- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
artificial intelligence, business, government, politics and government, technologyartificial intelligence, business, government, politics and government, technology - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
16
PR JABAR
– Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) saat ini sudah menjangkiti beragam bidang, termasuk Pemerintahan Kota (Pemkot) Cimahi di Jawa Barat.
Merespon keadaan tersebut, Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudisthira, menggarisbawahi kesesuaian penggunaan teknologi AI bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rangka meningkatkan efisiensi kerja serta memperbaiki layanan terhadap publik.
Pada rapat pagi bersama tim Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintahan Kota Cimahi, Adhitia mendorong para pekerja untuk menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai alat bantu, tidak sebagai penggantinya. Dia menyoroti bahwa tren penerapan AI, termasuk aplikasi seperti ChatGPT, semakin populer seiring dengan mendekatnya peringatan hari raya Idul Fitri kemarin.
“Saya sampaikan, mengingat kemajuan teknologi saat ini, marilah kita hadapi hal tersebut dengan menggunakan kecerdasan buatan sebagai sistem pendukung dalam pekerjaan dan layanan terhadap publik,” ungkap Wakil Walikota Cimahi, Adhitia Yudisthira, pada Jumat, 18 April 2025.
Menurut Adhitia Yudisthira, AI bisa menjadi alat yang mempermudah pekerjaan administratif, seperti menyusun naskah sambutan atau membuat konsep pelayanan.
Namun, Adhitia Yudisthira mengingatkan agar penggunaannya tidak serta-merta menggantikan daya pikir ASN. “Kalau hanya dijadikan tempat bertanya, tanpa berpikir lebih dalam, itu justru menurunkan kapasitas kognitif kita,” ujarnya.
Adhitia Yudisthira juga mencontohkan bagaimana negara maju seperti Singapura dan Finlandia telah mengintegrasikan AI dalam sistem pemerintahan mereka secara strategis, dengan tetap menjaga peran manusia sebagai pengambil keputusan utama.
“Teknologi bakal selalu maju, namun kehadiran manusia takkan pernah tertandingi. AI dapat menjadi alat pendukung yang sangat hebat, tetapi kemanusiaan kita dalam berperan untuk masyarakat masih diatur oleh integritas, belas kasihan, serta dedikasi,” tandasnya.
Adhitia Yudisthira menyebutkan bahwa penggunaan kecerdasan buatan perlu disertai dengan aturan yang komprehensif dan memastikan bahwa aplikasinya bersifat inklusif tanpa meninggalkan aspek-aspek kemanusiaan.
“Mari gunakan teknologi dengan bijak, tapi jangan pernah tinggalkan rasa, karena itulah yang membuat kita benar-benar hadir untuk masyarakat,” pungkasnya.***