- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
mental health, psychology, psychology of everyday life, social issues, spiritualitymental health, psychology, psychology of everyday life, social issues, spirituality - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
7
lowongankerja.asia
– Kesanggupan dalam mengelola emosi tidak berarti kita tak lagi merasakan segalanya, tetapi kita paham kapan perlu melepaskan dan hal mana yang penting untuk dipertahankan.
Dalam era digital yang penuh dengan kemajuan pesat, hujan notifikasi, serta harapan-harapan tanpa akhir, tidak heran bila kita kadang-kadang merasa terseret oleh gelombang ketidaknyamanan. Tetapi, apakah Anda menyadarinya? Terdapat suatu aspek yang memisahkan orang-orang yang sudah mengalami pertumbuhan emosi; yaitu pemahamannya tentang waktu untuk berhenti cemas.
Bukan lantaran hayat mereka terbebas dari coba-coba, melainkan sebab mereka memiliki sudut pandang unik yang membantu mereka untuk tetap meredam diri, konsentrasi, serta bergembira meski dalam situasi gaduh.
Berikut ini kutipan dari lowongankerja.asia melalui situs web Geediting.com pada hari Sabtu, 19 April 2025. Berdasarkan perspektif ilmu psikologi, inilah tujuh hal yang tidak lagi menggangu kualitas istirahat di malam hari bagi mereka yang sudah matang secara emosi:
1. Kesalahan di Masa Lalu
Setiap orang telah melakukan kesalahan. Namun, tidak setiap orang dapat hidup damai dengan kekeliruan tersebut.
Orang yang telah dewasa secara emosional tidak lagi terperangkap dalam skenario imajiner tentang “Jika dahulu saya…”. Mereka menyadari bahwa masa lalu hanyalah pelajaran, bukan tempat untuk dipenjarakan diri sendiri.
Sebagaimana dikatakan oleh Carl Jung, “Saya tidaklah sesuatu yang menimpa pada diri saya; justru sebaliknya, saya adalah pilihan hidup yang telah saya ambil.”
Alih-alih terus mengingat kesalahan yang sama berulang kali layaknya kaset rusak, mereka lebih memilih untuk belajar dari pengalamannya tersebut dan melanjutkan hidup. Masa lalu tak perlu ditolak, tetapi dipahami maknanya.
2. Apa Kata Orang
Sekarang dulu, mungkin kamu bersedia merombak tampilanmu, memilih jalannya kehidupan, dan sampai menyesuaikan impianmu untuk sebuah tujuan tunggal: dipandang sebagai orang yang diterima.
Namun, orang yang telah matang secara emosional menyadari bahwa hal itu melelahkan dan tidak seimbangan.
Psikolog serta penulis Dr. Wayne Dyer memiliki pernyataan kuat berikut:
Pendapat orang lain mengenai diri saya tidak menjadi tanggung jawab saya.
Dan memang begitu adanya. Kehidupan ini tidak seperti pentas drama di mana setiap individu harus mencari pengakuan. Sebaliknya, kehidupan ialah ruang bagi Anda untuk menunjukkan sisi paling otentik dari diri tanpa mengharap konfirmasi.
3. Mengejar Kesempurnaan
Perfeksionisme tampak indah dari luar, tetapi dapat berubah menjadi perangkap yang merusak di dalam.
Orang yang matang secara emosional mengenali suatu hal krusial: keperfectan hanyalah legenda urban. Tak terdapat kehidupan yang sempurna tanpa cacat, tak satupun perencanaan dapat berlangsung dengan mulus 100%.
Carl Rogers, seorang tokoh penting dalam bidang psikologi, pernah berkata:
Keberlangsungan hidup yang baik merupakan suatu perjalanan, bukan tempat tinggal. Ini adalah petunjuk arah, bukan destinasi akhir.
