- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
currencies, economics, financial markets, international economics, moneycurrencies, economics, financial markets, international economics, money - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
20
lowongankerja.asia.CO.ID – JAKARTA
.
Sejak awal tahun ini, nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren pelemahan dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat. Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Asia malah mengalami penguatan sejalan dengan penurunan dolar AS.
Berdasarkan data dari Trading Economics pada hari Jumat (25/4) pukul 14:24 WIB, nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp 16.834 untuk setiap dolar Amerika Serikat. Selama satu minggu terakhir, pasangan mata uang USD/IDR telah meningkat sebanyak 0,17%. Sedangkan semenjak awal tahun, kenaikan nilainya bahkan mencapai 3,49%.
Sebaliknya, beberapa mata uang di Asia justru menguat. Sebut saja pasangan USD/JPY, USD/SGD, dan USD/MYR, yang telah merosot secara berturut-turut sebesar 8,89%, 3,8%, dan 2,19% sepanjang tahun ini.
Menurut analis mata uang Ibrahim Assuaibi, depresiasi rupiah disebabkan oleh berbagai faktor. Secara eksternal, penurunan nilai tukar rupiah makin menjadi-jadi akibat ketegangan geopolitik serta perdagangan global yang semakin panas.
Apabila kita bandingkan dengan ringgit Malaysia, Indonesia yang merupakan negara berkembang secara aktif masih sangat tergantung pada perdagangan dengan China dan Amerika Serikat. Di sisi lain, Malaysia sebagai anggota Persemakmuran memiliki keterlibatan perdagangan yang lebih besar dengan negara-negara lain seperti Australia, Selandia Baru, serta Inggris.
“Masing-masing dari mereka memegang bagian pasar sendiri,” ujar Ibrahim kepada lowongankerja.asia.co.id, Jumat (25/4).
Apabila perundingan tariff bersama Amerika Serikat mengalami hambatan, Indonesia diwajibkan untuk membayar tambahan tariff ekspornya senilai 32% sesudah batas waktu tunda habis. Hal ini tentunya akan menambah beban bagi apresiasi nilai rupiah.
Dus dari sisi domestik, fundamental ekonomi Indonesia memang tidak sebanding dengan negara-negara yang mata uangnya menguat seperti Jepang dan Singapura–selain karena SGD dan JPY memang merupakan mata uang safe haven yang lebih dicari di tengah ketidakpastian ekonomi.
Itu pun ditambah oleh komentar-komentar dari pihak pemerintah Indonesia yang kelihatannya meminimalisir situasi ekonomi negeri tersebut. Khususnya, Ibrahim meremehkan pernyataan Presiden Prabowo tentang indeks saham yang kurang berarti.
bagi masyarakat kelas bawah,
ketimbang pangan.
“
Inilah salah satu hal yang bisa menyebabkan pasaran agak khawatir.
sampai-sampai rupiah semakin melemah,” ujar Ibrahim.
Sampai akhir dari semester ini, kemungkinan menguatnya rupiah tetap rendah. Ibrahim meramalkan bahwa nilai tukar mata uang lokal itu bakal berkisar antara Rp 16.700 hingga Rp 17.000.
“Terpotensial masih mencapai angka sebesar Rp 17.000,” tambah Ibrahim.