- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
faith and religion, health, islam, muslim women, religionfaith and religion, health, islam, muslim women, religion - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
12
lowongankerja.asia
Melaksanakan ibadah haji adalah wujud dari pengabdiannya dengan cara terhormat di dalam agama Islam. Dengan sebagai lima rukun Islam, petualangan sakral ini menjadi keinginan untuk semua orang Muslim yang berkeinginan memperbaiki ibadah mereka.
Hanya orang-orang yang memenuhi syarat dan memiliki kelayakan dari segi fisik, psikis, serta kondisi finansial saja yang diwajibkan untuk menjalankan ibadah haji. Ini berarti bahwa bukan setiap individu harus pergi haji; terkecuali bagi mereka yang betul-betul sanggup melakukan rukun Islam ini dengan penuh kesesuaian.
Dilansir dari laman resmi
kabtulungagung.baznas.go.id
Rangkaian ibadah haji berawal dari tanggal 8 Dzulhijjah, yang populer disebut sebagai hari Tarwiyah.
Pada keesokan harinya, tepatnya pada tanggal 9 Dzulhijjah atau dikenal sebagai Hari Arafah, semua jamaah berkumpul di Lapangan Arafah guna melaksanakan ritual wukuf. Ini merupakan titik tertinggi dari ibadah haji dan memiliki makna suci yang mendalam. Setelah matahari terbenam, mereka berpindah ke Muzdalifah untuk menginap sekaligus memilih-memilih batu-batu kerikil yang nantinya akan dipergunakan dalam upacara pengetasan jumrah.
Hari ke-10 bulan Dzulhijjah memiliki makna khusus sebab bersamaan dengan perayaan Idul Adha. Pada saat ini, para peziarah menggeluti ritual melempar batu di Mina untuk menandai Aqabah, kemudian memotong hewan qurban sebagai simbol pengorbanan, dilanjutkan dengan pemangkasan rambut atau disebut tahallul, dan terakhir menjalani ibadah thawaf ifadah di dekat Ka’bah.
Berikutnya, para jemaah mengikuti ritual pelemparan batu di jumrah selama masa Tasyriq, yakni antara tanggal 11 sampai 13 Dzulhijjah. Sesudah menyelesaikan semua tahapan tersebut, mereka akan pulang ke Mekkah guna menyempurnakan thawaf wada’ yang merupakan simbol penutupan ibadah dan berpamitan dari Bumi Suci.
Menunaikan ibadah haji bukan hanya sebatas melaksanakan rukun Islam kelima. Berdasarkan artikel tersebut, hal ini juga merupakan wujud dari pengamalan ketaatan beragama.
bpkh.go.id,
Haji juga mempunyai keistimewaan luar biasa yang memberikan banyak berkah dalam kehidupan seseorang.
Maka, sebagai umat Muslim, patut kiranya kita mengenal beragam keistimewaan dari ibadah haji supaya niat serta semangat melaksanakannya menjadi lebih teguh.
Berikut beberapa keistimewaan dari ibadah haji yang perlu Anda pahami guna memperkuat tekad dalam melaksanakannya dengan cepat.
1. Melaksanakan haji merupakan bentuk dari jihad fi sabilillah (berjuang di jalan Allah SWT).
Dari ‘Aisyah—umat al-Mukminin-radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
Ya Rasulallah, kami melihat bahwa berjihad adalah pekerjaan yang terbaik. Apakah kita tidak boleh berjihad? Dia menjawab, “Tidak, sebenarnya puncak dari segala puncaknya adalah haji yang diterima.”
