- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
cancer, health, illness, inflammation, medical conditions and diseasescancer, health, illness, inflammation, medical conditions and diseases - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
9
– Kanker rahim mengacu pada tipe kanker yang berkembang di organ rahim, termasuk kanker endometrium (jenis kanker yang berawal dari selaput lendir dalam rahim) serta sarkoma uterus (kanker yang timbul dari otot rahim atau jaringan penghubungnya).
Setiap perempuan dengan rahim pasti berisiko mengalami kanker rahim. Akan tetapi, ada juga sebagian perempuan yang risikonya lebih besar daripada yang lainnya.
Beberapa situasi atau keadaan spesifik bisa menambah risiko seorang perempuan mengidap kanker rahim.
Berikut ini merupakan sejumlah kelompok wanita dengan risiko tinggi mengalami kanker serviks:
1. Pubertas yang terjadi terlalu dini disertai dengan masa menopause yang berlangsung lebih lama
Umur perempuan ketika mengalami menstruasi pertama (menarche) serta usia mereka pada masa menopausa sering dikaji sebagai indikator risiko terhadap berbagai jenis kanker seperti kanker endometrium sampai ke beberapa bentuk kanker ginekologi lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di
Jurnal Internasional tentang Kanker Ginjal
Usia awal menstruasi yang lebih dini serta usia terlambat pada masa menopausa berhubungan dengan peningkatan resiko kanker rahim tipe endometrium.
Di sisi lain, menarche yang terjadi di usia lanjut serta menopause lebih awal justru berhubungan dengan penurunan risiko itu.
Usia menarche yang lebih dini terkait dengan dimulainya siklus ovulasi yang lebih cepat serta paparan estrogen yang lebih awal.
Saat ditambahkan dengan usia menopause yang lebih lanjut, ini mengakibatkan durasi paparan estrogen bertambah panjang berkat kenaikan jumlah periode menstruasi.
2. Perempuan yang menderita ketidaktahannya untuk memiliki anak
Telah diketahui bahwa terdapat hubungan positif di antara ketidaksuburan dan kanker lapisan dalam rahim atau dikenal juga sebagai kanker endometrium. Ketidaksuburan membuat seorang perempuan berisiko mengalami kanker ini saat masih cukup muda.
Sebagian besar pasien muda dengan kanker endometrium (berusia di bawah 40 tahun) mengalami periode menstruasi yang tidak teratur atau ovulasi yang jarang dan anovulasi kronis.
Ovulasi yang langka dan ketiadaan ovulasi sama-sama berhubungan dengan peningkatan sekresi estrogen serta kekurangan progesteron.
Defisit progesteron bisa mengakibatkan hiperplasia endometrium, suatu kondisi yang dipandang sebagai pra-kanker.
Melalui paparan estrogen yang diperpanjang, endometrium akan membesar dan bisa berkembang menjadi kanker endometrium apabila tidak ditangani.
3. Wanita dengan PCOS
Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) merupakan gangguan ovulasi yang paling sering terjadi dan bisa mengakibatkan ketidakterbuan jangka panjang apabila tidak ditangani.
Dalam kasus penderita PCOS, diyakini luas bahwa anovulasi yang berlangsung lama serta pelepasan estrogen tanpa adanya perlawanan bisa memperburuk peningkatan risiko dan pertumbuhan kanker endometrium, terutama di kalangan wanita muda.
Penelitian menyatakan bahwa perempuan yang menderita sindrom polikistik ovarium (PCOS) berisiko tiga kali lipat lebih besar terkena kanker endometrium.
Di samping itu, studi menyatakan bahwa wanita dengan sindrom polikistik ovarium (PCOS) serta ada nya tumor yang memproduksi estrogen memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker endometrium, terutama selama periode reproduksinya.
4. Mengalami kondisi kelebihan bobot tubuh atau obesitas
Menurut
Cancer Research UK
Kira-kira 34% dari kasus kanker rahim yang terjadi di Inggris disebabkan oleh kegemukan dan obesitas.
Organisasi Internasional untuk Penelitian tentang Kanker (IARC) bersama dengan Dana Global untuk Riset Kanker atau Institut Riset Kanker di Amerika (WCRF/AICR) telah menetapkan posisi dari kelebihan berat badan sebagai salah satu faktor risiko dalam peningkatan terjadinya penyakit kanker.
Meta-analisis tersebut mengungkapkan bahwa risiko terkena kanker endometrium bertambah hingga 54 persen untuk setiap penambahan indeks massa tubuh (IMT) sebanyak 5 satuan.
Risiko terkena kanker endometrium meningkat sebesar 16 persen untuk setiap tambahan 5 kilogram berat badan pada periode dewasa.
Kemungkinan tersebut juga 29% lebih besar untuk setiap kenaikan 10 cm pada lingkar pinggul dan 27% lebih besar untuk setiap pertambahan 10 cm pada lingkar pinggang.
Kenaikan lemak dalam tubuh terhubung ke peningkatan tingkat hormon seks serta meningginya kadar leptin, hal ini bisa membantu menjelaskan mengapa bertambahnya lemak tubuh berbanding lurus dengan pertambahan risiko kanker pada rahim jenis endometrium.
5. Perempuan dengan tingkat aktivitas fizikal yang rendah
WCRF/AICR juga menetapkan bahwa kurangnyaaktivitas fisik dapat dikategorikan sebagai faktor yang kemungkinan memiliki sifat perlindungan terhadap kanker rahim endometrium.
Kemungkinan terkena kanker endometrium bagi wanita yang sangat aktif secara fisik ditemukan sekitar 15-27 persen lebih rendah daripada mereka yang kurang bergerak atau jarang aktivitasnya.
Risiko terkena kanker endometrium juga berkurang sebesar 5 persen untuk setiap pertambahan aktivitas fisik satu jam seminggu saat waktu senggang.
Risiko tersebut berkurang sebesar 32 persen pada wanita yang menghabiskan waktu minimal untuk duduk jika dibandingkan dengan mereka yang menghabiskan waktu duduk paling lama.
Perlu ditekankan bahwa kejadian salah satu atau beberapa kondisi yang disebutkan sebelumnya pada diri Anda belum tentu berarti Anda menderita kanker rahim. Faktanya, kondisi-kondisi tersebut hanya bersifat sebagai faktor risiko saja.
Oleh karena itu, Anda harus mengkonsultasikan hal ini kepada dokter guna memastikan bahwa kondisinya aman atau mungkin diperlukan tindakan medis tambahan.