lowongankerja.asia
Bank Indonesia (BI) meningkatkan penerapan kebijakan makroprudensial agar lebih fleksibel. Dengan begitu, hal ini dapat mendukung pertambahan jumlah pinjaman dan pendanaan di sektor perbankan. Hal tersebut mencakup juga bidang perumahan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan peningkatan dalam kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM). Tujuannya adalah memacu pertambahan kredit bank pada sektor-sektor penting. Sektor ini secara khusus bertujuan menstimulasi ekspansi ekonomi serta menciptakan lebih banyak pekerjaan.
“KLM diupgrade dari maksimal 4 persen hingga mencapai 5 persen dari dana pihak ketiga (DPK),” katanya setelah menghadiri rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), pada hari Kamis, tanggal 24 April.
Sampai minggu kedua April 2025, Bank Indonesia sudah mengalokasikan insentif untuk KLM senilai Rp 370,6 triliun. Jumlah ini naik Rp 78,3 triliun dibandingkan dengan minggu keempat Maret 2025 yang mencapaiRp 292,3 triliun.
“Pada bidang perumahan, insentif KLM naik sebanyak Rp 84 triliun mulai minggu keempat Maret 2025,” ujar Perry.
Dia menegaskan bahwa performa jangka tengah perbankan mengalami peningkatan positif sambil tetap menjaga tingkat risikonya. Pada bulan Maret tahun 2025, pinjaman bank meningkat sebesar 9,16 persen.
year-on-year
(YoY) mencapai Rp 7.908,4 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan kredit investasi sebesar 13,36 persen YoY dalam dua digit.
Untuk kredit konsumsi tetap mengalami pertumbuhan positif sebesar 9,32 persen secara tahunan. Di sisi lain, kredit modal kerja meningkat 6,51 persen setiap tahunnya.
“Mutu pinjaman tetap terpelihara dengan rasioصندIntialized bezpo
non-performing loan
(NPL) senilai 2,17 persen dan NPL bersih sekitar 0,80 persen. Selain itu,Loan at Risk (LaR) cenderung tetap, dengan angka 9,86 persen,” jelas alumni Iowa State University tersebut.
Dari segi penyediaan dana, keinginan untuk menyalurkan kredit
lending standard
) dan posisi likuiditas tetap cukup baik. Walaupun beberapa bank sudah mulai menemui hambatan dalam proses pembiayaan. Apakah itu dari DPK atau sumber-sumber lain yang digunakan untuk pemberian kredit.
DPK di sektor perbankan naik 4,75% secara tahun-ke-tahun menjadi Rp 9.010 triliun. Di antaranya, giro bertambah 4,01% dan tabungan meningkat 7,74% YoY. Sementara itu, deposito mengalami kenaikan 2,89% YoY.
Dalam aspek permintaan, peningkatan kredit dipengaruhi oleh aktivitas di bidang industri, pertambangan, serta layanan sosial. Di sisi lain, perkembangan dalam sektor konstruksi dan ritel belum menunjukkan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan kredit tersebut.
Di masa mendatang, bank sentral mengingatkan bahwa sejumlah ancaman ketidakstabilan global serta pengaruhnya pada ekonomi dalam negeri harus diwaspadai. Hal ini bisa memberikan dampak kepada perkiraan permintaan kredit dan kecenderungan alokasi aset lancar oleh perbankan.
Perry menjelaskan bahwa Bank Indonesia mengestimasi pertumbuhan kredit perbankan akan mendekati batas bawah rentang 11 hingga 13 persen pada tahun 2025.