- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, challenges, innovation, jobs and careers, technologybusiness, challenges, innovation, jobs and careers, technology - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
6
Untuk menjawab tantangan kesenjangan talenta digital di Indonesia, Red Hat menghadirkan inisiatif Red Hat Academy dan Red Hat Talent Network yang dirancang untuk mencetak sekaligus menyalurkan profesional bersertifikat langsung ke ekosistem industri teknologi.
Ke dua program tersebut diciptakan guna mengatasi permintaan akan sembilan juta tenaga kerja digital yang diproyeksikan oleh Indonesia di tahun 2030, sambil juga meningkatkan integrasi lulusan tersertifikasi ke dalam sektor teknologi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia meramalkan adanya defisit kira-kira 9 juta profesional teknologi informasi pada tahun 2030. Berdasarkan Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) edisi 2024, permintaan akan pekerja bidang digital di negara kita hingga tahun tersebut diperkirakan mencapai angka 12 juta jiwa, melebihi perkiraan sebelumnya oleh McKinsey serta World Economic Forum. Ini berarti setiap tahun dibutuhkan kurang lebih 450 ribu individu terampil dalam berbagai disiplin ilmu seperti ahli IT dengan spesialisasi di sumber terbuka, awan (cloud), dan metode pengembangan operasional perangkat lunak (DevOps). “Penggeseran ini mesti ditangani saat ini supaya proses transisi menuju industri masa depan tidak tertinggal,” ungkap Vony Tjiu, Manajer Negara untuk Red Hat Indonesia.
Sejak peluncuran pertama kali, Red Hat Academy sudah bekerja sama dengan lebih dari 200 lembaga pendidikan yang mencakup perguruan tinggi negeri maupun swasta serta sekolah menengah kejuruan baik di perkotaan maupun pedesaan. Lembaga-lembaga tersebut meliputi Universitas Telekomunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya, Politeknik Negeri Padang, SMA Kewirausahaan Adiwerna Tegal, SMK Negeri 1 Kejobong Purbalingga, dan masih banyak lagi.
Kurikulum resmi dari Red Hat telah dimasukkan ke dalam program studi wajib serta opsional, menyediakan latihan praktis terkait dengan hal tersebut.
– Manajemen Sistem Linux & Pengaturan Virtually
– Perhitungan Awan dan Kontainerisasi
– DevOps, Perangkat Antara, dan Otomatisasi Infrastruktur
Pada konferensi pers yang digelar di Jakarta pada hari Selasa (16/4), Vony menyatakan bahwa sejauh kuartal pertama tahun 2025, lebih dari 7.500 orang sudah mendaftar dalam program pelatihan gratis serta mendapatkan sertifikasi Red Hat. Ia juga menjelaskan bahwa mayoritas penerima sertifikasinya adalah alumni SMK. “Ini sungguh mencerminkan tekad dan gairah mereka yang pantas untuk dipujikan,” ungkap Vony dengan tegas saat memberikan perhatian kepada minat tinggi para siswa pendidikan kejuruan.
Selaku lanjutan dari program Red Hat Academy, Red Hat juga mengatur interaksi tatap muka diantara alumni tersertifikasi dengan konsumen serta partner usaha milik Red Hat lewat jaringan tenaga kerja bernama Red Hat Talent Network. Situs web ini tidak berfungsi sebagai pasar pekerja biasa, tetapi lebih mirip basis data yang telah diverifikasi untuk mendukung organisasi dalam pemilihan calon yang tepat sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh mereka.
“Tujuan sebenarnya adalah untuk mendukung para mitra bisnis serta pelanggan Red Hat yang sering kali merasakan kesulitan dalam menemukan tenaga kerja yang dibutuhkan. Dengan menggunakan jaringan bakat ini, Red Hat bertujuan agar lulusan dari program Red Hat Academy dapat dialihkan dengan tepat waktu dan lebih efisien,” terang Vony.
Dia menyebutkan bahwa saat ini telah ada sepuluh alumni dari Red Hat Academy yang sukses bergabung dan berkarier, entah itu di kalangan klien atau pun di perusahaan partner Red Hat.
Di penghujung hari, langkah Red Hat dalam menciptakan tenaga kerja digital ini diantisipasi untuk bisa mendukung peserta agar semakin siap bekerja (employable) secara langsung. Ini tentunya bakal membuka peluang pekerjaan baru bagi para tamatan yang telah bersertifikat. Dengan mempersiapkan sumber daya manusia digital yang mahir serta bertaraf sertifikasi, perusahaan tersebut pun bermaksud untuk ikut meredam jurang ketidakseimbangan kemampuan di sektor teknologi informasi, tingkatkan persaingan, serta galakkan inovasi dalam lingkungan teknologi lokal—yang nantinya diproyeksikan buat dorong perkembangan ekonomi digital negeri kita.