- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
alternative energy, energy sector, energy sustainability, environmentalism, sustainabilityalternative energy, energy sector, energy sustainability, environmentalism, sustainability - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
12
lowongankerja.asia
– PLN Indonesia Power (PLN IP) siap memenuhi kebutuhan
green hydrogen
(hidrogen hijau) untuk mendukung energi keberlanjutan masa depan Indonesia. Komitmen ini diperkuat dan telah diwujudkan melalui fasilitas ekosistem hidrogen mulai dari hulu hingga hilir yang dikembangkan korporasi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi bersih yang dijalankan secara komprehensif menjadi salah satu cara Indonesia tetap berkomitmen mencapai target emisi nol bersih atau
Net
Zero Emissions
(NZE) pada tahun 2060.
“Buktinya bahwa Bapak Presiden Prabowo telah mencanangkan Asta Cita, berbicara tentang kedaulatan swasembada energi, di dalamnya terdapat energi hijau, energi baru terbarukan, dan hidrogen merupakan bagian daripada visi besar Bapak Presiden,” kata Bahlil, pada sambutannya saat membuka GHES 2025 di Jakarta, Selasa (15/4).
Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra menyampaikan bahwa hidrogen hijau adalah produk inovasi dari PLN yang bertindak sebagai jawaban atas berbagai hambatan dalam proses transisi energi guna meraih tujuan NZE pada tahun 2060 serta memastikan kelangsungan energi di Indonesia.
“Hidrogen hijau ini karya enjiner PLN Grup yang sumbernya dari dalam negeri, jadi jika dikembangkan dan dimanfaatkan secara masif dampaknya besar sekali,” kata Edwin.
Edwin mengungkapkan, PLN Indonesia Power pun siap memenuhi kebutuhan hidrogen hijau di Tanah Air dari 13 Green Hydrogen Plant (GHP) atau fasilitas produksi hidrogen yang berlokasi di 13 pembangkit. Adapun 13 GHP milik PLN IP terdapat di PLTU Pangkalan Susu, PLTU Suralaya 1-7, PLTU Suralaya 8, PLTGU Cilegon, serta PLTU Labuan.
Selanjutnya di PLTU Lontar, PLTGU Tanjung Priok, PLTU Pelabuhan Ratu, serta PLTGU Tambak Lorok. Di akhir daftar, ada PLTG Pemaron, PLTU Grati, PLTU Adipala, dan PLTP Kamojang.
“Salah satu pembangkit PLN Indonesia Power yang memproduksi hidrogen hijau adalah PLTP Kamojang. Ini menjadi pembangkit panas bumi pertama yang memproduksi hidrogen,” tutur Edwin.
Menggunakan 13 unit GHP tersebut, PT Indonesia Power milik PLN dapat menghasilkan hingga 80 ton setiap tahunnya, menyumbang sekitar 40% dari kapasitas total GHP yang dimiliki oleh PLN. Produksinya pun cukup signifikan.
green hydrogen
yang mana sebesar 32 ton setiap tahunnya dipakai untuk keperluan operasional pembangkit (
cooling generator
), sedangkan 48 ton sisanya dapat dipergunakan untuk beragam keperluan.
Edwin melanjutkan, di sisi hilir PLN Indonesia Power pun telah menghadirkan Hydrogen Refueling Station (HRS) pertama di Indonesia, sebagai penunjang fasilitas kendaraan masa depan berbahan bakar hidrogen. Tidak hanya pada kendaraan, PLN Indonesia Power juga melakukan pengembangan pemanfaatan hidrogen yang dikonversi menjadi green ammonia untuk energi primer di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Pemanfaatan
green ammonia
Ditetapkan untuk digunakan di PLTU Labuan yang memiliki kapasitas 2 x 300 Megawatt. Ini terlihat dari kesuksesan percobaan pembakaran campuran amonia hingga 3% berlangsung selama delapan jam menggunakan sekitar lima puluh ton amonia. “Hidrogen hijau adalah sumber energi ramah lingkungan tanpa meninggalkan residu dalam bentuk apapun di atmosfer, oleh karena itu tidak memancarkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan hanya menghasilkan uap air,” demikian penjelasan Edwin.