Mengenali hal tersebut, mereka tidak lagi fokus pada penyelesaian sempurna setiap detail. Lebih dari itu, mereka cenderung menikmati perjalanannya, bertumbuh, dan menerima keaslian dirinya termasuk segala keterbatasan yang ada.
4. Aspek-aspek yang Di luar Kontrol
Pernakah kamu merasakan stres akibat cuaca yang tidak mendukung ketika sedang berlibur? Atau pernahkah kamu sangat kecewa lantaran orang lain tidak bersikap sebagaimana yang kamu harapkan?
Orang yang sudah dewasa secara emosi memiliki kebolehan khusus dalam memilah apa saja yang dapat mereka perbaiki dan hal-hal yang seharusnya mereka lepas.
Mereka tak mengutuki situasi. Juga tidak mencoba membuat alam semesta tunduk pada kemauan pribadi. Konsentrasi mereka tertuju hanya pada satu aspek: tanggapan diri mereka sendiri.
Itulah kekuatan sesungguhnya—dan kunci meraih kedamaian.
5. Takut Akan Perubahan
Kemunculan perubahan sungguh mengkhawatirkan. Perubahannya tiba-tiba saja dan biasanya diikuti dengan berbagai keragu-raguan.
Tetapi, individu yang sudah matang secara emosional tidak lagi menolak pergantian zaman. Mereka mengerti bahwa perubahan merupakan indikasi bahwa mereka masih bernyawa.
Carl Gustav Jung pernah menyampaikan:
Konflik terkuat, apabila berhasil diselesaikan, akan menciptakan perasaan damai dan ketenangan yang sulit untuk bergetar.
Mereka tak menjauhi perubahan. Justru mereka merangkulnya karena dari kegembiraan ketidaktentuan, tersembunyi kesempatan untuk berkembang.
6. Obsesi Akan Kesuksesan
Keberhasilan umumnya menjadi standar kehidupan bagi sebagian besar orang. Namun, individu yang memiliki kematangan emosi mempunyai penafsiran tersendiri tentang hal itu.
Mereka tidak terlalu sibuk mencari penerimaan atau mematuhi standar kesuksesan eksternal. Sebaliknya, mereka berfokus pada pencarian arti hidup, kebahagiaan internal, serta memberikan sumbangsih kepada orang lain.
Albert Schweitzer, seorang filosof dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian, pernah berkata:
Keberhasilan bukanlah jalan menuju kegembiraan. Justru kegembiraan yang menjadi pintu menuju keberhasilan.
Untuk mereka, kesuksesan tidak terletak pada betapa banyaknya hal yang diraih, tetapi sejauh mana mereka merasakan kehidupan dan memiliki dampak.
7. Mengukur Diri Sendiri Melalui Perbedaanengan Orang Lain
Pada zaman media sosial, membandingkan diri sendiri dapat menjadi racun setiap hari.
Namun, mereka yang sudah matang secara emosional mengerti bahwa tiap individu memiliki perjalanan tersendiri. Mereka tak terjerumus pada rasa cemburu ketika memandangi kesuksesan oranglain. Mereka sadar: hidup bukanlah perlombaan.
Theodore Roosevelt bahkan menyebut,
“Perbandingan adalah pencuri kegembiraan.”
Mereka memutuskan untuk menghormati setiap kemajuan pribadi mereka, berapapun kecilnya capaian tersebut. Serta yakin bahwa saat yang tepat pasti tiba.
Kematangan emosi tidak berarti bebas dari masalah. Namun, ini artinya Anda mengenal pasti apa yang patut dipikirkan dan apa yang sebaiknya diabaikan.
Alih-alih membuang-buang waktu untuk membuat semua orang senang, meratapi masa lalu, atau khawatir tentang masa depan, lebih baik berkonsentrasi pada aspek-aspek yang dapat Anda kuasai: pemikiran Anda, pendekatan Anda, serta respons Anda terhadap kehidupan.
Hidup terlalu pendek untuk terus khawatir tanpa alasan. ***