- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
journalism, psychology, psychology of everyday life, social issues, traumajournalism, psychology, psychology of everyday life, social issues, trauma - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
22
lowongankerja.asia
– Menyuarakan amarah tak melulu dilakukan dengan bersuara keras atau terus-menerus bersedih. Sebenarnya, banyak sekali tindakan yang kerap diperlihatkan oleh mereka yang belum mempelajari bagaimana mengeluarkan emosi marah secara positif.
Dalam era globalisasi yang kian meningkatkan konektivitas antar manusia, dimana kemampuan berkomunikasi dengan jelas dan efisien menjadi faktor vital, mengenali petunjuk-petunjuk tersebut bisa membawa banyak perubahan positif.
Menurut laporan dari Geediting, berikut ini adalah delapan tindakan yang sering dilakukan oleh orang-orang yang belum pernah mempelajari bagaimana mengungkapkan emosi marah secara sehat.
1. Spesialis dalam perilaku agresi yang disembunyikan
Kemarahan merupakan suatu fenomena yang kompleks. Di satu menit Anda bisa terlihat damai dan tenang, namun di menit selanjutnya, mungkin saja Anda sudah merasakan amarah memuncak layaknya badai. Ini mirip sekali dengan perubahan cuaca yang tak tertebak. Kemudian, daripada menghadapinya secara langsung, Anda lebih cenderung menyimpannya lalu melepaskan emosi tersebut lewat tindakan-tindakan sederhana tapi diam-diam. Dalam proses ini, Anda pun akhirnya jadi mahir menggunakan metode agresi pasif.
Mungkin itu berwujud komentar sinis di tempat ini, geleng-geleng kepala di sana, atau desah napas yang sangat dibesar-besarkan. Semua hal tersebut merupakan petunjuk dari amarah yang tertekan dan akhirnya muncul ke permukaan. Seperti kuali bertutup dengan uap tekanannya semakin meningkat, namun perlahan-lambat.
Itu bukan semacam ledakan emosi normal yang terkait dengan marah, namun itu tetap merupakan perwujudan dari kemarahan.
2. Tercapai dalam wujud ketakutan
Kemarahan tak selalu diekspresikan melalui pertengkaran lisan ataupun dengan kebisuan.
Terkadang, situasi tersebut bertransformasi menjadi sesuatu yang baru – yaitu ketidaktenangan. Kamu merasa cemas sepanjang waktu, detak jantung meningkat drastis, dan telapak tangan basah oleh keringat.
Setiap emosi marah yang tertekuk perlu dilepaskan, namun karena kamu tak bisa mengekspresikannya secara positif, amarah tersebut lalu beralih jadi lingkaran ketakutan.
Anda selalu khawatir tentang sesuatu yang ada di luar kontrol Anda, ini adalah tanda jelas dari emosi marah yang tertekuk. Ini sifatnya tipis, ketika amarah berubah menjadi cemas. Tetapi setelah menyadarinya, Anda bisa mulai mencoba untuk mengekspresikan amarah Anda dengan metode yang lebih baik dan sehat.
3. Kesulitan mengidentifikasi perasaannya
Mengenali perasaan bisa menjadi tantangan bagi mereka yang menderita alexithymia. Kondisi ini sering terlihat pada orang-orang yang merasakan kesulitan dalam menyampaikan amarahnya secara positif. Sama halnya dengan seseorang yang mengidap ketidakmampuan melihat warna, tapi berlaku untuk emosi.
Sebagai gantinya dari emosi yang terdefinisi dengan jelas, yang mereka alami hanya sekedar rona kelabu. Mereka bisa merasakan ada sesuatu bergeser di dalam diri mereka, namun mereka tak dapat mengenali pasti apa itu.
Ketidakmampuan mengenali warna dengan benar dapat menciptakan rasa frustrasi besar, serta seringkali memicu amarah yang tak terkontrol. Orang tersebut merasa kesal namun bingung tentang penyebabnya; hal itu malah makin memperparah kondisi marah mereka.
