- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
anxiety, indonesia, news, politics, stress reliefanxiety, indonesia, news, politics, stress relief - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
2
Pada satu infografis menarik yang beredar luas di platform media sosial, posisi Indonesia muncul sebagai negara dengan tingkat kecemasan karyawan tertinggi kedua di wilayah ASEAN. Di belakang kita adalah Vietnam yang jauh lebih tenang secara relatif. Menurut data dari laporan Gallup: State of the Global Workplace 2025, baru ada 15 persen responden pekerja Indonesia merasa stres selama jam-jam bekerja—hal ini mencolok jika dibandingkan dengan angka Myanmar (50%) dan Filipina (47%), tempat para pegawai sepertinya harus melawan tekanan setiap hari kerja mulai Selasa sampai Jumat.
Secara umum, informasi tersebut cukup membangkitkan semangat. Indonesia kelihatan layaknya negara di mana para pekerjanya merasa senang hati. Namun sebelum kita terburu-buru bergembira, mungkin bijaksana untuk mencerminkannya kembali: apakah benar buruh Indonesia lebih santai, atau malahan mereka kurang biasa untuk mengakuinya saat sedang tertindas? Bisakah kebudayaan kesunyian serta pasrah turut memiliki peranan pada tingkat stres yang relatif rendah itu?
Agar dapat menanggapi hal tersebut, kami perlu memeriksa lebih dekat instrumen yang dipakai oleh Gallup: tidak sekadar survey tentang tingkat stres, namun juga Gallup Q12, yaitu dua belas pertanyaan kuat yang dirancang untuk mengukur partisipasi serta kesejahteraan mental pegawai.
Apa Itu Gallup Q12?
Gallup Q12 tidak sembarangan dilakukan. Ini muncul dari penelitian yang berlangsung hampir tiga dekade pada ratusan ribu responden di banyak negara dan sektor bisnis. Kedua belas pertanyaan tersebut dibuat untuk mengetahui satu hal utama: Apakah pekerja Anda merasa termotivasi, diperhitungkan, dan maju dalam lingkungan kerja mereka?
Berikut adalah urutan dari daftar pertanyaan Q12:
Sudahkah Anda mengetahui ekspektasi terhadap diri Anda di lingkungan kerja?
Apakah Anda sudah mempunyai semua bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas ini dengan tepat?
Di lingkungan pekerjaan, adakah peluang bagi Anda untuk mengerjakan hal-hal di mana Anda dapat menunjukkan keahlian terbaik Anda secara rutin setiap harinya?
Selama tujuh hari terakhir ini, adakah orang yang memberikan penghargaan atau memuji Anda karena kinerja bagus dalam suatu tugas?
Apakah bos Anda, atau mungkin orang lain di kantor, kelihatan menghargai Anda sebagai individu?
Adakah orang di lingkungan pekerjaanmu yang telah memacu pertumbuhanmu?
Di lingkungan pekerjaanmu, apakah tanggapanmu sepertinya dianggap menjadi pertimbangan?
Apakah visi atau sasaran bisnisnya membuat Anda merasa bahwa tugas Anda bermakna?
Apakah karyawan di sekitar Anda memiliki dedikasi terhadap performa yang tinggi?
Apakah kamu punya teman dekat yang paling special di kantor?
Selama enam bulan terakhir, adakah kolega atau atasan yang membicarakan perkembangan karier Anda dengan Anda di lingkungan kerja?
Selama tahun lalu, adakah kesempatan bagi Anda untuk mengambil ilmu dan maju?
Kelihatannya sederhana? Justru di situlah keunikannya. Terdapat potensi luar biasa dalam kedua belas pertanyaan tersebut untuk menganalisis interaksi psikologis pekerja dan menghadirkan transformasi budaya kerja yang signifikan.
Survei Bukan Sekadar Checklist
Q12 umumnya didistribusikan dalam bentuk kuesioner yang menggunakan skala penilaian dari 1 (tidak setuju sama sekali) sampai 5 (setuju sepenuhnya). Setelah itu, hasil tersebut dianalisis untuk menentukan tingkat keikutsertaan emosional dan produktivitas karyawan terkait lingkungan kerja mereka.
