- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
children and families, education, music, music education, teachingchildren and families, education, music, music education, teaching - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
5
Pastikan Selalu Melibatkan Ortu dalam Proses Belajar Si Kecil, Termasuk Membahas Sifatnya Sebelumnya dengan Orang Tua
Didik Mulyadi telah menghabiskan tiga tahun terakhir sebagai guru atau pembimbing musik untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (ABK) di empat lokasi Rumah Anak Prestasi (RAP) seluruh Surabaya. Dia melatih ratusan anak dalam bidang vokal dan juga alat musik seperti gitar, piano, bass, serta drum. Berkat usaha tersebut, para siswa ini kini kerap melakukan pertunjukan dengan memainkan lagu-lagu bergenre pop-rock.
Dian Wahyu Pratama
—————
Pada siang hari tersebut, Didik Mulyadi memulai sesi pelatihan dengan seorang anak berkebutuhan khusus yang belajar cara memainkan drum. Beberapa menit kemudian, gilirannya untuk dipandu dalam bermain alat musik seperti gitar, bass, dan piano. Di akhir sesi, beberapa anak berkebutuhan khusus lainnya diajarkan teknik bernyanyi. Dia menjelaskan bahwa durasi masing-masing latihan adalah selama lebih dari dua jam saat diwawancara kemarin.
Didik menyebut bahwa program pelatihan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Rumah Angin Laut (RAP) se-Surabaya telah diterapkan semenjak institusi itu didirikan. Selama kurang lebih tiga tahun ini, para anak tunanetra, autisme, sampai dengan lambat belajar telah diajarkan mulai dari bernyanyi hingga memainkan alat musik. Dengan hasil yang menonjol, saat ini mereka kerapkali tampil dalam bermacam-macara pertunjukan serta acara oleh Pemerintah Kota Surabaya. Dia menjelaskan, “Untuk minggu depan, kita direncanakan bakal melakukan penampilan lagi.”
Seluruh 100 ABK di wilayah RAP Nginden, Kedung Cowek, Dukuh Menanggal, sampai Sonowijenan telah melalui pelatihan bersamanya. Bagi Didik, menjadi pengajar musik bagi para Anak Berkebutuhan Khusus ini bukanlah tugas yang ringan. Tetapi dia merasakan tantangan tersebut sebagai sumber kreasi baru dalam dirinya. Sebelum menyampaikan materi-materi, sang lelaki berumur 55 tahun mempunyai metode sendiri demi mencapai efektifitas belajar terbaik. Dia menjelaskan, “Saya senantiasa melakukan komunikasi dengan keluarga mereka guna mendapatkan pemahaman tentang kepribadian si anak. Terutama jika mereka adalah anak-anak autis.”
Setelah mempelajari karakteristik siswa, Didik kemudian beradaptasi dengan cara menyampaikan materinya. Selain itu, ia mendorong para orangtua agar turut serta dalam proses belajar. Dia menjelaskan, “Kami di rumah minta kepada orang tua supaya mereka juga membimbing dan melatih anak-anak mereka.”
Didik menyebutkan bahwa anak dengan kebutuhan khusus autisme cenderung lebih suka memainkan alat musik. Sementara itu, siswa tunanetra umumnya aktif dalam bernyanyi atau olahraga vokal. Dia menambahkan, “Ada pula beberapa tunanetra yang tertarik pada permainan alat musik.”
Sejak awal, para anggota kru dibimbing untuk belajar memainkan lagu-lagu bertema pop rock. Menurut Didik, genre musik itu dipandang cocok dengan minat para anak. Dia menambahkan, “Untuk saat ini, mereka fokus pada pengembangan diri dalam bidang musik pop rock.”
Beberapa lagu populer seperti Hotel California yang dibawakan oleh The Eagles sampai karya-karya Bryan Adams juga termasuk ke dalam daftar nyanyian saat pertunjukan tersebut. Menurut Didik, pada satu kali pentas, murid-muridnya bisa menyajikan sebanyak tujuh buah lagu. Dia menambahkan bahwa target mereka adalah cepat menguasai repertoar band legendaris Queen sehingga bisa meningkatkan tingkatan kemampuan mereka. “Jadi nanti akan upgrade,” imbuhnya.
Selama satu minggu, dia menyediakan waktunya untuk mengajarkan anak berkebutuhan khusus di empat tempat yang berbeda. Ia mengajar di Nginden pada hari Senin, Kamis, dan Sabtu; di Kedung Cowek pada hari Jumat; di Sonowijenan pada hari Selasa; serta di Dukuh Menanggal setiap Rabu. Dia menambahkan, “Biasanya paling sering ke Nginden saja.”
Di luar sebagai instruktur di RAP, Didik pun berperan sebagai guru musik di Bibit Unggul. Ia menyebut telah menjadi pengajar musik di Dinsos sejak tahun 2010. Dia menjelaskan, “Saya sudah melatih berbagai macam siswa mulai dari anak-anak tanpa rumah sampai penyandang disabilitas.”
Menurutnya, merasa bahagia ketika melihat murid-muridnya sukses berada di panggung utama. Dia berencana untuk segera membuka saluran media sosial yang dikhususkan untuk menampilkan performa para ABK dari RAP. Menurut pendapatnya, jika mereka (para ABK, red) mendapatkan pendidikan secara serius maka hasilnya akan luar biasa hebat.
(*)