7 Tanda Orang yang Kelihatan Sopan tapi Sebenernya Lagi Hindarin Masalah

7 Tanda Orang yang Kelihatan Sopan tapi Sebenernya Lagi Hindarin Masalah




Etika merupakan suatu sikap yang vital serta kerapkali diprioritaskan, namun kita harus memahami bahwa ada kalanya tingkah laku yang tampak beretika justru menjadi strategi halus untuk mengelakkan perseteruan.

Hal ini sesungguhnya tidak berkaitan dengan tata krama, melainkan memelihara ketenangan dalam berinteraksi. Sikap tersebut bisa nampak sebagai bentuk kesopanan, namun di balik itu sering kali ada hasrat tak terucapkan untuk menghindari perselisihan.

Menurut laporan dari Blog Herald, berikut adalah tujuh kebiasaan yang kelihatannya baik tapi justru merupakan strategi halus untuk mengelakkan perselisihan tanpa disadari.


  1. Menyetujui terus-menerus

Setiap individu sangat mengapresiasi keseimbangan pada saat-saat diskusi. Akan tetapi, ada juga beberapa orang yang cenderung untuk sepakat dengan segala sesuatu yang disampaikan tanpa menyumbangkan pemikiran atau sudut pandang mereka sendiri.

Walaupun biasanya kita merasa gembira apabila diterima oleh orang lain, namun sifat seperti itu sebenarnya tidak berhubungan dengan penerimaan sungguh-sungguh. Sebaliknya, hal tersebut lebih berkaitan dengan upaya untuk mengelakkan diri dari perselisihan atau pertikaian.

Tindakan ini umumnya dipakai sebagai strategi untuk memelihara ketenangan serta menghindari potensi perselisihan. Akan tetapi, hal tersebut juga bisa menahan perbincangan yang produktif dan berarti.

Oleh karena itu, apabila ada orang yang senantiasa bersikap menyenangkan dengan setuju pada semua pendapat Anda, sebetulnya mereka sedang menerapkan etika baik sebagai cara untuk menghindari perselisihan.

Meskipun akan lebih terbuka jika memiliki pendapat yang berbeda, karena itu membuat percakapan menjadi lebih menarik dan memungkinkan pertumbuhan pribadi.


  1. Mengubah subjek

Semua orang mungkin pernah merasakan pembicaraan yang mulai menyimpang ke hal yang tidak nyaman dan mereka dengan cepat mengganti topik pembicaraan.

Hal ini seringkali terjadi ketika kita sedang dalam perbedaan pandangan, sehingga orang lain secara tiba-tiba menyinggung topik yang sama sekali tidak berhubungan.

Pertama-tama, kami merasa mereka kurang memperhatikan, namun setelah berpikir lebih jauh, ternyata ini merupakan pergeseran tiba-tiba pada percakapan yang menjadi metode halus bagi mereka untuk mengelak dari perselisihan.

Tindakan tersebut kelihatannya bersikap baik sebab bisa mencegah obrolan berubah menjadi perselisihan. Akan tetapi, perilaku itu pun dapat membatasi interaksi yang transparan serta jujur antar pihak.

Walaupun tak selalu harus terlibat dalam perselisihan yang panas, tetaplah penting untuk menghargai pandangan satu sama lain serta memberikan tempat bagi beragam opini.

Melepaskan diri dari subjek yang dapat memicu perselisihan kelihatan sebagai tindakan halus, namun pada kenyataannya ini adalah metode cerdas untuk terbebas dari diskusi yang rumit.


  1. Maaf secara berlebihan

Mungkin kita pernah menemui orang yang sering kali minta maaf atas segala sesuatu, meskipun bukan salah mereka.

Perilaku ini mungkin awalnya tampak sopan dan penuh perhatian, tetapi seringkali merupakan cara untuk menghindari konflik.

Orang yang meminta maaf secara berlebihan cenderung melakukannya karena mereka tidak ingin membuat orang lain kesal, bukan karena mereka yakin bahwa mereka salah.

Mengakui rasa tidak nyaman dengan permintaan maaf bisa jadi strategi untuk mencegah pertikaian. Hal ini merupakan pendekatan yang lembut bagi individu untuk mengelabiskan kesalahan atau hindari cemoohan.

Walaupun sangat penting bagi kita untuk mengaku salah dengan minta maaf jika berbuat keliru, namun bila dilakukan secara terus-menerus hal itu bisa jadi menurunkan nilai kejujuran dari permohonan tersebut serta menjadikan kita tampak lebih rendah diri.


