- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
generations, job, lifestyle, social issues, workersgenerations, job, lifestyle, social issues, workers - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
13
lowongankerja.asia–
Generasi Z berusaha mencapai kesetimbangan di antara prinsip-prinsip lingkungan kerja dengan pendahulu mereka dari generasi baby boomer, yang sudah mengatur karier mereka sesuai dengan keinginan serta persyaratan pribadi.
Dalam hal produktivitas, keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, serta mencari makna dalam hidup, terdapat perbedaan pandangan di antara karyawan dari Generasi Z dan generasi baby boomer mengenai pekerjaannya masing-masing. Hal ini semakin melebar menjadi jurang generational yang telah ada sebelumnya.
Dampak Generasi Z di lingkungan pekerjaan jangan sampai diabaikan, sebab mereka sudah sukses menguji berbagai harapan instansi.
Meskipun sudah banyak pergeseran dan pengorbanan yang terjadi, pastilah masih ada beberapa tindakan yang dilakukan Generasi Z di lingkungan pekerjaan yang bisa membuat para atasan dariGenerasi Boomer kebingungan atau frustasi.
Menurut laporan dari YourTango, berikut ini adalah 5 kebiasaan Gen Z di lingkungan pekerjaan yang tidak disukai oleh generasi sebelum mereka.
-
Datang lebih awal
Sebanyak 95% karyawan Generasi Z meyakini bahwa berbohong di lingkungan kerja sebagai cara untuk menebus gaji yang rendah, praktek-praktik yang tidak adil, atau diskriminasi merupakan tindakan yang bisa dimaafkan.
Apakah itu dengan pulang lebih cepat, memperpanjang waktu bekerja, atau mengambil keuntungan dari sumber daya kantor, berbagai metode curang semacam ini sering kali adalah perilaku yang ditunjukkan oleh Generasi Z di lingkungan pekerjaan dan bisa sangat menjengkelkan bagi atasan mereka yang termasuk dalam generasi baby boomer.
-
Meminta izin libur karena alasan kesehatan
Lebih dari 27% pegawai menggunakan hak cuti karena alasan kesehatan meskipun sebenarnya mereka dalam keadaan sehat ketika bekerja.
Karyawan dari Generasi Z yang bergantung pada cuti sakit serta kondisi kesehatannya sendiri untuk menangani berbagai masalah seperti stres kerja dan kelelahan, cenderung lebih rawan akan fenomena tersebut. Mereka sering kali bertentangan dengan pandangan para pemimpin dari Generasi Boomer, di mana mereka meyakini bahwa prioritas utama adalah fokus pada tugas tanpa memedulikan aspek-aspek penting lainnya termasuk waktu istirahat, kesembuhan ketika sedang tidak sehat, ataupun kesejahteraan secara menyeluruh diri individu.
-
Meminta akomodasi kesehatan mental
Tidak heran jika generasi Z, yang cenderung lebih terbuka untuk mendiskusikan masalah kesehatan mental dan memperjuangkan dukungan dalam kehidupan sehari-hari mereka, menuntut lebih banyak fleksibilitas dibandingkan dengan para kolega lebih senior mereka di lingkungan kerja.
Walaupun ini bisa jadi salah satu perilaku Generasi Z di lingkungan pekerjaan yang bikin bos dari generasi baby boomer frustasi karena mereka lah yang sebenarnya perlu menyesuaikan diri dengan aturan-aturan tersebut dan membutuhkan ketekunan mereka.
-
Menghindari pembentukan hubungan dengan kolegakerja
Generasi Z bukan saja membantah langsung prinsip-prinsip yang dipercayai oleh Baby Boomers terkait kesetiaan dalam pekerjaan melalui pemberian diri pada cuti dan mendefinisikan kembali batas-batas profesional, tetapi juga cenderung membatasi interaksi emosional serta kedekatan dengan pemimpin maupun rekan-rekan setimanya. Karyawan Generasi Z ini memiliki tingkat kepercayaan yang jauh lebih rendah dibandingkan generasi-generasi lampau.
-
Mengajukan lamaran kerja ke beberapa perusahaan
Berdasarkan sebuah penelitian, Generasi Z cenderung lebih suka pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Hal ini mereka lakukan lebih banyak daripada golongan umur yang lain dalam lingkungan kerja.
Sebanyak 75% dari karyawan Generasi Z mengungkapkan niat mereka untuk pindah dari tempat kerja sekarang dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang.
Meski para pekerja muda merasa cukup bahagia dengan posisi mereka sekarang, banyak dari mereka yang terus mengajukan lamaran dan berpartisipasi dalam proses seleksi di perusahaan lain. Mereka bertujuan untuk meningkatkan imbalan finansial sambil menjaga fokus pada aspek penting hidup seperti kesetimbangan antara karier dan keluarga serta kemungkinan bekerja secara remote. Semua ini dilakukan tanpa meninggalkan kestabilan profesi mereka saat ini.