4. Cenderung meletus akibat hal-hal sepele
Kita semua pasti pernah menjalani masa di mana sesuatu yang remeh dapat menyulut kemarahan kita. Bisa jadi karena benda tertentu diletakkan tidak pada tempatnya, ucapan yang sedikit menusuk, hingga ketidakt comfort an sederhana saja.
Tetapi untuk orang-orang yang belum pernah belajar bagaimana menyampaikan kemarahan secara sehat, situasi tersebut adalah hal normal. Sama seperti berjalan di atas tali, setiap kesalahan kecil bisa menimbulkan ledakan emosi.
Hal ini disebabkan oleh keadaan di mana mereka telah menyimpan kemarahan selama waktu yang sangat lama hingga pada akhirnya hal tersebut pecah layaknya sebuah tanggul air yang robek. Segala perasaan tertutupi tiba-tiba meledak, biasanya dikarenakan suatu insiden yang sebenarnya cukup ringan.
5. Mengalami rasa bersalah atau malu usai mengekspresikan emosi marah
Mereka cenderung menghubungkan amarah dengan sesuatu yang buruk dan percaya bahwa menyatakannya dapat menjadikannya pribadi yang tidak baik. Akibatnya, mereka menyembunyikan emosi tersebut, khawatir bila sampai terlihat, maka dirinya bisa dikritik atau ditinggalkan oleh orang lain.
Namun faktanya, merasakan amarah merupakan sesuatu yang wajar dan manusiawi layaknya perasaan gembira atau sedih. Yang terpenting ialah mempelajari cara mengungkapkannya dengan benar agar tidak mencelakai diri sendiri maupun pihak lain.
6. Mengungkapkan sikap positif secara berlebihan
Banyak orang yang merasakan kesulitan dalam menyuarakan emosi marah sering kali membalikkannya dengan sikap terlalu optimis. Seolah-olah mereka berusaha melindungi diri menggunakan jubah penuh sorotan mentari dan pelangi sebagai penutup untuk sembunyikan amarahnya.
Kamu bakal ngebayangin mereka ketawa berlebihan, senyumnya nggak alami, sama kegleman yang over tentang apa pun. Seperti mereka lagi nyoba buat yakin diri sendiri juga orang-orang sekeliling kalau semuanya oke-oke aja.
Di belakang senyum mereka yang bahagia, amarah yang tertutup mulai membakar. Semakin keras mereka berusaha mengekornya, semakin kuat perasaan tersebut tumbuh. Memiliki pandangan optimis adalah baik, namun bukan untuk disimpan sendiri seperti sebuah topeng.
7. Bertarung melawan gangguan kesehatan jasmani
Tidak ada yang baru dalam hal fakta bahwa emosi bisa memberi pengaruh besar pada kondisi tubuh kita. Banyak orang yang gagal mengeluarkan rasa marah mereka secara tepat cenderung menghadapi gangguan seperti migrain berkelanjutan, keluhan pencernaan, hingga hipertensi.
Ini mirip dengan bagaimana tubuh mengirimkan pesan bahwa terdapat halangan. Pikirkan tentang memikul sebuah tas pinggang yang sangat berat selama seharian penuh, tiap harinya. Itulah perasaannya ketika harus menyimpan kemarahan.
Itu memiliki efek negatif terhadap kesehatan Anda, dan secara perlahan, tubuh Anda mulai memperlihatkan gejala-gejala keletihan.
8. Berupaya mengelakkan perselisihan dengan setiap metode
Kehidupan tidak lepas dari perselisihan. Ini merupakan sarana untuk pertumbuhan, pembelajaran, serta pengembangan interaksi sosial. Akan tetapi, orang-orang yang belum mendapatkan keterampilan dalam menyampaikan amarah secara positif akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari konflik.
Lebih cenderung untuk bungkam, menyembunyikan emosi mereka, serta menjaga ketenangan dibandingkan dengan mendiskusikan masalah-masalah yang tengah dihadapi. Hal itu mungkin kelihatan sebagai jawaban praktis dalam waktu singkat, namun seiring berjalannya waktu, hal tersebut cuma akan menciptakan rasa benci dan amarah yang belum tersampaikan.