pedagang kaki lima di bawah payung Serikat Pedagang Kaki Lima (Spekal) Cabang Jombang mengumpulkan sedikit demi sedikit uang receh untuk membantu Masruroh (61), seorang warganya dari Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang terbebani dengan tagihan listrik PLN senilai Rp 12,7 juta.
Kampanye pengumpulan dana ini secara bersamaan meluas ke semua pasar yang ada di wilayah Kabupaten Jombang. Ini mencakup para penjual di Taman Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kebonrojo serta pedagang-pedagang di sekitar area Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Jombang, pada hari Jumat tanggal 25 April 2025.
Kehidupan berpendapatan tak menentu tiap hari tidak mematahkannya bagi sejumlah pedagang ini dalam bantuan kepada sesama pedagang yang tengah terjebak dalam nasib sial bernama Masruroh.
Perlahan-lahan, setiap pedagang mengambil sebagian dari harta mereka untuk menolong Masruroh. Entah itu berupa 500 rupiah, 1.000 rupiah, atau bahkan sampai 5.000 rupiah, semua uang tersebut dimasukkan ke dalam kotak pengumpulan dana yang telah diatur oleh Spekal.
“Kami mengumpulkan dana untuk Bu Masruroh, seorang penjaja makanan ringan, serta sebagai dukungan bagi saudara kita yang tengah menghadapi cobaan. Semoga beberapa di antaranya dapat membantu Bu Masruroh,” ungkap Koordinator Spektrum Jombang Joko Fattah Rochim pada hari Jumat tanggal 25 April 2025.
Kotak dengan tulisan ‘Donasi bagi Bu Masruroh, seorang korban denda PLN’, di antara keempat kotak tersebut perlahan-lahan mulai terisi oleh para pedagang walaupun hanya beberapa koin dan uang pecahan kecil.
Setelah mengumpulkan sumbangan seikhlasnya di Taman RTH Kebonrojo, para anggota Spekal lalu menuju ke lingkungan pedagang di RSUD Jombang.
“Bantuan tersebut kelak akan kami rangkum menjadi satu dari semua pedagang di seantero Jombang. Nanti kita akan menghitungnya guna menolong Ibu Masruroh,” katanya.
Fattah beserta timnya sempat mengunjungi kantor DPRD Jombang guna bertemu dengan ketua atau perwakilan dari dewan. Tetapi, pada waktu sampai di tempat, balai pertemuan tersebut kosong lantaran anggota dewan tengah melakukan kegiatan Kunjungan Kerja (Kunker).
Setelah keluar dari DPRD, tidak jauh dari sana, tim Spesialis pun mampir ke kantor PLN di Jombang.
Mirip seperti di kantor Dewan, di kantor PLN, tim Specal hanya bertemu satpam saja sampai akhirnya anggotanya memutuskan merencanakan ulang jadwal kunjungan mereka ke PLN.
Fattah pun menegur PLN untuk tidak sewenang-wenang memberikan denda pada pelanggan. Sebab, situasi serupa yang dialami oleh Masruroh juga umum terjadi di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Apalagi, disebutkan tuduhan bahwa Masruroh telah mencuri tenaga listik.
“Kami terus melakukan pengumpulan dana dan jika dibutuhkan, kami yang menanggung biaya tersebut, kemudian pembayarannya diselesaikan kepada PLN. Kami akan menghitung totalnya nanti seberapa besar untuk mendukung bantuan bagi Bu Masruroh,” jelasnya.
Masruroh, seorang janda yang berprofesi sebagai pedagang gorengan di Dusun Blimbing, Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, menghadapi nasib malang. Dia terkejut mendapatkan tagihan listrik dari PLN senilai Rp 12,7 juta.
Tidak hanya itu, Masruroh juga dituduh mencuri listrik selain tagihan yang mencapai belasan juta rupiah itu. Tuduhan itu sudah dilayangkan pihak PLN sejak tahun 2022 silam. Tagihan itu ia ketahui melalui pesan WhatsApp yang masuk langsung ke ponselnya.
Seorang janda dengan seorang anak yang tinggal sendirian mengatakan bahwa dia sama sekali tak tahu alasan di balik adanya tagihan listrik dari PLN senilai puluhan juta rupiah. Apalagi, nama pada faktur tersebut dicatat sebagai milik bapaknya yang sudah meninggal, yaitu Naif Usman.
Sang ayah meninggal dunia pada tahun 1992 lalu. Dia juga kaget ketika disalahkan atas pencurian listrik menurut klaim PT.PLN, selain harus membayar tagihan listriknya.
Setelah mendengar berita tersebut, Masruroh kaget dan bingung. Ia menyatakan bahwa dirinya tak dapat menyelesaikan seluruh tagihannya, apalagi dia hanyalah seorang pedagang jajanan bakaran jalanan. Menurutnya, lunasnya utang dengan nominal cukup besar adalah sesuatu yang mustahil baginya untuk dicapai.
“Saya bayar pakai uang apa? Uang dari mana saya bisa bayar sebanyak itu? Saya ini hidup dari jualan gorengan keliling saja,” ucapnya saat dikonfirmasi awak media pada Kamis (24/4/2025).
Temukan lebih banyak detail di Google News dengan mengklik tautan berikut:
Tribun Jatim Timur
Gabung ke grup WhatsApp, ketuk:
Tribun Jatim Timur
(Anggit Puji Widodo/TribunJatimTimur.com)