- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
lifestyle, psychology of everyday life, social issues, society, wellnesslifestyle, psychology of everyday life, social issues, society, wellness - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
13
lowongankerja.asia
Pernahkah kau merasa seolah menjadi pengamat dalam perayaan hidup orang lain? Semua orang kelihatan asyik menikmati dirinya sendiri, sedangkan engkau cenderung memilih untuk berdiam di tepi, hanya melihat saja. Bila demikian adanya, bukan cuma dirimu yang begitu.
Sebagai seorang ibu tunggal yang pemalu dan telah menghadapi beragam pengalaman pada usia 40 tahunan, saya sangat memahami bagaimana perjuangan untuk bertahan dalam lingkungan yang cenderung kasar, bising, dan penuh tekanan. Pada awalnya, pikiran saya adalah bahwa menjadi seseorang yang diam sama saja dengan menerima gaya hidup yang lebih sempit.
Namun, setelah bertahun-tahun mencoba untuk terlibat dalam kegaduhan dunia luar, saya memahami hal mendasar ini: menjadi seorang introvert tidak berarti kita perlu meredup. Kami masih dapat menjalani kehidupan dengan penuh semangat sambil tetap mempertahankan jati diri kami sendiri.
Kuncinya adalah belajar untuk menghilangkan tujuh “peraturan tersirat” yang biasanya membatasi kita.
Berikut beberapa poin penting mengenai pelajaran hidup dan psikologi yang telah saya alami langsung, sesuai kutipan dari lowongankerja.asia diambil dari situs Geediting.com pada hari Sabtu, 19 April 2025.
1. Hening Tidak Selalu Menunjukkan Kelemahan
Pada masa lalu, saya yakin bahwa menjadi pendiam dalam pertemuan bisnis menandakan kurangnya kepercayaan diri pada diri sendiri. Karena itu, saya berusaha keras untuk menjadi lebih banyak bicara meskipun terkadang merasa letih dan buatan.
Suatu hari, sang manajer mengatakan kepada saya, “Kamu mengekspresikan ide paling hebatmu ketika tidak bisa lagi menyembunyikannya.” Pada titik itu, saya memahami bahwa kesunyianku tak melulu menjadi kekurangan, tetapi malah metode pikiran yang kompleks.
Biarkan aku memiliki kesempatan untuk menganalisis dan merenung. Ini tidaklah menjadi kelemahan, tetapi justru sebuah kemampuan yang kerap diabaikan. Oleh karena itu, tak perlu sungkan jika kalian cenderung lebih banyak menyerap informasi sebelum berbagi pendapat. Terkadang, pemikiranmu dapat membawa jawaban yang dicari oleh setiap individu disekitarmu.
Psikologi mengatakan: Orang introvert biasanya memiliki sensitivitas yang tinggi serta lapisan analisis yang dalam. Tidak banyak bicara tidak selalu menunjukkan rasa takut, tetapi seringkali merupakan indikasi bahwa Anda tengah mempertimbangkan hal-hal dengan lebih teliti daripada orang di sekitar Anda.
2. Hidup Sosialmu, Aturanmu
Pernah gak sih, rasanya bersalah ketika pulang duluan dari acara pesta, atau engga ikut undangan nongkrong bareng teman-teman? Sama kayaknya deh sama perasaanku. Namun setelah itu, akhirnya kupikir, ini bukan berarti aku jadi orang yang anti-sosial lho. Hanyalah saja saya membutuhkan waktu untuk mengisi ulang baterai dengan metode yang beda.
Carl Jung, seorang ahli psikologi terkemuka, menekankan bahwa orang yang cenderung ke dalam atau introvert mendapatkan tenaga mereka melalui waktu sendiri. Di sisi lain, tipe ekstrovert memperoleh kembali energinya dengan berada di tengah-tengah kerumunan.
Oleh karena itu, jangan membiarkan pihak lain menentukan waktu Anda untuk bermain-main. Jika Anda mau istirahat lebih cepat dan terbangun dengan semangat baru, silakan saja melakukan hal tersebut. Kita tidak bisa disebut egois ketika merawat diri kita sendiri.
3. Belum Tentu Setiap Hal Perlu Dijawab dengan “Iya”
Sekarang dulu saya selalu berpikir perlu mengatakan “iya” pada setiap orang – agar tampak dapat dipercaya, baik, dan… yah, “normal”.
Saya membantu menjual kue untuk acara sekolah, mengevaluasi pekerjaan teman sekelas, dan menerima proyek ekstra — padahal saya telah merasa sangat lelah sebagai ibu tunggal.
Hingga akhirnya saya menyadari bahwa jika terus-menerus mengatakan ‘iya’ pada segala sesuatu, maka tidak akan ada tempat lagi untuk berkata ‘iya’ kepada hal-hal yang sungguh-sungguh penting dalam hidup ini.
