- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
environmental friendliness, environmentalism, food and drink, food waste, waste managementenvironmental friendliness, environmentalism, food and drink, food waste, waste management - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
2
KORAN-PIKIRAN RAKYAT –
Lebih dari 60% sampah di lingkungan adalah dari rumah tangga yang kebanyakan berupa limbah makanan (food waste).
Chef Norman Ismail menyebutkan, ada sejumlah penyebab limbah makanan rumah tangga. Sebut saja, pembelian bahan makanan dalam jumlah berlebihan dan kurangnya pengetahuan tentang cara menyimpan makanan.
Selain itu, masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan sumber daya sekitar. Terakhir, kurangnya informasi tentang mengolah sisa makanan. Padahal, kata Norman, sekarang banyak informasi di media sosial tentang bagaimana mengolah makanan agar tidak mubazir.
“Misalnya, buah yang rentan busuk seperti pisang, bisa diolah menjadi makanan lain seperti bolu. Begitu pula dengan tulang ayam dan sapi yang bisa dimaksimalkan sebagai kaldu. Kalau sudah benar-benar tidak terpakai baru dipilah sebagai sampah organik yang bisa dijadikan bahan mengompos,” tutur Norman pada “Festival Harmoni: Istri Motekar Ngolah Runtah” di Kampus IV Universitas Pasundan, Jalan dr Setiabudi, Kota Bandung, Sabtu 14 Juni 2025.
Norman menjelaskan, ada banyak cara untuk mengantisipasi limbah makanan. Salah satunya adalah membuat perencanaan atau meal preparation. Jadi, belanja bahan makanan telah diatur dengan tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi yang terdiri atas karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan buah-buahan.
Kemudian, membuat daftar menu, agar belanja juga terukur, baik secara kuantitas dan biaya. Norman mengatakan, sebaiknya melibatkan seluruh anggota keluarga, terutama anak untuk menyiapkan makanan. Mereka harus tahu, tidak baik menyisakan atau bahkan membuang makanan.
“Bahaya limbah makanan rumah tangga mulai dari lingkungan hingga ekonomi. Dampak lingkungan termasuk pencemaran udara, pencemaran tanah dan air, serta pemborosan sumber daya. Dampak ekonomi meliputi hilangnya nilai makanan dan biaya pengelolaan limbah,” ucap Norman.
Ubah kebiasaan
Penyuluh lingkungan hidup Dedy Darmawan mengungkapkan, Kota Bandung menghasilkan 1.600 ton sampah per hari. Untuk itulah, proses pemilahan sampah di setiap rumah harus terus digalakkan. Dedy mengakui, tidak mudah mengubah kebiasaan, tapi tidak mustahil untuk dilakukan.
Dedy menyatakan bahwa setelah memisahkan sampah, langkah selanjutnya yang krusial adalah mengolah sampah organik. Sampah jenis ini dapat diubah menjadi pupuk organik cair serta kompos.
Eva Maylora S Dalton, Ketua Ikatan Istri Keluarga Unpas (IIKU) di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS), menyatakan bahwa langkah zero waste dapat diterapkan mulai dari lingkungan rumah tangga. Dengan merencanakan menu dengan baik, kita tidak hanya mampu mengurangi produksi limbah tetapi juga lebih bijaksana dalam penggunaan sumber daya. ***