  1. Menghindari kontak mata

Kontak mata merupakan bahasa tubuh yang ampuh untuk membangun percakapan. Ini karena dapat menunjukkan rasa percaya diri, ketertarikan, dan rasa hormat.

Tetapi, apabila seseorang dengan sengaja mengelakkan diri dari kontak mata ketika mereka mendapati ada konflik, hal itu merupakan metode mereka untuk menjauhkan rasa tidak nyaman tersebut.

Hal ini mungkin dianggap sebagai sikap rendah hati atau pemalu, namun pada akhirnya bisa menjadi strategi efektif untuk mengelak dari kondisi yang dapat memicu perseteruan.

Dengan enggan bertatap muka, mereka menyampaikan harapan untuk terlepas dari dialog atau kondisi itu.

Menghindari kontak mata dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah konflik berkelanjutan. Namun, juga dapat menghalangi komunikasi dan koneksi yang bermakna.

Maka dari itu, penting untuk mempertahankan kontak mata yang sesuai karena bisa meningkatkan pengertian serta empati, sehingga sebaiknya tidak mengelakkannya meski saat sedang berbicara hal-hal yang sensitif.


  1. Humor yang berlebihan

Tertawa cekak dapat menjadi metode yang ampuh untuk melemaskan atmosfer. Akan tetapi, apabila seseorang memperlihatkan rasa lucu yang salah tempat, hal ini jadi indikasi bahwa mereka tengah mencoba mengubah topik diskusi.

Ini mungkin terjadi ketika kita sedang mendiskusikan masalah serius, dan setiap kali kita mencoba mengarahkan pembicaraan pada penyelesaian masalah, mereka melontarkan lelucon yang tidak tepat.

Pada awalnya, kita mungkin berpikir bahwa mereka hanya menciptakan kegembiraan, namun setelah menyadari hal tersebut, justru lelucon mereka digunakan sebagai alat untuk memindahkan fokus dari konflik yang ada.

Meskipun humor dapat menjadi cara yang baik untuk meredam ketegangan, tetapi penggunaan humor yang berlebihan dapat mencegah penyelesaian masalah yang penting.

Maka dari itu, perlu sekali untuk menemukan keseimbangan di antara menyimpan atmosfer yang rileks sambil juga mengatasi berbagai masalah dengan serius.


  1. Terlalu formal

Orang yang selalu bersikap formal bahkan dalam suasana santai mungkin dianggap sopan dan penuh hormat.

Namun, perilaku ini juga bisa menjadi strategi untuk menjaga jarak dalam percakapan dan mencegah terjadinya konflik atau konfrontasi.

Dengan bersikap formal, mereka dapat menghindari keterlibatan atau keterikatan emosional yang berlebihan pada saat berinteraksi.

Dengan cara ini, mereka dapat menghindari potensi terjadinya perselisihan atau konfrontasi yang mungkin tercipta dari hubungan yang mendalam atau lebih dekat.

Meskipun menjaga sikap formal penting dalam beberapa konteks percakapan, tetapi penting juga untuk menumbuhkan adanya hubungan emosional dan keterbukaan dalam interaksi kita.

Bila kita agak lebih terbuka, maka hubungan yang otentik dan bernilai akan timbul. Oleh karena itu, jangan ragu untuk menunjukkan kerendahan hati Anda danpastikan bahwa isi pembicaraan sejalan dengan tindakan kita.


  1. Selalu menghindari percakapan

Orang yang selalu berusaha menghindari percakapan, baik membatalkan perkataan, rencana, atau bahkan meninggalkan ruangan, itu adalah tanda bahwa mereka ingin menghindari konflik.

Walaupun hal tersebut tampaknya sebagai perilaku yang ramah guna menghindari perselisihan, namun sesungguhnya itu merupakan metode yang paling beresiko.

Menjauhi pembicaraan bukan saja mencegah penanganan masalah, namun juga membentuk rintangan bagi pengertian dan perkembangan relasi.

Sangat penting untuk menuntaskan perselisihan karena hasilnya belum tentu negatif. Oleh sebab itu, hindarilah upaya mengelakkan diri dari diskusi yang rumit, lantaran hal tersebut bisa membentuk rasa penghargaan, simpati, serta kejujuran di antara pihak-pihak terkait.

Tanggapi dengan baik dan penuh kesadaran, ini bisa membawa ke perkembangan diri, ikatan emosional yang lebih kuat, serta jawaban-jawaban yang lebih efektif.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *