- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, indonesia, internet infrastructure, news, telecommunicationsbusiness, indonesia, internet infrastructure, news, telecommunications - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
,
JAKARTA — Komisi Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (
Bakti
) telah menyalurkan
internet
Ke 27.805 lokasi di berbagai daerah terpencil di Indonesia. Lewat program Akses Internet (AI), sejumlah besar titik itu telah menerima koneksi internet melalui satelit multifungsi Satria-1.
Satelit
Satria-1
Merupakan satelit geosinkronus yang beroperasi pada jarak 36.000 km dari permukaan bumi. Ini adalah satelit GEO dengan kemampuan transmisi sebesar 150 Gbps, menjadikannya satelit dengan kapasitas tertinggi di Indonesia saat ini.
Kepala Eksekutif Bakti Fadhilah Mathar menyebutkan bahwa Satelit Satria-1 sangat berpengaruh dalam mempersatukan wilayah-wilayah yang masih tidak tersentuh jaringan. Teknologi tersebut memberikan keuntungan signifikan bagi banyak bidang.
“Ada ratusan ribuan titik layanan yang mencakup bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan melalui Satelit Satria-1,” ujar Indah saat menghadiri acara APSAT 2025 pada hari Minggu, tanggal 8 Juni 2025.
Fadhilah menyebutkan bahwa terdapat total 27.805 titik yang sudah mendapatkan layanan internet Satria-1. Bakti berkeinginan agar angka tersebut bisa mencapai 30.000 titik sepanjang tahun ini.
Berdasarkan dokumen yang diperoleh Bisnis, sektor yang paling banyak memperoleh manfaat dari program Akses Internet Bakti adalah bidang pendidikan dengan jumlah 19.598 titik. Di belakangnya terdapat sektor pemerintahan (5.287 titik), diikuti oleh sektor kesehatan (1.362 titik), pertahanan dan keamanan (455 titik), komunitas (394 titik), fasilitas ibadah (368 titik), pariwisata (132 titik), jasa bisnis (188 titik), serta transportasi umum (21 titik).
Berdasarkan lokasi geografisnya, total ada 7.464 titik (26,85%) yang berada di Pulau Sumatra, disusul oleh Pulau Sulawesi dengan jumlah 4.816 titik (17,32%), Pulau Jawa memiliki 4.738 titik (17,03%), sedangkan untuk Bali dan Nusa Tenggara mencakup 3.857 titik (13,88%). Di daerah Kalimantan ditemukan 3.791 titik (13,63%), Maluku mempunyai 1.514 titik (5,45%), sementara itu Papua menyumbang 1.625 titik (5,84%).
Program Layanan Masyarakat untuk menyediakan jaringan 4G di area-area pinggiran telah membawa dampak berantai signifikan. Diantara hasil positif tersebut adalah peningkatan kapabilitas serta persaingan digital warga negara Indonesia dari kalangan pedesaan.
East Ventures mengindikasikan bahwa daya saing digital di Indonesia akan meningkat lebih tinggi pada tahun 2025 dibandingkan dengan 2025.
(There appears to be an error in your original sentence as you mentioned “dibandingkan dengan 2025” twice which makes the comparison redundant. I have assumed this was unintentional.)
Dengan menggunakan Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2025, East Ventures menghadirkan informasi tentang daya saing digital yang mencakup 38 propinsi serta 157 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Laporan tahun 2020 sampai 2025 mengindikasikan pertumbuhan kompetisi digital antar provinsi secara berkelanjutan, seperti ditandai oleh nilai EV-DCI pada tahun 2025 yaitu 38,8 dan meningkat sebanyak 70 poin dasar (Pd). Angka ini lebih baik daripada pencapaian di tahun 2024 yang naik 40 Pd mencapai angka 38,1.
Kenaikan tertinggi yang dicatatkan pada laporan kali ini merupakan peningkatan presentasi karyawan yang memakai internet serta pertambahan cakupan 3G dan 4G di daerah pedesaan.
Perbedaan digital di berbagai daerah kian mengecil, menggambarkan perkembangan yang konstan menuju kesetaraan digital wilayah yang lebih baik lagi.
Dari sepuluh provinsi yang memiliki skor indeks paling tinggi, mayoritas tetap berasal dari Pulau Jawa. Provinsi DKI Jakarta serta Jawa Barat telah berada di posisi pertama dan kedua secara berturut-turut dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini.
Dari sepuluh provinsi teratas, Banten mencatat pertumbuhan performa yang paling besar. Urutannya sebagai berikut: (1) DKI Jakarta, (2) Jawa Barat, (3) Banten, (4) Jawa Timur, (5) DI Yogyakarta, (6) Bali, (7) Kepulauan Riau, (8) Kalimantan Timur, (9) Jawa Tengah, dan (10) Sumatera Utara.
Di samping itu, laporan tersebut juga menggarisbawahi kenaikan skor di 34 daerah setempat, dengan Papua memperlihatkan kemajuan terbesar dalam indeks EV-DCI, merangsek naik 14 tingkatan dari posisi 34 menjadi urutan 20.
Kenaikan ini mayoritas disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang signifikan di wilayah itu, yang meroket hingga 7,8% di tahun 2024, melebihi rata-rata pertumbuhan nasional yaitu 5,0%.
Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner dari East Ventures, menjelaskan bahwa misi mereka tidak berubah: memberikan pemahaman serta analisis rinci tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi digital di seluruh kepulauan Indonesia.
“Laporan tahun ini mencatatkan pertambahan yang stabil dan memperkuat arah kemajuan terus menerus pada perekonomian digital di Indonesia. Yang menjadi kabar baik adalah beberapa daerah propinsi dari area Terpencil, Paling Luar, serta Termiskin (3T) saat ini menampilkan pola perbaikan yang memberikan harapan,” ungkap Wilson dalam rilisnya, Selasa (27/5/2025).