- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, culture, generations, jobs and careers, lifestylebusiness, culture, generations, jobs and careers, lifestyle - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
5
lowongankerja.asia
Dunia pekerjaan senantiasa berkembang bersamaan dengan perubahan zaman, termasuk bagaimana kami memandang jalur karir. Setiap generasi membawa perspektif unik yang dipengaruhi oleh latar belakang mereka masing-masing. Misalnya, Baby Boomers, orang-orang yang dilahirkan dari tahun 1946 sampai 1964, mengembangkan pemahaman tentang profesi yang dalam sesuai dengan zamannya sendiri.
Meskipun demikian, sejumlah besar kepercayaan itu saat ini sudah kurang sepenuhnya sesuai dengan lingkungan kerja kontemporer dan penuh perubahan. Mengutip dari geediting.com pada hari Jumat (18/4), marilah kita pertimbangkan beberapa contohnya.
1. Bekerja dari Pukul 9 hingga 5 Adalah Wajib
Untuk generasi boomer, konsep pekerjaan ideal biasanya melibatkan masuk ke kantor pukul 09:00 pagi dan meninggalkannya pukul 17:00, sepanjang hari. Mereka meyakini bahwa jadwal kerja yang rigid merupakan faktor utama untuk mencapai efisiensi. Namun, lingkungan kerja saat ini cenderung lebih menyetujui fleksibilitas. Tugas dapat diselesaikan di luar jam standar tersebut, dengan penekanan terletak pada output daripada sekadar hadir selama periode waktu tertentu saja.
2. Kantor Hanya Lokasi Bekerja
Keyakinan yang teguh dari generasi Boomer ialah bahwa pekerjaan harus dilaksanakan di kantor, dengan berada di balik meja dan disekelilingi oleh rekan sejawat. Tetapi saat ini, kita telah mengetahui bahwa pekerjaan dapat terselesaikan dimana pun. Opsi bebas untuk memilih lokasi kerja justru mampu mengoptimalkan efisiensi serta membantu dalam mencapai kepuasan para pegawai.
3. Gonta-Ganti Pekerjaan Berkas Karir Rusak
Orang boomer umumnya memandang frekuensi pergantian pekerjaan sebagai indikasi dari kurangnya kepercayaan atau stabilitas. Mereka sangat menyetujui dedikasi lama kepada sebuah perusahaan. Di sisi lain, dalam zaman kontemporer saat ini, berpindah tempat kerja sering kali dilihat sebagai peluang untuk pertumbuhan diri, pembelajaran kemampuan baru, serta akuisisi pengalaman yang semakin variatif.
4. Pertemuan Langsung Selalu Lebih Unggul
Interaksi langsung dan rapat tatap muka sangat dihargai oleh Boomer untuk kolaborasi. Meski masih penting, teknologi kini memungkinkan rapat virtual yang sama efektifnya, bahkan seringkali lebih efisien karena menghemat waktu dan biaya perjalanan.
5. Berpakaian Formal Sama Dengan Profesional
Untuk generasi boomer, profesionalisme biasanya dikaitkan dengan penampilan yang rapi dalam setelan jas. Tampilan formal dipandang sebagai indikator dari tingkat ke-serius-an seseorang. Akan tetapi, pada zaman sekarang ini, aspek-aspek seperti tindakan, kode etik pekerjaan, serta mutu hasil kerja memainkan peranan penting dalam mendefinisikan profesionalisme. Baju berpenampilan resmi bukan lagi satu-satunya standar primer.
6. Makin Lama Bekerja, Makin Bertambah Produktivitasnya
Terdapat kepercayaan di antara generasi Baby Boomers bahwa makin lama waktu yang dihabiskan untuk bekerja, maka akan makin tinggi pula hasilnya. Namun, fakta berdasarkan penelitian mengungkapkan bahwa melampaui batasan jam kerja tertentu malah dapat memicu keletihan (burnout) serta meredupkan efisiensi pekerjaan. Penting untuk diprioritaskan adalah kualitas daripada sekadar jumlah jam dalam bekerja.
7. Teknologi Itu Mengganggu
Sebagian orang Baby Boomer mungkin tetap melihat teknologi sebagai distraksi dari tugas nyata mereka. Mereka bisa merasa terbatas atau tidak mau menyesuaikan diri dengan perangkat digital modern. Namun, sebenarnya teknologi merupakan sarana luar biasa untuk mengoptimalkan efisiensi, menyederhanakan cara kerja, serta menciptakan kemungkinan baru.
8. Pensiun Merupakan Penutup Karir
Tradisionally, generasi Baby Boomer menganggap masa pensiun sebagai penutup bagi jalannya karir mereka. Sesudahnya, kegiatan kerja dianggap selesai. Akan tetapi, saat ini banyak individu meredefinisi konsep pensiun menjadi sebuah peluang baru, waktunya untuk menjelajahi hobi lain, membuka usaha baru, atau terus memberikan sumbangsih dengan metode yang lebih bervariasi.
Mempelajari perbedaan pendapat seputar karir antara generasi dapat mempermudah penyatuan celah dalam lingkungan pekerjaan. Hal ini tidak tergantung pada aspek kebenaran atau ketidaksesuaian, melainkan lebih kepada pengakuan bahwa cara kita menilai dunia profesional sudah berevolusi serta disesuaikan dengan kondisi modern.
(*)