- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
personality types, psychology, psychology of everyday life, social issues, traumapersonality types, psychology, psychology of everyday life, social issues, trauma - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
17
Hyper-independence
Adalah situasi dimana individu bertindak terlalu otonom. Mereka enggan menerima dukungan dan yakin harus bergantung pada kemampuan pribadi mereka. Siklus seperti itu kadang-kadang luput dari pengenalan kita sebagai dampak trauma. Alasannya adalah sebagian orang memperlakukan tanda-tanda tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau malah menjunjung tinggi sikap semacam itu sebagai suatu prestasi.
Padahal,
hyper-independence
Memiliki perbedaan dibandingkan dengan mandiri secara umum. Mandiri pada kebanyakan kasus, cenderung tidak mencolok dan tetap dapat mengakui bahwa ada hal-hal yang di luar kemampuannya untuk ditangani.
handle
segala hal sendirian. Sedangkan,
hyper-independence
Timbul akibat respon terhadap luka batin dari pengalaman lampau. Di sini ada sejumlah traumatisasi sebelumnya yang menciptakan corak tingkah laku.
hyper-independence
. Ayo simak lebih jauh lagi!
1. Luka emosi karena dulu disepelekan
Walaupun tampak sepele, pengalaman yang dilupakan dari masa lalu mampu berpengaruh sangat besar ketika seseorang tumbuh menjadi dewasa. Apabila dalam ingatan masa kecilnya banyak mengalamai penolakan, orang tersebut dapat merumuskan pola tingkah laku sebagai respons.
hyper-independence
Mereka tidak menyadarinya. Sikap tersebut merupakan cara untuk melindungi diri dari dampak traumatis di masa lalu.
Rasanya seperti ditinggalkan ini membawa mereka bertumbuh dengan kemampuan mempercayai tak seorangpun. Mereka berpikir bahwa satu-satunya orang yang dapat mereka handapi hanyalah diri mereka sendiri. Ini mendorong mereka agar tetap mandiri dan tidak tergantung kepada pihak lain. Dalam hati, secara diam-diam mereka merasa kehilangan figur atau teman yang bisa menjadi sandaran.
2. trauma karena telah ditipu dan janji yang tak dipenuhi
Setelah menyadarinya, mari berkukuhlah pada komitmen bahwa kita tidak akan pernah mengingkari atau mengabaikan kata-kata kita sendiri. Bagi beberapa individu, terluka karena kekhianatan atau janji yang tak dipenuhi dapat menciptakan luka batin yang parah. Luka tersebut mungkin membuat mereka enggan untuk percaya kepada siapapun di kemudian hari.
Karenanya, individu dengan pola tingkah laku tersebut menjadi demikian.
hyper-independence
Ini dimulai dengan keputusan untuk tidak lagi bergantung pada orang lain. Mereka cenderung menyelesaikan semua masalah secara mandiri. Alasannya adalah rasa takut akan ditipu seperti sebelumnya.
3. Proses parentifikasi dapat pula menyebabkan traumatisasi dan berkontribusi pada masalah psikologis.
Tidak mustahil di antara kita terdapat individu yang harus menjalani perannya sebagai orang dewasa dalam lingkungan sekitar. Misalkan saja ketika kita memiliki peranan sebagai kakak kandung, sering kali dipaksakan untuk merawat adik sendiri, menanggulangi tugas rumah tangga, atau bahkan ikut serta memecahkan perselisihan keluarga. Situasi semacam itu pun dapat memberi kontribusi pada pembentukan pola tingkah laku.
hyper-independence
, lho!
Ini terjadi karena sejak muda, kita telah didorong untuk mengembangkan kemandirian. Beban tanggung jawab yang berat tersebut seringkali menyebabkan fenomena yang disebut sebagai parentifikasi. Apabila kita sudah memiliki anak di kemudian hari, pastikanlah agar buah hati kita dapat berkembang layaknya masa kanak-kanak mereka. Upayakan jangan sampai pertumbuhan mereka dipenuhi oleh luka.
inner child
yang sulit sembuh.
4. Bertumbuh sambil percaya bahwa memohon pertolongan merupakan suatu kekurangan
Apakah kau benar-benar tidak dapat melakukannya? Seharusnya ini mudah!
Kalimat ini mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang. Namun, siapa yang menyangka bahwa perkataan acuh tersebut dapat memicu luka emosional pada sejumlah individu dan bahkan membuat mereka traumatik.
hyper-
independence.
Menyimak frasa itu menyebabkan beberapa individu menganggap ada sesuatu yang tidak beres dengannya.
Mereka berpikir bahwa meminta dukungan merupakan indikasi ketidakmampuan. Berdasarkan pandangan itu, mereka cenderung berkembang dalam siklus perilaku otonom yang bisa merugikan. Mereka menyangkal untuk mencari bantuan dari orang lain agar terhindar dari citra sebagai individu yang rapuh.
Memang benar bahwa mandiri harus ditanamkan sejak usia muda. Yang kami maksud tentunya adalah rasa kemandirian yang positif dan tidak berlebihan hingga menjadi toxic seperti
hyper-independence.
Apabila kita mengalami gejala-gejalanya
hyper
–
independence
pada diri kita sendiri, jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada para profesional.
terapis
Atau mungkin psikolog yang spesialis dalam bidang tersebut. Bisa jadi kita telah mengalami salah satu dari keempat trauma itu tanpa disadari, trauma yang belum tertutup dan masih berlanjut hingga kita menjadi orang dewasa.