Gallup kemudian membagi karyawan menjadi tiga kelompok:
Terlibat: Orang-orang yang bersemangat, enerjik, dan menyukai tugas mereka.
Tidak terlibat: Meskipun mereka hadir secara jasmani, namun perhatian dan pemikiran mereka tampaknya berada di suatu tempat else.
Aktif tidak berpartisipasi: Mereka yang bukan saja enggan ikut serta, tetapi juga menyebarluaskan suasana hati buruk di tempat kerja.
Maka pertanyaannya menjadi: bisakah kita mengatakan bahwa tingkat stres yang rendah di Indonesia menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi?
Tidak juga.
Hasil dari Gallup malah mengindikasikan bahwa tingkat keterlibatan pegawai di Indonesia masih termasuk dalam kategori rendah. Ini berarti meskipun banyak orang tidak merasa cemas, hal tersebut belum tentu bermakna mereka merasa terhubung. Mereka mungkin saja cuek, atau lebih suka tetap tenang dengan alasan khawatir untuk menyampaikan keluhan mereka.
Menyingkap Lapisan Diam
Berikut adalah kesempatan besar bagi Q12. Penelitian ini menyelidiki keperluan fundamental individu di tempat kerja: keterbukaan informasi, apresiasi, hubungan sosial, serta aspirasi untuk masa depan. Banyak dari kita secara tidak disadari sudah bertahan cukup lama dalam struktur pekerjaan yang kurang memenuhi aspek-aspek tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan semacam “Apakah Anda mendapatkan pujian dalam tujuh hari belakangan?” atau “Adakah teman dekat di lingkup kerja Anda?”, tidak hanya formalitas dari bagian sumber daya manusia. Mereka merupakan indikator untuk perusahaan yang sungguh-sungguh mengembangkan iklim kerja yang baik. Sebab statistik membuktikan bahwa karyawan yang merasa didengar serta menjalin relasi positif dengan sesama pegawai cenderung:
Lebih loyal
Lebih produktif
Lebih tahan terhadap stres
Artinya: Engagement dapat mencegah kelelahan.
Indonesia: Damai atau Diam?
Maka kembali ke infografis pertama: Apakah para pekerja di Indonesia sungguh-sunguh merasa tanpa tekanan? Ataukah mereka telah begitu terbiasa dengan rutinitas kerja yang monoton? Pertanyaan Q12 ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahuinya. Sebagai gantinya dari bergantung pada dugaan atau laporan pemenuhan kerja tahunan yang sederhana, perusahaan bisa menggunakan Q12 ini untuk menganalisis kondisi psikologis tim mereka secara jujur.
Tentu saja, hasil Q12 hanyalah permulaan, bukan akhirnya. Ini adalah kesempatan untuk memulai transformasi. Mulailah dari sini, tim manajemen dapat merumuskan taktik konkret seperti melatih para pemimpin menjadi lebih terbuka dalam berkomunikasi, menerapkan sistem penghargaan yang adil, ataupun membentuk lingkungan di mana diskusi dua arah dapat berkembang.
***
Dunia profesional tengah mengalami perubahan. Karyawan saat ini tidak hanya mencari pendapatan, tetapi juga pencarian nilai-nilai penting. Mereka mendambakan pengakuan atas kontribusi mereka dan merasa dihargainya pandangan pribadi mereka, sehingga tak lagi terjebak sebagai bagian yang tanpa identitas dari sebuah sistem besar.
Gallup Q12, dengan keunikan sederhananya serta kompleksitas psikologisnya, menyediakan sarana bagi kita untuk berdengarkan. Di saat banyak organisasi mencari cara menjadi lebih “humanis”, kemampuan untuk mendengar merupakan langkah pertama yang sangat transformasional.
Jika sebuah negara dapat bersuka cita lantaran warganya tak mengalami stres, maka suatu perusahaan pun harus ikut bergembira apabila para pekerjanya merasa tersertakan. Namun sebelum hal tersebut terwujud, marilah kita singgahi sebentar dan renungkan: di antara kedua belas pertanyaan ini, berapakah yang mampu kitajawab secara tulus dengan kalimat “Iya, saya alaminya”?