Mengucapkan “tidak” secara halus tidak selalu berarti Anda buruk. Ini menunjukkan bahwa Anda menghormati energi Anda sendiri. Cobalah katakan, “Mohon maaf, saya tidak memiliki cukup waktu pada saat ini.” Halus namun pasti.
4. Waktu Istirahat Bukan Berarti Malas, Melainkan Investasi untuk Kehidupan
Saya pernah merasa bersalah ketika dengan tenang duduk di sofa sambil membaca buku. Pikiran saya berkata, “Seharusnya kamu melakukan sesuatu yang lebih produktif!”
Namun setelah itu, saya membaca tentang studi mengenai “jaringan mode default”—segi otak yang menjadi aktif ketika kita sedang beristirahat, sekaligus merangsang kreativitas.
Dari situ, saya mulai dengan sengaja mengalokasikan waktu untuk kesendirian. Berjalan-jalan perlahan-lahan seorang diri, mencatat catatan harian, atau sekadar duduk di teras rumah sembari meminum secangkir teh. Akhirnya? Saya menjadi lebih berkonsentrasi, serta tidak gampang tersulut emosi pada hari-hari yang padat.
Perhatikan: beristirahat bukan berartilemah. Justru itu adalah dasar untuk menjaga kewarasandan kekuatan Anda.
5. Anda Tidak Perlu Berpura-pura Normal
Pernakah kau merasa terpaksa menyembunyikan rasa ingin pergi ketika sebenarnya pingin meninggalkan suasana yang ramai, tawaran berlebihan, atau percakapan dangkal?
Saya mengalami hal yang sama. Namun, ketika saya berani tampil unik—mengemukakan pandangan yang tidak umum selama rapat kerja—Ibu rasanya hidup untuk kali pertamanya.
Jangan ragu untuk menunjukkan sisi berbedamu. Malah di situlah terletak keistimewaanmu.
Jika Anda terus berusaha untuk bergaul supaya disukai, mungkin Anda akan kehilangan diri sendiri yang unik dan sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh dunia.
6. Anda Dapat Mengajukan Pertolongan
Orang introvert biasa dianggap “mandiri” atau “tahan banting saat sunyi.” Namun terkadang hal tersebut menyebabkan kita merasa perlu menyelesaikan segalanya dengan pribadi saja.
Dahulu kala, saya juga seperti itu. Hingga akhirnya anak saya menanyakan berbagai hal yang bahkan saya tak ketahui jawabannya. Lalu saya menyadari bahwa saya tidak dapat memikul beban dunia seorang diri.
Ketika saya memulai percakapan dengan sahabat mengenai beban yang saya tanggung, rasanya menjadi jauh lebih enteng. Berbicara tidak menunjukkan lemahnya seseorang. Justru itu adalah metode untuk terhubung dan mendapatkan dukungan dari kekuatan orang lain.
7. Jangan Selalu Menyendiri Saat Sedang Bertumbuh
Sebagai seorang yang cenderung pendiam, saya ahli dalam memikirkan hal-hal secara mendalam. Saya mampu mengisi hari dengan berjam-jam untuk membaca buku-buku tentang pembangunan pribadi dan mencatat catatan di jurnal.
Namun, saya pun menyadari bahwa perkembangan yang signifikan terjadi ketika saya membagikan perjalananku kepada orang lain. Sebagai contoh, saat bergabung dengan komunitas penulisan daring dan menerima umpan balik. Itu bagaikan membuka jendela baru bagi saya.
Anda masih dapat berkembang dengan tenang, namun jangan ragu untuk berbagi. Terkadang, bantuan sederhana dari orang lain bisa menjadi loncatan signifikan dalam perjalanan hidup Anda.
Menjadi pendiam tidak menghalangimu untuk menjalani hidup secara maksimal. Anda masih dapat menjadi pemberani, tampil percaya diri, serta menyatu dengan lingkungan tanpa harus meninggalkan sifat aslimu.
Pisahkan ketujuh batasan ini yang mengurungimu, maka kau akan menemui jalan untuk merasakan kehidupan dengan lebih intens. Lebih mendalam. Dan menjadi pribadi yang lebih lengkap.
Anda tidak perlu merubah jati diri Anda. Namun, Anda dapat memutuskan untuk tumbuh, dengan satu langkah kecil setiap harinya.
Sebab dunia tak memerlukan semakin banyak nada tinggi. Yang dibutuhkan adalah ketenangan yang bermakna namun memberi dampak. Seperti dirimu.
Apabila Anda menggemari tulisan ini, jangan ragu membagikannya kepada teman-teman introvert yang Anda miliki. Barangkali mereka tengah menanti-nantikan kesempatan untuk merasa semakin terhidupkan. ***