- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, culture, generations, jobs and careers, lifestylebusiness, culture, generations, jobs and careers, lifestyle - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
8
lowongankerja.asia
Dunia pekerjaan senantiasa mengalami perubahan dari hari ke hari, sama halnya dengan bagaimana kita memandang jalannya karir. Setiap generasi membawa latar belakang pengalaman serta pemikiran unik yang dipengaruhi zaman masing-masih. Bagi generasi Baby Boomers, yaitu mereka yang dilahirkan pada rentang tahun 1946 sampai 1964, pola pikir tentang karir telah tertanam melalui pengalamannya sendiri.
Akan tetapi, sejumlah besar kepercayaan itu saat ini sudah kurang tepat untuk lingkungan kerja kontemporer yang berubah dengan cepat. Menurut laporan dari geediting.com pada hari Jumat (18/4), mari kita pertimbangkan beberapa contohnya.
1. Bekerja dari Jam 9 hingga 5 Adalah Wajib
Untuk generasi boomer, konsep pekerjaan ideal biasanya melibatkan masuk ke kantor pukul 09:00 pagi dan meninggalkannya pukul 17:00, selama lima hari per minggu. Mereka yakin bahwa jadwal kerja yang rigid merupakan faktor utama untuk mencapai efisiensi. Namun, lingkungan kerja kontemporer cenderung memberikan nilai lebih terhadap fleksibilitas. Tugas dapat diselesaikan di luar jam-jam standar ini dengan penekanan kepada output daripada sekadar hadir secara fisikal dalam rentang waktu tertentu saja.
2. Kantor Hanya Lokasi Bekerja
Keyakinan yang teguh dari generasi Boomer adalah bahwa pekerjaan harus dilaksanakan di kantor, berada di balik meja dengan lingkungan kolega sekitar. Tetapi saat ini kita sudah mengetahui bahwa pekerjaan dapat terselesaikan di manapun. Pilihan bebas tentang lokasi kerja justru mampu mengoptimalkan efisiensi serta membuat staf lebih senang.
3. Gonta-Ganti Pekerjaan Bisa Merusak Karir
Penduduk boomer kebanyakan mempersepsikan pergantian profesi secara berulang-ulang sebagai indikasi dari kurangnya kesetiaan atau stabilitas. Mereka sangat menyetujui sikap setia terhadap sebuah organisasi dalam waktu lama. Di sisi lain, zaman sekarang sering kali dilihat bahwa beralih tempat bekerja adalah peluang untuk bertumbuh, meraih pengetahuan ketrampilan baru, serta mencicipi ragam pengalaman profesional.
4. Pertemuan Langsung Selalu Lebih Unggul
Interaksi secara langsung serta pertemuan tatap muka diberi nilai tinggi oleh generasi Baby Boomers dalam bekerja sama. Walaupun tetap menjadi bagian penting, saat ini teknologi memfasilitasi pertemuan virtual yang tak kalah efektif, dan terkadang jauh lebih hemat waktu maupun biaya transportasi dibandingkan dengan bertemu fisik.
5. Memakai Pakaian Resmi Menandakan Keahlian profesional
Untuk generasi boomer, profesionalisme umumnya terkait dengan penampilan yang rapi dalam setelan jas. Tampilan formal dipandang sebagai refleksi dari tingkat kecemasan seseorang. Akan tetapi, saat ini definisi profesionalisme meliputi aspek seperti sikap, etika kerja, serta kualitas output pekerjaan. Jadi, pakaian resmi bukan lagi standar tunggal untuk menilai sejauh mana seseorang bersikap professional.
6. Makin Lama Bekerja, Makin Bertambah Produktivitasnya
Terdapat kepercayaan di antara generasi Baby Boomers bahwa makin lama waktu yang digunakan untuk bekerja, maka akan menghasilkan output yang makin baik. Namun, berdasarkan penelitian, bekerja melampaui jumlah jam standar dapat memicu kelelahan (burnout) serta meredupkan efisiensi. Pentingnya adalah pada kualitas pekerjaan daripada hanya fokus pada durasi jam kerja.
7. Teknologi Itu Mengganggu
Sebagian orang generasi boomer mungkin tetap melihat teknologi hanya sebagai distraksi dari tugas mereka yang sesungguhnya. Mereka bisa menghadapi tantangan dalam menyesuaikan diri dengan perangkat digital terbaru atau bahkan tidak tertarik untuk mencobanya. Namun, kenyataannya, teknologi merupakan sarana luar biasa untuk meningkatkan efisiensi, menyederhanakan workflow, serta memberikan banyak kemungkinan baru.
8. Pensiun Merupakan Penutup Kariernya
Tradisionally, Baby Boomers menganggap masa pensiun sebagai puncak dan penutup bagi petualangan pekerjaan mereka. Di usia ini, kegiatan kerja dilihat selesai. Tetapi saat ini banyak individu merombak definisi tentang pensiun menjadi sebuah peluang baru dimana seseorang dapat mencari hobi lainnya, membuka bisnis sendiri, atau terus memberikan kontribusi dengan metode yang lebih bervariatif.
Mengerti perbedaan dalam kepercayaan karir antara generasi dapat mempermudah penyatuan kesenjangan di lingkungan pekerjaan. Hal itu tidak melulu soal apa yang tepat atau keliru, tetapi lebih kepada menyadari bahwa cara pandang terhadap dunia profesional sudah berevolusi dan disesuaikan dengan kenyataan modern.
(*)