- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
computer security, cyberattacks, information security, internet security, newscomputer security, cyberattacks, information security, internet security, news - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
18
lowongankerja.asia
, JAKARTA – Menurut laporan teranyar dari IBM berjudul X-Force Threat Intelligence Index 2025, ada kenaikan signifikan dalam pengiriman surel yang membawa malware jenis infostealer (alat curian data pribadi) sebanyak 84% jika dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya. Lonjakan tersebut menunjukkan taktik baru oleh para peretas untuk meningkatkan upaya mereka dalam mengambil alih identitas orang lain.
Laporan ini menggambarkan tren serta pola serangan terbaru dan yang masih berjalan, dengan mempertimbangkan penyelesaian kasus keamanan, data dari dark web, serta informasi dari sumber-sumber inteligen tambahan.
Hasil Penting dalam Indeks Kecerdasan Ancaman X-Force 2025 Tahun Lalu, 70% ancaman yang dihadapi oleh tim IBM X-Force berfokus pada sektor infrastruktur kritis milik organisasi, sementara lebih dari satu quartal disebabkan oleh eksploitasi kerentanan keamanan oleh hacker.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak kriminal cyber yang lebih memilih untuk mencuri data (18%) dibandingkan dengan penggunaan enkripsi (11%). Hal ini disebabkan oleh kemajuan dalam teknologi pendeteksian serta usaha penegakan hukum yang terus bertambah, sehingga membuat para hacker harus bergerak lebih cepat guna melarikan diri dengan cepat pula.
Lebih detailnya, sekitar satu dari tiga kejadian yang tercatat pada tahun 2024 berkaitan dengan pencurian kredensial. Ini disebabkan oleh upaya para peretas yang semakin intensif dalam mencari beragam metode untuk memperoleh, mengambil alih, serta menjual data masuk secara cepat.
Masih tahun lalu, IBM X-Force menemukan peningkatan pengiriman
email
Phising yang mengandung infostealer tersebut menyebabkan kenaikan signifikan sebanyak 180% pada tahun 2025 jika dibandingkan dengan angka di tahun 2023 berdasarkan data awal.
Kenaikan tersebut sebagian karena penggunaan AI oleh penjahat untuk menghasilkan banyak email phising secara massal.
Serangan phishing terhadap data login serta hadirnya perangkat lunak pencuri informasi telah membuat tindakan penipuan identitas menjadi lebih murah, dapat dengan mudah dikembangkan, dan sangat berpotensi memberi untung besar kepada pelaku kriminal.
Infostealer membolehkan pengambilalihan informasi dengan kecepatan tinggi, mengurangi durasi penyerang harus ada di dalam jaringan sasaran dan sekaligus meninggalkan sedikit bukti forensik.
Pemimpin Global untuk Layanan Keamanan Siber di IBM, Mark Hughes, mengatakan bahwa pelaku kejahatan cyber biasanya masuk tanpa merusak apapun — mereka justru menggunakan kesalahan dalam manajemen identitas dari sistem campuran awan dan lokal yang rumit ini, sehingga membuka berbagai pintu masuk bagi mereka.
“Perusahaan harus berhenti bergantung pada tindakan preventif seadanya yang bersifat responsif, tak terorganisir, dan baru dijalankan ketika ada masalah. Sebaiknya mereka beralih ke pendekatan proaktif,” ungkap Hughes seperti disampaikan secara resmi, Kamis (25/4/2025).
Tindakan-tindakan preventif tersebut mencakup pembaruan ulang sistem pengenalan identitas, penutupan keretakan pada autentikasi berbasis beberapa faktor (MFA), serta pencarian ancaman secara langsung untuk mengidentifikasi bahaya yang tak kelihatan, guna mencegah eksposur informasi rahasia.