- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
controversies, psychology, psychology of everyday life, social issues, societycontroversies, psychology, psychology of everyday life, social issues, society - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
6
lowongankerja.asia–
Batasi tipis ada antara mempertimbangkan perkataan sebelum mengucapkannya dan selalu meragukan segala sesuatu yang keluar dari mulutmu.
Ini semua berkaitan dengan menjaga keseimbangan. Terlalu fokus pada setiap kalimat yang muncul dari mulut Anda bisa menimbulkan stres berlebihan serta cemas akan penilaian sosial. Akan tetapi, sebaliknya pun benar, yaitu sangatlah penting untuk mengamati pengaruh ucapan kita kepada pihak lain.
Berdasarkan informasi dari situs web Hack Spirit, di bawah ini terdapat 5 perilaku orang-orang yang sering meragukan diri sendiri dan bertanya-tanya apakah mereka telah membuat kekeliruan usai berbincang-bincang.
-
Terlalu banyak memikirkan pembicaraan tersebut
Orang yang terlalu sering merenung cenderung mengulangi pembicaraan di masa lalu dengan cara yang tidak perlu. Mereka mencurigai pemilihan kalimat, intonasi, serta gesturnya.
Mereka meragukan kemampuan dirinya sendiri dalam berkomentar dengan cara lain atau khawatir telah melukai orang lain tanpa disadari. Sikap seperti itu seringkali memicu tekanan serta ketakutan berlebihan. Selain itu, perilaku demikian pun membuat Anda kesulitan fokus dan terlalu enjoy di saat tersebut.
Memahami pola ini merupakan tahap awal untuk keluar dari lingkar kebimbangan diri ini. Hal utamanya adalah mengasah kesadaran dan memberikan belas kasihan kepada diri sendiri sehingga bisa meninggalkan dialog tentang masa lalu dan berkonsentrasi pada sekarang.
-
Terlalu sering meminta maaf
Seseorang yang terlalu sering meminta maaf memiliki perilaku umum lainnya di antara mereka yang terus-menerus mempertanyakan apakah mereka telah mengatakan hal yang salah.
Mereka kebanyakan minta maaf, sering terkait dengan hal-hal di luar kewajiban mereka atau dalam kondisi yang sebenarnya tak perlu adanya permohonan pengampunan.
Keperluan yang berlebihan untuk mengucapkan kata maaf kerapkali timbul akibat rasa takut melukai perasaan orang lain atau dicap salah paham. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa tidak setiap kekeliruan wajib diikuti dengan permohonan ampun serta bukan selalu tiap-tiap kesalahpahaman adalah kelalaian dari diri kita sendiri.
Inilah suatu kebiasaan yang susah untuk berhenti, namun dengan mengakui hal tersebut merupakan tahap awal mendekati transformasi.
-
Terus-menerus mengejar ketetapan yang stabil
Orang-orang yang selalu meragukan apakah mereka sudah berkata hal yang tidak seharusnya sering perlu bantuan orang lain untuk memberi keyakinan pada dirinya sendiri.
Mereka mungkin bertanyakan apabila ada orang lain yang merasa terganggu, atau secara berkali-kali memastikan apakah perkataan mereka sudah tepat.
Keinginan berkelanjutan untuk memperoleh pengakuan dari pihak luar bisa sangat melemahkan, tidak hanya bagi individu yang mengejarnya tetapi juga bagi lingkungan sosialnya. Memahami sifat ini akan membantu dalam meredam dampak negatifnya.
Poin penting pertama ialah mencoba membentuk kepercayaan diri serta mengurangi ketergantungan pada pengakuan luar.
-
Menghindari konfrontasi
Seseorang yang terus-menerus mendiskusikan apa yang mereka katakan cenderung mengelak dari perselisihan. Mereka khawatir dengan ide tentang perdebatan atau tidak sependapat, karena kuatir akan berbicara hal-hal yang keliru atau menyinggung.
Mereka mungkin condong untuk sepakat dengan oranglain walaupun punya pandangan yang berbeda cuma demi menyelamatkan kedamaian. Ini bisa menghasilkan rasa benci serta kekecewaan dari hari ke hari.
Mengenali bahwa berbeda pandangan merupakan hal biasa dalam hidup serta bisa dielaborasi dengan cara yang sopan sungguhlah krusial.
Saling menyuarakan pandangan serta mempertahankan posisi sendiri boleh saja walaupun hal tersebut berpotensi menuju perselisihan.
-
Menghindari pertemuan
Seseorang yang kerap mencurigai apa yang mereka ucapkan kadang-kadang merasa lingkungan sosial itu mencekam. Rasa takut untuk berbicara dengan kata-kata yang tidak tepat atau melakukan kesalahan bisa membuat seseorang menjauhi pergaulan sosial.
Mereka bisa jadi akan menolak ajakan ke acara atau rapat, cenderung lebih suka bertahan dalam zona aman tempatnya risikonya untuk berkomentar apa pun yang mungkin menjadi penyesalan nanti sangat rendah.
Tindakan seperti itu bisa menciptakan rasa kesepian serta isolasi. Sangat krusial untuk meninggalkan area aman Anda dan berpartisipasi dalam aktivitas bersosialisasi walaupun mungkin pada mulanya akan merasa kurang nyaman.