“Ho, Rasulallah! Kami merasa bahwa perjuangan adalah ibadah terbaik. Jadi apakah ini berarti kita harus melakukan perjuangan?” “Bukanlah itu. Perjuangan tertinggi ialah haji yang diterima,” sahut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(HR. Bukhari no. 1520)
2. Melakukan Haji Adalah Ibadah Yang Sangat Unggul
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
Nabi – semoga damai menyertainya – ditanya: “Apakah perbuatan terbaik?” Jawabannya adalah: “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya”. Lalu orang itu bertanya lagi: “Apa setelah itu?” Nabi menjawab: “Perjuangan di jalan Allah.” Orang tersebut kembali menanyakan hal yang sama: “Dan apa selanjutnya?” Nabi menjawab dengan mengatakan bahwa ibadah haji yang diterima pula akan menjadi kebaikan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimintakan nasihat tentang amalan terbaik. Beliau menanggapi dengan mengatakan, ‘Memeluk iman pada Allah dan Rasul-Nya.’ Seseorang kemudian bertanya, ‘Apakah selanjutnya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merespons, ‘Melakukan perjuangan dalam jalan Allah.’ Lalu ada pertanyaan lain, ‘Dan setelah itu bagaimana?’ Jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, ‘Menunaikan haji yang diterima.’
(HR. Bukhari no. 1519)
3. Menyingkirkan Kekeliruan dan Dosanya Dahulu
Ketiga, melaksanakan ibadah haji bisa membersihkan segala kesalahan dan dosa-dosa di masa lalu yang pernah dilakukan oleh seseorang. Sebagaimana dikemukakan Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
Siapa yang melakukan haji untuk Allah tanpa berbuat cabul atau melampaui batas, maka dia akan kembali seperti saat ia dilahirkan dari pada ibunya.
Siapun yang menunaikan ibadah haji ke Baitullah tanpa melakukan perbuatan buruk atau menyimpang, ia akan pulang dalam keadaan murni seperti ketika baru lahir dari rahim ibu (terbebas dari dosa].
(HR. Bukhari no. 1521)
4. Mendapat Balasan Surga
Balasan untuk mereka yang menunaikan ibadah haji dengan mabrur adalah surgawi. Seperti yang dinyatakan dalam hadits oleh Nabi Muhammad SAW.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berketakan:
Dan ibadah haji yang diterima tidak akan mendapatkan balasan selain surga.
Haji yang diterima dengan ridho Allah tak ada ganjaran yang sepadan baginya kecuali surga.
(HR. Bukhari no. 1773 serta Muslim no. 1349)
An Nawawi rahimahullah menyatakan, “Arti dari ungkapan tersebut, ‘tiada ganjaran yang layak kecuali surga,’ adalah bahwa haji yang diterima dengan baik tak akan cukup apabila dosa-dosanya hanya dibersihkan sebagian saja. Sebaliknya, orang itu benar-benar berhak mendapatkan tempat di surgawis”. Ini terdapat dalam Syarh Shahih Muslim, 9/119.
5. Haji merupakan Undangan Khusus dari Allah SWT
Haji merupakan panggilan istimewa dari Allah SWT yang dialamatkan pada orang terpilihrNya. Ini dibuktikan dengan perintahan-Nya bagi seluruh umat Muslim untuk menjalankan ibadah haji seperti tertulis dalam Surah Al-Hajj Ayat 27 yang maknanya:
Serta serukanlah kepada orang-orang untuk melakukan ibadah haji; pasti mereka akan datang kepadamu sambil berjalan kaki dan menunggang unta yang kurus-curus berasal dari pelosok-pelosok yang jauh.
Karena Allah SWT sudah mengundang mereka secara langsung, para jemaah haji dilihat sebagai tamu terhormat-Nya (Dhuyuf Allah, Dhuyuf ar-Rahman).
Jemaah harusnya merasa sangat bersyukur karena mereka dipilih dari sekian banyak orang di seluruh dunia untuk memiliki kesempatan istimewa sebagai tamu Allah SWT, sang Pembuat langit dan bumi.
Dalam hadits yang dinyatakan oleh Ibnu Majah, disampaikan melalui Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW, terdapat keterangan bahwasanya baginda mengatakan:
Haji-hajipun dan jemaah umroh merupakan tamu-tamu Allah. Apabila mereka berdoa kepada-Nya, doanya akan dikabulkan. Dan apabila mereka memohon ampun kepada-Nya, permintaan pengampunan itu akan dipenuhi.
(*)